7. Bisakah?

10 1 0
                                    

Ekhm! Tes.... sadu... tes.. sadu..

Oke, gue sekarang lagi ngecek sound sistem buat acara pensi sekolah. Kebetulan gue ini sebagai seksi acaranya ( keren, kan? ). Dan beginilah kalau jadi pengurus OSIS yang asoyy, pasti banyak jobnya ( hehe ).

"Ara, semua udah beres kan?" Tanya Dion, temen ngemc gue. "Siap! Rebezzz pokoknya!" Gue membentuk tangan gue sebagai pertanda gue menyebutkan oke. "Siiip! Mantap lah!" Dion mengacungkan jempol ke arah gue.

Dan acara Pensi pun dimulai. Para peserta langsung bersiap-siap untuk menampilkan kemahirannya dalam bidang seni, sebagai perwakilan tiap kelasnya.

Pesertanya alhamdulillah  banyak banget dan bagus-bagus penampilannya. Dan yang gue gak nyangka, si raja Vlog dari kelas Ara nampilin karya. Siapa lagi kalo bukan si Kambing, Satria. Dia bikin gue kagum hari ini, penampilannya keren banget! Salutlah, sama si Kambing.

Setelah selesai pensi, gue langsung turun ke belakang buat ngambil konsumsi. "Ra! Disini nih!" Kata Kak Melly yang melambaikan tangannya dengan anggun. Gue ngangguk, langsung nyamperin mereka.

Gue pun langsung makan dengan brutal. Gilaaa, gue laper banget cuk!. Sambil ketawa-ketiwi gue dan team menikmati konsumsi kita yang alakadarnya, tapi bermanfaat sekali ( iyalah, orang laper ), ya meski tetep aja gak kenyang. Orang cuman beberapa kue dan sebuah air mineral berwujud gelas.

"Ara, ada yang nyariin tuh!" Kata seseorang yang gue lupa lagi siapa namanya. "Iya, makasih!" Gue langsung berdiri dan menemui orang yang manggil gue itu.

Dan saat gue samperin, tuh orang adalah Dito!
"Dito? Ada perlu apa?" Tanya gue keheranan. "Udah selesai, acaranya?" Dito gak ngejawab pertanyaan gue. "Udah, sih! Lagi pada makan" .

"Lo udah makan?" Dito bertanya dengan wajahnya yang kembali datar, bikin gue gelagapan. "Udah, tapi masih lapar sih" gue nyengir canggung. "Ya udah, ikut gue!" Dito menggandeng tangan gue dengan lembut. Gue bagaikan syok merasakannya.

Ternyata, gak gue sangka dia ngajak gue ke kelas dan disana udah banyak makanan. Ya ampuun ini mah surga buat gue!!! Makasih banget Itoooo!!

"Lo sengaja nyiapin ini buat gue?" Tanya gue exited. Dito ngangguk sambil senyum. "Yuk, makan!" Dito mempersilahkan gue duduk dan makan. Secepat kilat, makanan pun habis dan tandas.

"Alhamdulillah! Makasih banyak ya, To!" Gue nyengir tengsin, mandang Dito. Dito ngakak liat kelakuan gue.

Gue gak sengaja mandang jam tangan, dan gue liat jam udah nunjukin pukul setengah enam sore. Buseeet, gue bisa ditingalin anak-anak nih!

"To, makasih banget! Tapi gue harus balik lagi ke sana!" Gue berdiri dan beranjak pergi. "Iya, sama-sama! Gue anterin!" Kata Dito sambil kembali menggandeng tangan gue. Dito keren juga, bekas makanan tadi udah beres di pinggir meja, tanpa ada sampah sedikit pun.

"Kak Melly!" Panggil gue, setibanya di belakang panggung. "Eh, lho kok belum pulang Ra? Yang lain udah pada pulang, udah beres juga!" Kata Kak Melly ngebikin gue ngerasa bersalah.

"Ya ampun, maaf ya kak!" Gue ngerasa bersalah. "Iya, gak papa! Cepet pulang aja, ya!" Kak Melly ramah banget. Gue ngangguk dan ngucapin makasih.
"Ya udah, kita pulang yuk!" Kata Dito.

"Iya, ayo!" Gue ngejawab sekenanya. "Ekhm! Cowok baru, nih?" Kak Melly berdehem. Gue yang kaget, cuma bisa nyengir bareng-bareng sama si Dito.

Dan hari ini, adalah hari yang cukup baik buat gue ^_^

DiRa

"Baiklah! Untuk latihan, itu sangat bagus sekali! Tepuk tangan!" Kata Pak Burhan mengomandoi. Gue gak terlalu bersemangat nepukkinnya.
"Nah, dan sekarang kita coba Anandito dengan Andria!" Beliau meneriakkan nama kami berdua.
What?

