第一号

220 39 4
                                    

Ryujin dan Somi berjalan melewati lorong utama sekolah yang penuh dengan poster ucapan selamat atas kemenangan tim basket mereka. Namun dari sekian banyak poster yang tertempel itu, hanya satu yang menarik perhatian keduanya.

"Gila keren banget dah Guanlin!" kata Somi, melontarkan pujian. Kedua matanya yang berbinar-binar itu tak lepas dari poster bergambarkan sosok lelaki yang ia panggil Guanlin tadi. Sementara itu, Ryujin hanya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan.

"Ini Guanlin yang lu bilang casanova sekolah itu, Som?" tanya Ryujin. Somi mengangguk mantap. "Boleh lah, lu kan demen anak basket gitu Som."

Somi menghela nafasnya asal. "Masalahnya dia itu terlalu sempurna buat gue, Jin. Gue mah takut ketikung sama fans-fansnya." Ia berbalik dan bergegas meninggalkan wilayah itu, disusul Ryujin. "Mending pak Junmyeon aja deh, hatiku siap."

Ryujin menatap Somi lama sekali. Kelopak matanya bahkan tidak berkedip sekali pun. "Som, gue gak nyangka sekarang lu beralih ke om om."

Kini giliran Somi yang menatap Ryujin. "Bego jangan di pelihara, Jin," katanya dengan intonasi lemah lembut, "kalo di denger adeknya lu bisa di drop out, setund!"

Ryujin hanya tertawa cengengesan. Mana mungkin seorang Ryujin dapat dengan mudah di drop out oleh ketua yayasan sekolah? Yang ada ketua yayasannya yang drop out mandiri.

Mengingat sebentar lagi bel akan berbunyi, kedua gadis itu pun bergegas masuk ke dalam kelas barunya. Niatnya masuk diam-diam, rencana itu digagalkan oleh mata sapi Daehwi.

"Gais! Ada yang baru balik dari Jepang nih!" seru Daehwi. Spontan seisi kelas menoleh ke arah Ryujin dan Somi.

"Wuanjir! Shin Ryujin bor!" seru Baejin dengan hebohnya. Ia menyerahkan ponsel pintarnya kepada Daehwi. "Potoin gue sama Ryujin dong, Dew!"

"Jangan mau, Jin! Baejin belom mandi!" teriak Woojin dari sudut belakang kelas. Woojinnya jadi seksi kebersihan dong frinz, makanya dia sempat-sempatnya nyapu kelas sendirian.

"Halah, sirik aja lu sedotan akua gelas!" Baejin segera berpose di sebelah Ryujin sebanyak mungkin. Sementara Daehwi, ia beralih menjadi fotografer freelancer sekarang. "Hana.. dua.. three.."

Entah sejak kapan Daehwi menjadi siswa multilingual. Yang jelas, tak ada yang peduli.

Somi mendaratkan sebuah pukulan dengan buku tulis tebalnya di atas kepala Baejin. "Heh, tapir! Norak banget si!" celetuk Somi sambil tertawa bahagia.

"Apa sih lu Som!" Baejin menarik kembali ponsel pintarnya dari Daehwi. Ia melanjutkan kembali kata-kata yang belum ia selesaikan tadi. "Gue kan cuma nyari bahan postingan di Instagaram!"

"Serah deh, yang penting sekarang gue sekelas lagi sama bestie gue!" Daehwi segera memeluk Ryujin sambil lompat-lompat berdua. Melepas rindu katanya. Padahal Ryujin cuma 2 bulan doang di Jepang.

Merasa rindunya sudah dilepaskan, Daehwi juga melepas pelukannya terhadap Ryujin. "Gimana rasanya pertukaran pelajar ke Jepang, Jin?"

Ryujin terdiam. Sebenernya B aja sih, tapi Ryujin tidak mau dicap kaki tiga sama mereka. Bukan woy, maksudnya dicap sombong!

"Seru seru aja. Orangnya pada kalem bor, ga kaya elu brisik kaya tong kosong!"

Daehwi tertawa keras, mengalahkan suara bel yang menandakan jam pelajaran dimulai. "Hahahahahanjing juga lu ya sekarang. Sini dah lu berdua, duduk di belakang gue."

Ryujin dan Somi mengekori Daehwi ke bangkunya. "Noh, lu berdua duduk yang kalem yak di situ."

"Terus lo duduk sendirian gitu?" sela Somi.

"Ya enggak lah, kompor kuantum! Jam segini mah masih banyak yang belom dateng!" Daehwi sudah naik daun. Ralat, maksudnya naik darah. Kebiasaan sih kalo Daehwi udah ketemu Somi.

Tak lama kemudian, suara teriakan siswi-siswi berlapis BB cream setebal 3cm dari luar kelas menyeruak. Semakin lama semakin keras volumenya, hingga sosok yang tak pernah mereka duga menginjakkan kakinya ke Mall Kelapa Gading. Bukan woy, sekolah!

Seluruh mata tertuju pada sosok itu, kecuali Ryujin. Sosok itu berjalan masuk dan mengabsen seisi kelas dengan kedua mata bulatnya.

"Masya Allah, ini anak gantengnya kaga pernah alpha apa ya?" Somi menyikut lengan Ryujin untuk ikut menyaksikan indahnya ciptaan Tuhan YME di depannya itu.

Lelaki bername-tag「 cogan, MVP lagi 」itu pun berjalan mendekati Daehwi. Tapi sebelumnya, ia menatap Ryujin dengan tatapan yang sulit diartikan. Tapi lebih sulit Logaritma sih katanya.

"Sebelah lu kosong kan?" Dia nanya ke Daehwi, bukan Ryujin. Jangan geer deh lo!

"I-iya, kosong Lin." Bukan hanya ciwik-ciwik yang terpana, Daehwi juga tak mau kalah.

"Oke, gue duduk sebelah lo ya." Guanlin segera mendaratkan pesawatny- bukan woi! Pokoknya dia duduk dengan kalem lah di situ!

Setelah ngerapiin mejanya, Guanlin berbalik menghadap Somi dan Ryujin. YA KAGET LAH SI SOMI KAYAK KECIDUK BAPAKNYA JIHOON YANG KATANYA POLWAN ITU.

"Hai, Somi dan anak baru?" Guanlin menatap Ryujin dengan intens hingga jantung Ryujin berimigrasi ke dengkulnya. "Nama gue Guanlin, salken ya."

"Gue Ryujin dan gue penghuni lama sekolah."

"Oh, yang pertukaran pelajar itu ya? Keren juga lo!" Guanlin mengacungkan kedua jari tengahny- yee salah! Kedua jempolnya!

"Hehe, makasih," kata Ryujin yang dalam hatinya lagi girang. "Ngomong-ngomong, itu nametag lo najis banget."

Mata Guanlin spontan turun ke nametagnya. "Ini? Najis?" tanyanya tidak percaya. "Sialan lo ya :)"

Ryujin tertawa lepas. "Gak maksud hehe."

"Lo mau tau alasan kenapa nametag gue begini?"

Ryujin membalasnya dengan sebuah anggukan.

"Sebenernya cuma buat ngingetin gue doang," katanya.













































"Kalo gue lagi proses jadi MVP di hati lo. Pelan tapi pasti!"

paanci anjing baru kenal udah ngegas ( -_・) ︻デ═一 ▸

๑◕ܫ◕๑ ᴄᴀsᴀɴᴏᴠᴀ ๑◕ܫ◕๑

ff gak baku pertama gue nih frinz, ceritanya lagi belajar nulis 700+ words sehari gitu heheh. 잘부탁드립니다!🙏

「 casanova 」Where stories live. Discover now