#2 Rasa Pertama

771 26 10
                                    

Tak peduli seberapa cepat laju sepeda motorku dijalanan tadi. Akhirnya kami pun tiba disekolah, tapi sayang gerbang sudah tertutup rapat. Kami harus mendorong motor agar tetap bisa masuk.

Tak berhenti hanya disitu, karena sekolah kami tergolong sekolah favorit dan sangat disiplin, kami pun telah dihadang oleh guru ketertiban untuk diintrogasi dan diberi hukuman. Aku dan Syila harus menyanyikan lagu Indonesia Raya terlebih dahulu karena kami sudah tertinggal saat bernyanyi bersama-sama tadi.

Kami sempat mengulangi beberapa kali nyanyian tersebut, karena kata Pak Bondan kurang keras nyanyinya. Padahal pita suara udah mau putus, yaa memang begitulah sifat pak Bondan dan sebenarnya kami sudah mengetahui sebelumnya. Beliau memang terkenal sangat disiplin waktu dan jika ada salah seorang siswanya menyalahi aturan, beliau tak segan-segan memberikan hukuman yang berat agar mereka jera. Dan kami pun tak luput dari hukumanya tersebut.

Setelah hukuman kami terima, kami pun disuruh untuk kembali keruangan masing-masing karena harus melanjutkan kegiatan MOS. Tapi saat aku sampai didepan ruang kelasku, tak kutemui keberadaan teman-temanku. Aku hanya bertemu dengan kakak pembimbing kelasku yang dari OSIS. Tapi untung saja aku tak mendapat tambahan makan pagi lagi berupa celotehan dari kedua kakak OSIS itu. Kurasa mereka mempunyai hati yang sedikit lebih lembut dan sabar dibandingkan kakak OSIS lainya yang senang mengandalkan senioritasnya.

“Langsung aja dek, tasnya taruh didalem terus nyusul temen-temen kamu yang udah pada dikumpulin di aula.” Kata kak Azrial yang menyuruhku bertindak lebih cepat agar tidak terlalu tertinggal materi MOS pada saat itu.

"Jangan lupa co-cardnya dipakek ya dek, bawa alat tulis juga." Tambah kak Anin.

"Iya kak." Jawabku sambil melempar sedikit senyuman dan mengangguk sebagai tanda aku menghormati mereka.

Akupun berlari sekuat tenaga menuju Aula atas yang diarahkan kak Azrial tadi. Dengan nafas yang masih tersendal-sendal aku mulai duduk dan mengikuti acara 'Sosialisasi Kesehatan dan Bahaya Narkoba' yang saat ini sedang berlangsung.

Setelah acara tersebut berakhir, jadwal selanjutnya adalah mengenal lingkungan sekolah. Disini aku dan teman-teman dipandu oleh kak Azrial dan kak Anin untuk lebih mengenal ligkungan sekolah kami. Satu persatu ruangan mereka kenalkan pada kami, mulai dari kantor guru, kantor TU, sampai dengan kantin sekolah, mereka kenalkan dengan sangat sabar dan telaten.

***

Disepanjang perjalanan pulang aku sedikit tidak fokus karena memikirkan sesuatu, kurasa aku menangkap sosok yang berbeda pada pria tersebut.

Yaa, tentunya pada kak Azrial, atau lebih tepatnya Azrial Muhammad Aghifa. Dia adalah kakak tingkat yang dua tahun lebih tua dari diriku. Dia memang memiliki paras yang tampan tapi bukan itu yang menarik perhatianku, aku menangkap ada sesuatu yang berharga dibalik kesederhanaanya.

"Syif, Syifaa" teriak Syila membuyarkan pikiranku.

"Iya, kenapa la. Pelan-pelan aja kali, aku juga denger kok." Cetusku asal, karena itu memang sifatku yang suka ceplas ceplos.

"Yaa maaf, abisnya kamu malah bengong ga jelas, emangnya baru mikirin apa sih?"

"Gak mikirin apa-apa kok" Jawabku seadanya agar Syila tak menanyakan sesuatu lagi.

"Kalau gitu fokus dong, kitakan baru dijalan. Bahaya tau kalau bengong dijalan, bisa-bisa kita nanti---"

"Ihh, apaan sih la. Iyaa iya, aku fokus ni." Sahutku dengan cepat karena aku tahu kata selanjutnya yang akan dikeluarkan Syila.

Karena hari ini Syila berangkat bareng aku, jadi aku juga yang harus balikin Syila kehabitat asalnya, wkwkk 'gumamku dalam hati'

"Silahkan tuan putri, anda telah sampai didepan kerajaan yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah." Kataku memecah tawa Syila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang