10

1.2K 281 5
                                    

gue dan minhyun sekarang ada di cafe untuk menikmati kopi yang hangat.

jangan salahkan gue yang suka kopi pahit layaknya americano tanpa gula padahal gue cewek.

namanya juga wanita karir. sibuk dan termasuk workaholic juga.


"hana, kamu mau gimana untuk pernikahan kita nanti?" tanya minhyun.

hari ini kita emang ketemu untuk membicarakan itu.

"gue sih flexibel aja. nurut apa kata lo"

"saya lebih memilih tidak usah ada resepsi. yang penting sah"

hah?

bayangin dong, walaupun gue dan dia mungkin ada rasa malu karena ingin menikah untuk yang kedua kalinya, tapi hal penting kayak gini masa ga dirayain sama sekali?

"kenapa?" tanya gue heran.

"saya cuma gamau repot. yang penting saya punya kamu, dan kamu punya saya"


gue menenggak kopi hangat yang ada dihadapan gue dan menaruhnya lagi diatas piring kecil.

"gue mau dirayain walaupun tertutup."
"lo gabangga bakal punya istri kayak gue?"

"bukan itu hana..."
"saya... memikirkan nanti resepsinya akan seperti apa"

"maksudnya?"

"kamu kan dari kalangan berada. saya aja sama yoona cuma mengadakan pesta antar keluarga. saya hanya takut tidak bisa memenuhi keinginan kamu"


kenapasih minhyun ngerasa strata sosialnya dengan gue tuh jauh banget? gue pun jadi ceo karena jaehwan, bukan karena usaha gue sendiri.

ya walaupun gue udah menaikkan omset di perusahaan, tapi gue juga merasa itu semua hanyalah perlakuan tahu diri kepada keluarga jaehwan.



"masalah uang gampang. gue cuma mau memperlakukan kita berdua secara spesial" kata gue kepada minhyun.

"tapi saya gabutuh kemewahan"

"emang siapa bilang pengen mewah? seenggaknya, ajaklah rekan lo di kepolisian. gue pun juga bakal ngundang temen kampus terdekat dan rekan kantor"

"hana.. kamu serius? hari pernikahan kita sudah tinggal beberapa bulan lagi. emangnya bisa dapet gedungnya? bisa dapet wo yang bagus? masalah pakaiannya?"

"asal lo temenin gue, itu semua bisa teratasi. gue yakin lo punya selera yang bagus."
"lebih bagus malah dari jaehwan."




minhyun terlihat frustasi karena memikirkan apa yang gue bicarakan tadi. gue pun juga tau ini bakalan sulit.




"bilang ke saya, berapa dana yang dibutuhkan untuk pesta pernikahan kita nanti"

gue tersenyum dan menggenggam kedua tangan minhyun. lalu mulai mengelus punggung tangannya dengan kedua ibu jari gue.

"gausah terlalu khawatir, minhyun"
"lo kasih aja uang yang lo punya. berapapun itu gue terima. sisanya gue yang tanggung"

"hana, gabisa gitu. kamu ini tanggung jawab saya, masaiya kamu yang menanggung semuanya?"

"jangan mengelak. gue tau gaji jadi polisi itu gabisa melebihi gaji gue di kantor."
"bukannya gue sombong, tapi gue hanya realistis aja"



mendengar kata - kata gue, bukannya sakit hati, minhyun malah menjitak kepala gue.


"hana emang gapernah berubah ya, pasti langsung ngomong jujur"

gue cuma terkekeh sambil mengelus kepala yang dijitak tadi walaupun gasakit.

"anggaplah ini hadiah dari jaehwan. dia pasti gaakan marah kalo uang gue digunakan untuk hari penting kita" sungut gue.




"kamu mau pake hanbok punya yoona? masih saya simpan rapih dan itu bagus menurut saya" kata minhyun.

"hanbok?"

seperti jaehwan, minhyun lebih suka melihat wanitanya memakai hanbok dibanding gaun yang mungkin akan memperlihatkan lekukan tubuh dan bahu gue.

"iya. anggaplah ini hadiah dari yoona. maaf karena tidak bisa seperti jaehwan"

"engga, hyun. ini hadiah terbaik. karena gue yakin, lo pasti bakal suka saat gue memakai itu"




dan suasana cafe menjadi hangat.





karena setelah gue mengucapkan hal tadi, kening gue dikecup dengan lembut.

night ㅡ hwang minhyun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang