Angin mengayun pergi. Menyusuri sela sela jendela kamarku. Mataku tak dapat lepas dari telepon genggamku. Bergelut dengan rindu, yang tak terelakkan lagi. Kusibakkan selimut pada seluruh tubuh. Berharap hangatnya kan menjalar menepis rasa rinduku. Namun, rindu ini menolak tuk pergi. Jauh keinginanku pun demikian. Ingin kubiarkan saja. Biarkan dinginnya rindu ini menemani, menjadi teman baruku dan menjadi bayang-bayang sosoknya.
Pukul setengah sembilan malam. Tak satupun pesan masuk darinya. Ya, kumulai beradaptasi dengan keadaan ini. Setelah enam bulan lebih terbiasa dengan kehadirannya. Malam itu ku dapat kembali menyapa ruang sendiriku. Ruang sendiri. Kumulai menghargai kembali ruang sendiri. Menuangkan segala buah karya pikiranku melalui apa saja yang kusukai. Tak dapat kupungkiri, semua ini bentuk bendungan perasaan yang ku alami.
Tak dapat kuceritakan dengan bentuk apapun. Namun, entahlah. Perasaan yang bergejolak. Bercampur padu, membuatku ingat akan sosoknya. Sosok baru, namun melekat begitu cepat. Seorang manusia hanya dapat dikatakan perencana hebat. Namun, hanya Allah.swt. yang Maha Penentu, walau sehebat apapun rencana kita. Dan, seorang manusia dapat begitu putus asa dan berpasrah, namun hanya Allah.swt. yang Maha kuasa atas seluruh bahkan hingga setitik hal yang menimpa kita. Dan, kini kumengerti semua itu.
YOU ARE READING
Janji Bulan Juni
RomanceSapa namaku dengan sebutan Ndira. Mengenalmu bukan suatu kebetulan, melainkan telah direncanakan, oleh Sang Maha pencipta, Sang Maha Perencana yang telah menggariskan jejak-jejak kita, agar kelak kita kan mengetahuinya, tentang sesuatu yang tak ter...