"To, gimana nih? Lo bawa gitar gak?" Tanya gue, panik. "Bawa! Ya udah lo baca yang karya gue sama si Laila itu ya?" Dito menyarankan.

Heeeerrrr... denger namanya si cewek gatel bikin gue tambah ilfeel bin mumet. "Tapi kan gue gak tau nada nya gimana?" Tukas gue.
"Andria? Dito? Ayo cepat!" Perintah Pak Burhan ngagetin gue sama Dito.

Akhirnya, dengan terpaksa gue turutin apa kata si Dito. Dan hasilnya adalah bad luar biasa kacau! Dito ngegenjreng ke mana, gue bacanya kemana. Pak Burhan pun menyarankan kami untuk kembali latihan lagi. Dan jangan lupa, pelajaran beliau hari ini habis cuma buat nyeramahin kita berdua.

Gue dan Dito cuman bisa ngangguk malu.
"Ya udah, Ra! Nanti kita latihan lagi!" Celetuk si Curut Dito, pas kita berdua duduk di kursi. Gue dengan emosi memuncak, yang gak tau berasal dari mana. Langsung ngebentak si Dito keras.

"To!" Gue berdiri sambil nahan marah yang udah di ubun-ubun. Dito ngedongak mandang gue datar. "Lo.... arghh!!" Gue gak bisa ngomong lagi, dan langsung pergi keluar dari dalam kelas entah ingin menuju kemana.

Dito seperti biasa. Tenang dan dengan sabar mengejar gue. Bodo amat gue gak peduli!
Dito berhasil meraih tangan gue dan mampu membuat gue terdiam mematung memandangnya.

"Kalo ada masalah, lo bilang sama gue!" Dito berbisik pelan di depan muka gue. "Gue cuman mau lo ngertiin perasaan gue, Dito!" Pekik gue gak terlalu kenceng.
"Maksudnya, perasaan apa?" Dito mengernyitkan alis. Gue tertegun, kaget dengan apa yang gue udah ucapin. "Ya.... perasaan gue soal teks puisi itu!" Jawab gue mencoba mengelak.

Dito terdiam mencerna kalimat gue yang terdengar seperti sebuah kebohongan.

Hening*

Tiba-tiba gue ngedenger suara ketawa disertai pecahnya pot bunga di belakang tembok yang ada di belakang badan gue saat ini. Dengan merasa penasaran dan merasa punya kesempatan buat kabur, gue pun langsung lari ke sumber suara.

Jeng.. jeng...

Ternyata eh ternyata. Orang itu adalah Laila Mayasa si cewek gatel yang kayak upil kering.
"Laila?" Pekik gue tepat di depan wajahnya yang nampak kaget. "Iya! Kenal gue lo sekarang?" Jawabnya songong.

Gue yang masih dalam keadaan marah, dengan spontan mendekat dan menggebrak pintu gudang yang ada di belakangnya.

Brak* suaranya kenceng banget.
Laila kaget bukan main. Cuma anehnya, wajah songongnya tetep gak berubah.

"Ara!" Panggil Dito dari kejauhan. Mampus! Dito mergokkin gue lagi berhadapan sama Laila.
Dengan gaya alay ala sinetron, si Lalila langsung lari ke arah Dito dan menye-menye jijik bagaikan seorang yang ditindas.

"Gue didorong sama dia, Dit!" Ucap mulut nyinyirnya Laila. Uuuuuuh.... gue bejek lu!

"Beneran, Ra?" Dito nanya ke gue.
"Mana berani, gue! Lo lebih percaya, sama dia?" gue merasa disudutkan.

"Gue gak nyangka lo kayak gitu, Ra!" Dito merangkul bahu Laila. Gak tau kenapa, tiba-tiba aja lutut gue jadi lemes. Mata gue yang marah jadi meredup. Gue beneran luluh, ngeliat Dito yang mandang gue dengan tatapan kecewa yang berbeda.

Dito memandang gue sejenak. Ia langsung ditarik pergi oleh Lalila, meninggalkan gue di sini sendirian.
Gak ada angin, gak ada hujan, air mata gue tiba-tiba meleleh. Pertahanan tubuh gue langsung runtuh jatuh ke lantai.

Kenapa lo jadi gitu, To? Kenapa lo gak percaya sama gue? Kenapa lo jadi mihak sama Laila? Bisakah lo kayak dulu lagi? Saat dimana lo belum kenal Laila? Bisakah lo hargain perasaan gue sedikit aja? Bisakah?

DiRa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A & ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang