Chapter 2 - Suara di Antara Hujan

74 11 1
                                    

"Saya memb—"

"Tidak perlu memberi hormat, Ximeng," potong sang Kaisar seraya menggeleng pelan.

Ximeng, sang Dewa Kutukan, mengerutkan keningnya saat melihat punggung tegap Kaisar Tianjie. Pria yang paling dihormati di Alam Surgawi itu nampak menikmati pemandangan dari balkon tempatnya berdiri saat ini. Desiran lembut angin yang menerpa rambut halus Kaisar Tianjie membuat helaian perak keunguan itu melambai-lambai dengan indah.

Ximeng terdiam di tempatnya. Sejujurnya ia ingin bertanya tentang kepentingan apa yang membuat Kaisar Tianjie memanggilnya kemari. Namun, sebelum sang Kaisar yang terlebih dahulu mengajukan pertanyaan, Ximeng takkan berani untuk melakukan itu.

Beberapa menit berlalu, pada akhirnya Kaisar Tianjie berbalik dengan satu sudut bibir yang terangkat. Manik biru terang seperti lautan yang jernih itu memandang Ximeng dengan pendaran ceria yang asing. Ada sedikit pendaran jahil di dalamnya. "Apakah kau tahu rahasia untuk membuat secangkir teh ternikmat di Alam Surgawi, Ximeng?" tanya Kaisar Tianjie seraya berjalan mendekati Ximeng yang berdiri beberapa langkah darinya.

Walaupun Ximeng tidak tahu apa yang dimaksudkan Kaisar Tianjie, tetapi pada akhirnya ia memutuskan untuk menjawab. "Apakah rahasia itu mengenai daun teh yang harus direbus menggunakan air suci, Yang Mulia?"

Kaisar Tianjie terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak—entah untuk alasan apa, membuat Ximeng tidak mengerti dimana posisinya saat ini. Apakah Kaisar Tianjie hanya ingin mencari teman untuk dijahili ataukah ada hal lain yang berkaitan dengan kemampuannya sebagai dewa kutukan? Sungguh, Ximeng tidak mengerti bagaimana jalan pikiran Kaisar Tianjie.

"Apakah jawaban hamba salah, Yang Mulia?" tanya Ximeng terheran-heran.

"Tentu saja!" seru Kaisar Tianjie dengan sisa-sisa tawanya. "Tentu saja jawabanmu salah!" Kali ini, Kaisar Tianjie kembali terbahak.

Dengan kening yang semakin berkerut dalam, Ximeng kembali bertanya, "Lalu, apakah jawaban yang benar, Yang Mulia?"

Kaisar Tianjie kali ini berusaha untuk menghentikan tawanya. Matanya bahkan memerah karena terlalu terbahak tadi. Namun, hanya dalam hitungan detik, wajah Kaisar Tianjie menjadi sangat serius hingga membuat Ximeng juga menegang di tempatnya. Apakah rahasia tentang teh itu berkaitan dengan kutukan?

"Jawabannya adalah ...," Kaisar Tianjie memberikan jeda pada ucapannya, "tidak ada."

Kali ini, tawa Kaisar Tianjie kembali meledak dan bahkan lebih keras daripada sebelumnya. Ximeng yang saat itu baru menyadari dirinya kembali terkena perangkap kejahilan Kaisar Tianjie hanya mampu menghela napas pasrah dan mengumpat dalam hati. Sudah kesekian kalinya di hari ini dirinya termakan umpan dari Kaisar Tianjie. Mengapa bisa ia tidak belajar dari pengalaman sebelumnya?

Mendengar helaan napas Ximeng, tawa Kaisar Tianjie pun perlahan mereda, ia menyadari bahwa Ximeng tidak tertawa bersamanya. Bibir tipis Kaisar Tianjie secara tidak sadar tertarik ke depan, kesal ketika mengingat Ximeng sangat sulit untuk tertawa. "Apakah itu tidak lucu, Ximeng?" tanya Kaisar Tianjie, sedikit kecewa.

Menghela napas untuk kedua kalinya, Ximeng memutuskan untuk menjawab pertanyaan Kaisar Tianjie. "Sangat tidak lucu, Yang Mulia," jawab Ximeng jujur dengan pandangan mata yang datar. Jika saja dewa lain yang melakukan itu, mereka mungkin takkan lagi dapat melihat keindahan Alam Surgawi akibat kelancangan itu.

Menghela napas, Kaisar Tianjie menyerah. "Baiklah, aku tidak akan berusaha untuk membuatmu tertawa lagi," ujar Kaisar Tianjie, kembali berbalik dan menuju balkon. Langkah kaki itu berhenti ketika tangan bersarungkan kain emas Kaisar Tianjie dapat meraih pegangan balkon itu. Atmosfer di sekitar berubah menjadi lebih berat daripada sebelumnya, dan Ximeng sadar bahwa Kaisar Tianjie akan menyinggung topik yang sangat serius.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Peach BlossomsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang