Setahun yang lalu...
"Nak, bisa bantu ibu?"
" bisa bu. Apa yang bisa saya bantu, bu?'
" jadi gini ibu ada kepentingan sebentar ke luar sekolah. Tapi, kelas 10 mia 4 tuh mau ulangan, ibu minta kamu sama siapa gitu temenmu, bantu ibu awasi mereka ulangan,"
" awasin ulangan bu?"
" iya awasin ulangan, bisa kan?"
" iya bu siap bisa"
Tak ada kegiatan yang sibuk di hari ini. Tidak seperti biasanya, sekolahku seolah lengang dengan kesibukan para muridnya. Sejak pagi, tak ada satu pun kegiatan. Hanya mengerjakan tugas remedial ulangan kimia. Huft. Tersisa dua soal yang belum kuisi, dan teman-temanku pun demikian. Agenda guru pun masih bersih dari tinta pulpen. Entahlah. Memang ada beberapa guru yang berhalangan hadir. Namun, itulah yang menjadi kesenangan kami, para anak SMA.
"ri , temenin gua yuk," ujarku dengan nada terburu-buru.
" ih apaan? Temenin kemana nih?"
" itu disuruh bu winda awasin ulangan mia 4 katanya bu winda mau keluar,"
"ha? Ngapain dira..." dengan isyarat menolak.
" udah temenin aja,"
Tanganku dengan cepat menyambar tangannya. Lalu, menariknya menuju lantai dua kelas sepuluh. Langkah kaki kami menderu di area lorong tangga. Mata kami langsung tertuju pada ambang pintu kelas 10 mia 4, yang terbuka.
" kita masuk aja nih?" dengan mimik muka penasaran.
" gatau, ga berani,"
"lha trus gimana?"
Ku usap lantai dari debu. Duduk, sembari menyandar tiang tembok bercat putih.
"duduk sini aja, sambil nunggu bu winda,"
" kan tadi katanya bu winda mau pergi....". Kawanku yang ini memang selalu menguji kesabaranku.
"udah gapapa, tunggu aja dulu disini, bestari"
Bestari. Imajinasi anak perempuan yang manis, lembut, keayu-ayuan, dan pendiam di benakku ketika pertama kali mendengar namanya. Namun, semua itu terpatahkan oleh bestari yang satu ini. Bestari yang sekarang menjadi teman bahkan tempat curhatku.
Satu hal yang tak pernah kumengerti darinya adalah tak pernah perduli akan omongan orang lain. Itu bertolak belakang denganku. Sangat bertolak belakang. Konsep pemikiran bahwa yang menilai diri kita adalah orang lain tak begitu berpengaruh baginya. Menurutnya, diri kita lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita sendiri. Entahlah. Banyak perbedaan antara kita.
Lorong kelas atas masih sepi. Seketika muncul bayangan dari arah tangga.
" nadira, bestari.....nunggu lama ya?" tanya bu windi yang baru saja datang.
" ya, lumayan bu, hehehe..." ucapku.
"yaudah tunggu sebentar ya, ada yang harus ibu sampaikan dulu. kalian tunggu disini saja, nanti ibu panggil kedalam kalau sudah selesai,"
" baik bu,"
Kami pun menunggu. Sembari menikmati pemandangan sekolah, dari atas. Tempat yang kini menjadi rumah kedua kami. Sejenak ku membayangkan segala yang terjadi bersama teman-teman baruku. Baru menginjak lima bulan, bersama mereka . Dan, itu terasa cepat. Tak terasa kan tiba di penghujung tahun. Penilaian akhir semester pun telah menanti. Memang semua begitu cepat, seolah waktu telah mengendalikanku, atau mungkin diriku yang terlena akan waktu, sehingga tak dapat mengendalikannya, entahlah. Seolah waktu berjalan begitu cepat dalam hidupku. Cepat, begitu cepat, secepat perasaanku yang jatuh padanya.
YOU ARE READING
Janji Bulan Juni
RomanceSapa namaku dengan sebutan Ndira. Mengenalmu bukan suatu kebetulan, melainkan telah direncanakan, oleh Sang Maha pencipta, Sang Maha Perencana yang telah menggariskan jejak-jejak kita, agar kelak kita kan mengetahuinya, tentang sesuatu yang tak ter...