Luka masa lalu, jika terus diingat maka akan terus menyakitkan.
🍬🍬🍬
ALETTA memasuki ruang kelas dengan jantung berdebar, murid yang tadinya berisik, saling melempar kertas, keluar dari tempat duduknya, mendadak kembali ke tempat duduk mereka masing-masing dan membungkam mulut mereka. Aletta dan Bu Tita memasuki ruang kelas dengan senyuman, Aletta dengan senyum canggungnya dan Bu Tita dengan senyum hangatnya. Bu Tita mempersilahkan Aletta untuk memperkenalkan diri dan dengan sedikit takut-takut Aletta memulai perkenalannya.
"Nama saya Dynastyana Aletta Eustacia, saya biasa dipanggil Aletta. Saya pindahan dari SMA Lingkar Jati Bandung. Senang bertemu kalian dan saya harap kita dapat menjadi teman yang baik." Pengenalan diri yang cukup mengesankan bagi Bu Tita.
Damar sang ketua kelas menyambut Aletta begitu hangat, dan berikutnya diikuti teman-teman kelas lainnya. "Salam kenal Aletta."
"Salam kenal, semoga betah, ya, di kelas ini."
"Jangan mau deket-deket sama Dino, dia bau."
"Heh! Kalau gue bau, lo berarti busuk, Tin!"
Aletta memperhatikan dan mendengarkan sembari tersenyum, teman-temannya ternyata sangat ramah dan dapat Aletta rasakan jika kelas ini begitu kompak dan hangat. "Baik, Aletta. Kamu bisa duduk di samping Intan di sebelah sana," ucap Bu Tita sembari menunjuk salah satu bangku kosong di barisan ketiga.
"Baik, Bu. Terima kasih sudah mengantarkan saya sampai ke kelas." ucap Aletta sembari membungkuk hormat.
"Let, hati-hati duduk sama Intan dia tukang ngorok!"
"Enak aja lu, lu tuh, yang tukang ngorok. Kalau tidur berisik banget!"
"Sudah-sudah, kalian ini tenang hanya saat pintu terbuka doang. Ya sudah Aletta, Ibu tinggal, ya, kalau gitu. Selamat belajar anak-anak." Bu Tita menoleh terlebih dahulu ke arah Damar. "Damar, jangan lupa panggilkan guru yang mengajar."
Dan saat itu, helaan napas terdengar.
"Yahhh..."
"Yes dong, kok, yah?"
"Yes!" seru murid.
Aletta kembali menahan senyumnya lalu menarik napas dan langsung mengeluarkannya. Dengan langkah yang mantap ia ikut melangkah ke arah tempat duduknya bersamaan dengan Bu Tita yang melangkah keluar. Dan tepat ketika Aletta menempati tempat duduknya, pintu kelas kembali terbuka. Bukan guru, melainkan Dika dan kawan-kawan.
"Assalamualaikum," ucap laki-laki yang berada di balik punggung Dika, yang tidak lain adalah Andre.
"Waalaikumsalam, ada apa, Dik, Dre, Mar?" tanpa harus disebut dengan nama lengkapnyapun semua murid langsung menatap ke depan.
Begitu kata Mar disebut, maka mereka tahu siapa pemiliknya. Tentu saja Mario Ramadhan, laki-laki dengan sejuta pesonanya yang hanya dapat diajak bicara ketika ia sedang berada di lapangan dan dengan ucapan yang singkat pula. Dika, Andre, dan Mario sangat dikenal oleh murid SMA Taraka, bukan karena penampilan fisiknya, melainkan juga karena prestasi yang sudah masing-masing dari mereka peroleh selama setengah tahun berada di SMA Taraka.
"Ngantar buku." tegas Mario.
Damar terkekeh mendengar suara Mario, benar-benar penuh penegasan dan tepat mengenai sasaran. Damar bangkit berdiri, ia tidak ingin tamu yang datang ke kelasnya berlama-lama menahan buku paket di dalam pelukan lengan mereka. Tidak lupa Damar memanggil temannya untuk membantunya.
"Buku buat siapa? Setahu gue, gue udah ngambil semua buku di perpus untuk buku-buku barunya." ucap Damar.
"Buat anak baru, Mar. Bukan buat kelas lu." jawab Dika sembari menyerahkan buku yang berada di lengannya kepada Fathin. "Bilang sama dia, kalau bukunya ada yang rusak langsung temuin gue, biar gue ganti pake buku yang gue punya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Zone
Teen FictionTuhan itu adil. Tuhan selalu tahu, seberapa besar kemampuan kita dalam menghadapi berbagai macam ujian. #SayangProject [Cover by Hyderia]