Part 4

2.2K 145 1
                                    


Oleh : Santi Iksakirana

"Adek mimpi kah ini Bang?" tanyaku bingung

"Coba cubit pipi adek" aku menyodorkan pipiku pada Bang Tama untuk dicubit. Ini khayalan atau kenyataan sih?

"Nih... Kamu nggak mimpi dek, kita lagi sadar ini" Bang Tama mencubit kedua pipiku. Ku lirik Bang Arga malah tersenyum manis.

"Udah jangan bingung lagi, keluarga Wiranata kesini itu mau silaturahmi dan memperkenalkan diri ke adek. Arganta ini anak laki-laki satu-satunya mau meminang kamu dek jadi istrinya. Ayo Ga ngobrol-ngobrol sama adikku, biar kalian tambah akrab dan kompak kalau udah menikah nanti" usul Bang Tama lalu meninggalkan kami berdua diteras rumah.

"Jadi kita di jodohkan Bang?" tanyaku tho the point pada Bang Arganta. Wajahnya santai sekali manis dan stay cool. Tak ada gurat penolakan dari sikapnya seperti menerima saja perjodohan ini.

"Jadi ini ya kado ultah dari ayah mama, sebuah perjodohan yang dadakan tak terpikirkan sedikitpun olehku" batinku berkecamuk.

"Bukan di jodohkan dek, hanya perkenalan selanjutnya terserah kita mau dibawa kemana hubungan ini. Aku tak buru-buru menikah kok. Kita mulai dari berteman dulu kan bisa" jawabnya santai.

"Aku masih kuliah Bang baru semester 5, ada 3 semester lagi yang harus aku lalui. Dan ini rasanya kayak mimpi tiba-tiba saja Abang dan keluarga hadir mau meminang aku seperti yang Bang Tama bilang tadi"

"Rencana keluarga kita sih memang begitu, mau kita menikah tapi kan yang jalani kita dek, berarti ya kita harus sepakat dan sama-sama memantapkan hati untuk menikah".

"Kata-katanya sungguh tegas dan diplomatis. Dewasa sekali orang ini. Dia tak berusaha menolak atau menghindar dari perjodohan ini. Lebih memilih menjalani apa adanya. Masih ada ya cowok santai kalem kayak gini jaman sekarang. Biasanya cowok paling anti kalau di jodohkan. Pasti punya pilihan sendiri apalagi dia sudah dewasa seumuran Bang Tama saja sudah kepala 3, Bang Tama aja udah nikah dan punya anak 1. Lha Bang Arga masih jomblo dan mau pula di jodohkan dengan aku yang sebelumnya kita tak saling kenal sama sekali. Pertemuan baru pertama kali ini. Jangan-jangan dia nggak laku?"

"Kamu kira aku nggak laku ya?"

"Laah kok dia bisa baca pikiranku?"

"Aku bukannya nggak laku dek, hanya saja belum menemukan seorang wanita yang tepat menurut Tuhan untuk aku nikahi. Ayah dan ibuku yang agak risau melihatku jomblo begini di usiaku yang sudah kepala 3. Mereka berusaha mengarahkanku dan menginginkan yang terbaik untukku diadakanlah acara silaturahmi ini sekalian syukuran acara ulang tahunmu dan reuni kecil-kecilan antara Bapakku dan Ayahmu yang dulunya saat SMA mereka bersahabat.

"Berarti kita nggak menikah kan dalam waktu dekat ini Bang?" tanyaku hati-hatiku karena yang aku harapkan adalah jawaban tidak darinya, karena saat ini bayang-bayang tugas kuliah, tumpukkan kertas folio dan HVS dimeja kamar kostku sudah membuatku pusing apalagi kalau sampai benar menikah dalam waktu dekat ini.

"Sepertinya belum dek. Menikah itu tak hanya antara aku dan kamu tapi ada 2 pihak keluarga yang di persatukan. Semua harus sama-sama siap dan mantap. Aku juga tak asal-asalan menikah karena dikejar umur. Aku nggak mau serba terburu-buru meskipun usiaku sudah menginjak kepala 3. Aku yakin Tuhan sudah mengatur jodoh yang terbaik untukku. Kita memang tak tahu dengan siapa kita akan berjodoh tapi Tuhan pasti mengarahkan pada seseorang yang tepat"

Hatiku tenang mendengar penuturannya yang panjang barusan. Setidaknya aku bisa bernafas lega, pernikahan kami masih sebuah rencana. Silaturahmi ini juga baru dimulai. Tak ada yang perlu di risaukan dan betul kata Bang Arga di awal percakapan kami tadi, kita berteman dulu kan bisa, apa salahnya berteman untuk saling mengenal satu sama lain. Mau berjodoh atau enggak semua di tangan Tuhan.



Bersambung...

Segini dulu ya part ini. Jangan lupa vote & komen ya

Makasih

Akhirnya Ku MenemukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang