01 - IHRIS

130 25 15
                                    

Judul : IHRISGenre : Short Story Tema : Dunia Sihir (Fantasy)Penulis : Nur Ayni (@Achan_08) dan                Rani Andiani (@pttsblue)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Judul : IHRIS
Genre : Short Story
Tema : Dunia Sihir (Fantasy)
Penulis : Nur Ayni (@Achan_08) dan
                Rani Andiani (@pttsblue)


Matahari berpendar terang di atas kepala, membuat seorang pemuda yang sedari tadi duduk di bangku taman mengeluh kesal. Hingga akhirnya, satu tepukan keras mendarat di bahunya. Sontak saja, ia menoleh dan seketika itu pula ia mengembuskan napas lega.

"Akhirnya kau datang juga, Jenny," katanya.

"Maaf, aku telat," ucap Jenny, sembari duduk di samping James.

Pemuda berbola mata biru itu, menatap Jenny dengan raut sedikit kesal.

"Kenapa?" Jenny bertanya heran, saat melihat raut muka James yang tiba-tiba berubah.

"Nggak. Aku hanya heran, tumben sekali kamu datangnya telat." Pemuda itu mengalihkan pandangannya ke depan, dengan wajah yang menurut Jenny menggemaskan. Pemuda itu sesekali menggumamkan sesuatu yang Jenny sendiri tidak tahu apa yang pemuda itu gumamkan.

Jenny mengembuskan napasnya berat. Dengan raut wajah geli, tangannya yang mulus terangkat ke atas. Dengan lembut, gadis itu menyentuh dagu James, dan menariknya agar berhadapan langsung dengan wajah manisnya.

"Apa?" James bertanya dengan nada kesal.

"Sttt .... Aku hanya ingin--"

Belum sempat Jenny menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba terdengar sebuah suara mengerikan. James memeluk Jenny dengan segera, takutnya kiamat yang sudah diramalkan oleh suku Bimbo nyata adanya.

"Tutup telingamu, Sayang. Kiamat akan datang!"

Langit di sekitar James dan Jenny, tiba-tiba mendung. James memekik, saat matanya melihat pusaran di langit.

"Ayo kita lari dari sini!" katanya pada Jenny.

Baru saja mereka akan bangkit berdiri dan lari menjauh dari taman yang entah kenapa sedang sepi-- sebuah suara kembali terdengar dan nahasnya mereka berdua pun tersedot ke dalam pusaran.

Tak ada yang tahu, tiba-tiba tubuh Jenny terbaring di sebuah kasur dalam sebuah ruangan berukuran besar. Di ruangan bercat putih pucat itu, terdapat lukisan di dinding bertuliskan huruf-huruf rumit yang hanya dimengerti oleh orang tertentu. Mata bulat Jenny mengerjap beberapa kali, hingga ia benar-benar membuka matanya. Gadis itu menatap sekelilingnya yang terasa asing.

"Sudah bangun?"

Suara bariton seorang lelaki mampu membuat Jenny bangkit dari tidurnya dan terduduk di kasur. Gadis itu memutar kepala dan pandangannya langsung jatuh kepada sosok lelaki berjubah putih yang tengah berdiri di ambang pintu.

"S-siapa kau?" tanya Jenny ragu.
Lelaki itu tersenyum lebar.

"Selamat datang," katanya, tanpa menghiraukan pertanyaan Jenny.

Grahita AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang