Chapter 5

2 0 0
                                    

Terkadang jujur memang menyakitkan. Namun satu hal yang harus kalian tau, berbohong hanya akan menunda penyesalan yang datang.

****

Sepanjang perjalanan Azel tampak gelisah. Ia masih memikirkan ucapan dokter mengenai kondisinya tadi. Meskipun semua masih perkiraan, namun Azel merasa bahwa itu memang akan benar- benar terjadi pada dirinya.

Pikiran Azel pun melayang kepercakapan dirinya dengan Dokter Sultan, pada saat sang dokter memeriksa kondisinya.

"Apa yang kamu rasakan belakangan ini?" Tanya dokter itu sambil memeriksa Azel.

"Baik-baik aja kok dok, cuma kadang suka sakit kepala dan lemas." Jawab Azel seadanya.

"Mimisan?"

"Setiap kali sakit kepala suka mimisan dok."

"Suka banyak pikiran dan kecapean ya?" Tanya dokter itu lagi.

"Yah begitulah dok."

Dokter pun menghela nafas pelan sambil menatap Azel.

"Dari hasil tes sementara, ada yang gak beres sama syaraf diotak kamu. Luka akibat benturan waktu itu semakin menjalar kebeberapa bagian." Jelas dokter tersebut.

"Hah? Bukannya waktu dokter bilang kalo kondisi syarafnya sudah baik-baik aja?" Jawab Azel masih bingung.

"Memang waktu itu sudah baik-baik saja. Namun saya tidak menyatakan bahwa lukanya sudah sembuh 100% makanya saya kasih kamu obat untuk dikonsumsi setiap harinya."

"Trus gimana dok? Apa itu bahaya?" Cemas sudah menghantui Azel saat itu.

"Ini masih perkiraan Zel, kamu bisa tes ulang untuk mengetahui semuanya sabtu nanti. Untuk sementara jangan lupa minum obat dan jangan kepikiran ya."

"Rumah lo perumahan apa tadi?" Suara itu menyadarkan Azel dari lamunannya.

"Permata indah." Jawab Azel singkat.

"Alamat jelasnya deh, biar gua gak ganggu lu ngelamun lagi." Ucapan Revin barusan merupakan sindiran alus untuk Azel.

"Blok J2 Nomor 5." Sahut Azel tak mau menghiraukan sindiran Revin.

"Okay."

****

Saat ini mobil yang kendarai Revan sudah termakir manis didepan rumah Azel.

"Itu rumah lo?" Tanya Revin sambil terkagum melihat design rumah Azel. Bukannya norak, ia hanya suka melihat design rumah Azel karena ia memang mempunyai cita-cita menjadi seorang arsitek.

"Bukan, rumah pembantu ." Jawab Azel singkat.

"Lah serius? Gila, kece parah. Ketemu dimana lo pembantu yang kaya gini?" Balas Revan dengan polosnya percaya.

"Yah gak lah bego! Pembantu jenis apaan coba yang rumahnya kaya gini." Ujar Azel dengan galak, karena emosi dengan kepolosan Revan.

"Galak amat. Kali aja gitu pembantu jaman now." Ucap Revan mencoba ngelawak namun malah kelihatan garing dimata Azel.

"Oh ya, jarang banget lo ada cewek kaya lo." Sambungnya lagi.

"Kenapa? Mau ngatain apa lagi hah?" Jawab Azel masih dengan galaknya.

"Ih! Sensi banget sih, mau gua puji padahal. Nih ya jarang banget gitu ada cewek kaya lo, berkecukupan tapi gayanya sederhana." Kata Revan dengan senyum yang tulus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Destruction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang