Seperti biasanya, setiap pagi kantin akan selalu ramai. Ada yang hanya membeli minuman ataupun sekedar duduk sambil bergosip ria.
Seperti yang dilakukan keenam cewek rusuh ini, mereka hanya duduk disalah satu meja kemudian memulai aksi gosipnya tanpa ada makanan ataupun minuman diatas meja mereka tetap semangat menceritakan hal yang menurut mereka menarik untuk diceritakan."Eh katanya ada murid baru loh" celetuk Githa si biang gosip.
"Cowok atau cewek?" Tanya Sesil si cewek kepo dengan antusias.
"Katanya cowok sih" balas Githa.
Mereka berdua sibuk membahas murid baru yang katanya akan datang hari ini sedangkan sisanya hanya diam sambil sibuk dengan ponselnya masing-masing meskipun sibuk dengan urusannya mereka semua memasang telinga dengan tajam sehingga terkadang mereka melirik kearah Sesil dan Githa yang kini membahas hal yang tergolong aneh.
"Katanya sih tiga orang cowok, bisalah salah satunya gue gebet" celetuk Githa penuh harap.
"Mana mau tuh cowok sama Lo!" Ucap Kathy tiba-tiba membuat Githa melotot kearah Kathy. Hingga akhirnya mereka saling menatap seakan ada tanduk api diatas kepala mereka.
"Elo cari ribut sama gue Kat?" Tanya Githa masih menatap Kathy tajam.
Kathy mendongakkan dagunya menantang.
"Kenapa? Gak suka?!" Balas Kathy tak kalah sengit."Gue cabut deh, kalian ribut aja berdua" ucap Fara sembari berdiri dari kursi.
"Eh gue ikut" Alissa mengikuti langkah Fara yang semakin jauh dari meja. Sedangkan Sesil dan Bella mencoba memisahkan dua orang yang seharusnya tak perlu dipisahkan, palingan lima menit berikutnya mereka baikan lagi. Ya seperti itulah mereka berenam, mereka gak akan membiarkan masalah menghancurkan persahabatan mereka dengan mudah.
Sekecil apapun masalahnya mereka akan berkumpul dan membahas satu persatu kesalahan apa yang dibuat masing-masing dari mereka. Sehingga dikemudian hari gak ada lagi sakit hati karena ditegur atau karna dijauhin tiba-tiba, karna jika mereka menjauhi salah satu temannya maka mereka hanya ingin yang satunya itu mengeri kesalahan yang diperbuat.
----------------------------------------------------------------------
"Ra, tunggu elah" teriak Alissa berada lumayan jauh dibelakang Fara.
"Cepetan" Fara menghentikan langkahnya sejenak menunggu Alissa yang berjalan setengah berlari kearahnya.
"Gila ya elo jalan cepet bener" ucap Alissa dengan nafas yang ngos-ngosan.
Fara melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan Omelan Alissa yang menurutnya tidak penting sama sekali.
"Elo mau kemana woi!" Teriak Alissa, lagi-lagi Fara menghentikan langkahnya kemudian menoleh kearah Alissa.
"Perpus" setelah mengucapkan itu Fara melanjutkan langkahnya meninggalkan Alissa yang tampak mengatur nafasnya.
"Buset gue ditinggal? Nyesel ngikutin itu bocah!" Umpat Alissa terkadang tidak sadar diri, padahal sedari tadi dirinya lah yang seperti bocah. Berlari lari seperti anak kecil ditinggal induknya.
Fara memasuki perpustakaan yang sunyi, hanya diisi beberapa orang yang sedang membaca disalah satu meja yang disediakan diruangan ini, ada juga beberapa orang yang tampak masih memilih buku di rak entah untuk dibaca ataupun dipinjam.
Fara menyusuri rak-rak buku matanya mengikuti arah susunan buku membaca satu persatu judul setiap buku dari rak yang satu ke rak yang lain, hingga matanya berhenti pada satu rak 'novel' Fara mengambil salah satu novel lalu duduk disalah satu meja.
Matanya mengikuti tiap baris kata yang tersusun rapi dibuku tersebut sambil sesekali tersenyum ketika mendapati bagian yang menurutnya manis ataupun romantis.
"Permisi" ucap seseorang
Fara menoleh ke sumber suara yang sepertinya tepat berada dibelakangnya.
"Boleh gabung?" Tanya orang tersebut.
Fara hanya mengangguk kemudian melanjutkan membaca novelnya.
Cowok yang tadi bertanya kepadanya kini duduk di kursi sebelahnya, karna memang hanya meja yang Fara tempati yang masih kosong, entah darimana datangnya orang-orang sehingga perpus tiba-tiba ramai namun tetap sunyi.
"Nama elo siapa?" Tanya cowok yang duduk disebelahnya, Fara menoleh menatap cowok tersebut lalu tiba-tiba terdiam, bagaimana tidak? Jarak Meraka sangat dekat sehingga Fara dapat melihat dengan jelas wajah cowok tersebut, kulitnya yang putih mulus sangat jarang dimiliki laki-laki lain yang biasanya memiliki kulit cokelat ataupun sawo matang. Mata hitam pekatnya membuat semua orang yang menatap tak mampu mengalihkan pandangannya, hidungnya yang mancung, bibirnya yang pink sehingga siapapun pasti dapat menyimpulkan laki-laki dihadapannya bukan perokok karna biasanya orang perokok tidak akan memiliki bibir pink seperti laki-laki ini. Tampan, satu kata yang pantas bahkan sangat pantas disandangnya. Apalagi badannya yang tegap menambah kadar ketampanannya.
Cukup lama terdiam Fara tersadar ketika sebuah tangan bergerak kekanan dan kekiri dihadapannya.
"Sorry, nanya apa tadi?" Tanya Fara memastikan apakah benar cowok itu tadi menanyakan namanya atau hanya ilusinya
"Nama elo siapa?" Tanya cowok itu lagi.
Fara mengangguk, entah tanda bahwa dipahami pertanyaan cowok tersebut atau membenarkan pertanyaannya sendiri bahwa cowok itu menanhakan namanya.
"Fara" jawab Fara santai kemudian kembali fokus dengan novelnya.
"Gue Darren" ucap cowok itu tiba-tiba.
Fara hanya mengangguk tanpa menoleh.
"Gue deluan ya, Fara" ucap Darren itu kemudian berdiri hendak pergi, Fara hanya menoleh kemudian mengangguk. Setelah itu Darren melangkah ke pintu perpus.
Fara menatap kearah punggung Darren, matanya mengikuti gerakan cowok tersebut hingga punggungnya menghilangkan dari pandangannya, kemudian Fara tersenyum.
"Darren" guman Fara masih dengan senyum yang melekat di bibirnya, lalu kembali fokus dengan novelnya hingga bel masuk berbunyi Fara meninggalkan perpustakaan kemudian masuk kedalam kelas.
----------------------------------------------------------------------
Sorry ya cuma dikit hehe..
Insyaallah part selanjutnya panjang kok.
Jangan lupa voment yaaa, vote kalian penyemangatku.
Salam sayang
-FebyOlaAnaka 💙
Ig:Ola.anakaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGAGUMMU
Teen FictionHaiii... Apa kabar? Ah, sudah pasti kamu baik-baik saja. Karena memang kamu harus baik-baik saja. Aku rindu, kamu tau? Sudah pasti tidak. Karena kamu gak akan pernah mau tau. Seandainya aku berani, berani mendekatimu, berani menyapa dan tersenyum ke...