2

16 2 1
                                    

Detensi. 4 jam. Aku malas.

Aku berjalan ke ruang detensi sambil menggerutu dalam hati. Hari ini hari sialku. Aku terlambat datang ke sekolah, dan lupa mengerjakan PR matematika yang mengakibatkan nilai matematika ku yang hampir perfect menjadi sedikit tercela. Cih.

Tapi dipikir-pikir lagi, hari ini bukan hari sial juga. Aku tadi berduaan dengan Jimin oppa. Memikirkan hal itu membuat senyum malu-malu kembali berkembang di wajahku. 😊

Office boy yang tadi lewat di depan taman kembali lewat dan menatapku dengan tatapan menjudge.

Wahahahahahhh aku memang gila, apa kamu baru tau?

Dengan cuek aku masuk ke ruang detensi. Namun aku kaget karena yang duduk menungguku sana bukanlah seorang guru, melainkan sebuah angin. Kuulangi, ANGIN!!!!!!! Tidak ada guru~

Senangnya~~ Aku ingin menari lagi. Aku menjerit kecil sambil tertawa layaknya orang kesurupan. Aku mengecap surat detensiku sebagai tanda bahwa aku 'sudah' menebus detensiku. Aku berlari kecil sambil bersenandung kecil lagu Holiday (SNSD). Namun kegembiraan ku terpotong karena sebelum aku berhasil membuka pintu, seseorang membuka pintu dengan kasar dari arah yang berlawanan dari arahku, sehingga aku terhuyung dan menabrak meja yang ada di barisan depan.

Bajingan.

Aku sangat marah. Aku ingin menonjok orang ini, namun tinjuku terhenti karena aku takut konsekuensi jika aku menonjok siswa yang paling berpengaruh di sekolah ini. Cuih. Menggelikan.

Aku tidak mengenal orang ini, tapi semua orang yang sekolah di sekolah ini pasti tau siapa dia.


Siapa lagi kalau bukan orang yang ditunggu para readers, Jeon Jungkook.


Ia sangat menjijikkan.


Amat teramat sangat menjijikkan.


Kau mau tahu kenapa kubilang dia menjijikkan? Karena orang bodoh itu selalu berpikir semua perempuan tergila-gila dengannya. Dasar bodoh.


"Hey, perlu sedikit bantuan?" tanyanya sambil bersmirk ria. Hah. Sok pahlawan, menjijikkan. Siapa juga yang butuh bantuan dari orang bodoh.


Aku mengabaikan perkataannya. Aku ingin cepat-cepat pulang saja. Aku bergegas melangkahkan kakiku keluar dari ruangan itu dan aku bebas!!!


Setidaknya itulah bayanganku. Namun mimpi indah itu dirusak oleh si bodoh yang dengan bodohnya menahan agar aku tidak pergi dari neraka tersebut.


"Hei, hei, mau pergi kemana? Detensi baru saja dimulai."


Ugh. Bahkan hanya mendengar suaranya membuatku muak.


"Aku sudah selesai. Permisi." Kataku singkat sambil masih berusaha keluar.


"Tidak bisa. Kau belum boleh meninggalkan ruangan ini sebelum kau selesaikan tebusanmu." kata Jungkook tegas, atau lebih tepatnya sok tegas.


Aku mengibaskan surat detensiku yang sudah tercap di mukanya.

"Lihat cap ini? Aku sudah selesai. Aku mau pulang." Lagipula ini 'kan bukan urusanmu, lanjutku dalam batin.


Tanpa kuduga, Jungkook merebut surat detensiku dan menelitinya. Sial, dia membaca jumlah jam detensiku dan sepertinya ia menyadari kalau mustahil jika aku telah menyelesaikan tebusanku. Ugh, dia pasti akan menahanku lebih lama.


Namun dia hanya membalas dengan, "Oh, sudah selesai? Kalau begitu pergi saja."


Wh.. what? O_o Sudah kubilang, dia sangat b o d o h. Mana mungkin aku sudah menyelesaikan detensiku yang 4 jam itu, padahal ini baru 10 menit dari pulang sekolah?! Yasudahlah, hal ini kan menguntungkanku juga. Hehe!


Aku bergegas keluar dari neraka itu untuk pulang. Aku kembali mengingat-ingat Jimin oppa. Hanya mengingat namanya membuatku bahagia. Aku pasti sudah gila.

Aku ingin pulang bersamanya, tapi senior selalu pulang sore. Jimin oppa tidak suka kalau aku menunggunya pulang, ia lebih suka kalau aku pulang duluan. Bukannya ia tak mau menemaniku, tapi makin sore makin berbahaya, menurutnya. Hmm.. entahlah. Kalau tidak salah memang di sekitar sekolahku ada geng anak sekolah berandalan yang suka menongkrong sore-sore.

Yah, itu gosipnya.

____________________________

Aku tidak mau menebus lagi. Aku bersiap-siap lebih cepat pagi ini. Dalam waktu 15 menit, aku tiba di sekolah. Ya, bus sekolahnya tadi ngebut. Aku duduk dengan tenang dan membaca-baca sedikit tentang bab Tata Surya. Aku menyukai benda-benda langit semenjak aku kecil. Aku dapat menghafal urutan planet-planet dalam Tata Surya dari sejak aku TK. Bagiku, benda benda besar di luar angkasa itu sangat menarik.


BRETTT BRETTT


Tanda bahwa akan ada pengumuman.


Siswi Shin Siyeon, harap segera menemui kepala sekolah di ruangannya. Sekali lagi, siswi Shin Siyeon, harap segera menemui kepala sekolah di ruangannya. Terimakasih.


Aku salah apa...


Aku bergegas ke ruangan kepala sekolah. Firasatku tidak enak.


Firasatku makin tidak enak saat aku melihat si bodoh tolol idiot Jungkook berdiri di depan pintu ruangan kepala sekolah. Dan ia tersenyum aneh penuh makna ke arahku.


Oke, aku takut.


Aku memasuki ruangan kepala sekolah setelah Jungkook. Jungkook berjalan ke samping kepala sekolah sementara aku berdiri di depan sang kepala sekolah.


"Shin Siyeon, saya tahu perbuatanmu kemarin. Untuk itu, saya menghukum kamu tidak boleh pulang hingga jam 5 sore setiap hari selama minggu ini, untuk membantu para pekarya sekolah."


"P-perbuatan saya ... apa?" Aku berusaha terlihat innocent.


"Tentang kamu yang berusaha membodohi para guru dengan diam-diam mengecap sendiri surat detensimu. Kamu memilih warna yang salah. Kemarin seharusnya diberi cap warna merah, hari ini ungu, besok biru, lusa hijau, dan seterusnya. Kamu tidak dapat membodohi kami."


Aturan warna bodoh macam apa itu?! Ternyata kepsek sama bodohnya dengan si Jungkook. Idih, si Jungkook pake acara lapor lapor segala lagi. Emangnya anak SD? Bocah.


Aku dengan pasrah menerima hukumanku.


Tapi bukankah kalau aku pulang sore, aku bisa pulang bersama Jimin oppa?


Ya kan?

Stupid JKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang