Chapter 2

47 2 0
                                    

"Graarrgha.......!!"

Aku dudu diatas tubuh seorang pria yang terus saja berteriak dan tidak mau diam. Aku memegangi kepala pria itu agar temanku dapat melakukan tugasnya dengan benar.

"Hei, Lulu, jangan terlalu kasar nanti rusak!"

"Aku tahu, tapi ini tidak semudah yang kau kira tahu, dari pada mengeluh, pegangi saja kepalanya dengan benar!"

Saat aku mengeluh, dia malah balik memarahiku. Saat ini, Lulu sedang berusaha mengiris telinga pria yang sedang ku duduki.

"Graaaa...!!"

Pria itu terus berteriak dan melakukan perlawanan dengan kepalanya.

"Hei tuan, kau jangan banyak bergerak, kami tidak menginginkan telinga yang rusak" kataku.

Tapi pria itu tetap tidak mau diam.

"Graaaa..!!"

Aku pun mulai kesal lalu...

*Dug

"Hey!!"

Aku mendorong kepala pria itu hingga membentur lantai, karena terkejut atas tindakan ku yang tiba-tiba, Lulu menarik pisau di tangannya agar tidak merusak telinga pria itu, sambil berteriak.

Melihat adegan itu, seorang pria berjalan mendakat dan bertanya.

"Kenapa lama sekali, apa sih yang kalian lakukan?"

"Bukankah sudah jelas" jawab Lulu.

"Tidak, bukan begitu maksudku, aku hanya ingin mengingatkan kalau kita tidak punya banyak waktu. Dan, bukankah akan lebih mudah jika kalian membunuhnya lalu ambil apapun yang kalian inginkan"

"Aku tidak suka cara seperti itu, aku ini bukan pencuri. Aku sengaja membiarkan dia tetap terjaga agar dia tahu kalau aku yang mengambil telinganya"

"Heeeh? Alasan macam apa itu?.. Bukankah yang kau lakukan saat ini sama saja seperti perampok?"

"Yah, setidaknya dia tahu kalau aku yang mengambil telinganya jadi, di neraka nanti aku tidak akan mendapatkan pasal berlapis" jawab Lulu.

"Geh..."

Pria itu menatap Lulu dengan kesal setelah menyadari bahwa ia sedang di permainkan.

"Fufu"

Melihat ekspresi itu, Lulu mulai tertawa, dia tidak mengira bahwa pria di sebelahnya bisa ditipu dengan mudah.

"..."

Melihat pria itu yang tidak mengubah ekspresinya, Lulu menghentikan tawanya.

"...baiklah, jangan menatapku seperti itu, akan aku selesaikan sekarang, kau ini sama sekali tidak bisa diajak bercanda ya" keluhnya, sambil mengambil sebuah kampak.

"Hei, minggir, tanganmu jangan di situ, mau ku potong?" kata Lulu, sambil mengayunkan kampaknya ke leher pria yang ku duduki.

"He, hei tunggu dulu!"

*Jab

Dalam sekejap, kepala itu lepas dari tempatnya.

"Hei!! Tadi itu, kau benar-benar serius ingin memotong tanganku ya!!" kataku, protes.

Dia jelas-jelas melihat tanganku masih di sekitar leher pria itu, tapi dia tetap mengayunkan kampaknya, beruntung aku masih sempat menariknya.

"Fufu... Ya, maaf, aku memang sengaja, aku hanya ingin melihat seberapa cepat kau refleks"

"Oh, jadi kau punya keberanian untuk mengatakan itu pada ku ya" kataku, sambil berdiri dan mengangkat sebilah pisau.

Melihatku, Lulu ikut berdiri sambil berkata;

"Tentu saja, memangnya apa yang bisa membuatku takut hah!"

Dia mengambil posisi bertarung dengan kampak di tangannya. Aku pun melakukan hal yang sama lalu...

"Sudah cukup"

Setelah mengatakan itu, berjalan dengan santai tepat diantara aku dan Lulu.

"Kita akan melanjutkan permainan, jadi siapkan peserta kalian"lanjut pria itu, sambil terus berjalan meninggalkan kami ber dua.

"Yah, mau bagai mana lagi, ayo kita siap-siap" ajak Lulu, seakan tidak pernah terjadi pertengkaran diantara kami.

"Baiklah, ayo.."

"Lulu, Riska"

Saat kami hendak bersiap-siap.

Seorang pria berbadan besar datang menghampiri kami.

"L..."

Pria itu terlihat ingin mengatakan sesuatu namun...

"Aku tidak mau"

"Aku juga"

Kami menjawab, bahkan sebelum ia meminta.

Kami sudah tahu apa yang akan di minta olehnya.

Pria itu, Jay. Di ronde pertama tadi, dia tampak sangat tidak puas. Dia mungkin ingin meminta rode ke dua.

Di ronde pertama, saat dia menjadi 'Raja Zombie'. Jay baru memotong beberapa jari milik mangsanya, sudah ada seorang peserta yang tidak kuat milihat pemandangan itu dan pingsan.

Melihat itu, tanpa berpikir lagi, farhan langsung menusuk si peserta dari belakang tepat di bagian lehernya.

Setelah itu, tidak ada satupun Zombie(peserta) yang memakan, menyerang, atau paling tidak mendekati mayat itu, mereka hanya diam membeku sambil melihat mayat tegeletak di hadapan mereka.

Karena itulah, sesuai peraturan. Kami memutuskan untuk mengakhiri ronde pertama dan membunuh semua peserta.

Jay yang merasa belum melakukan apa-apa akhirnya protes, tapi tak seorangpun mendengarkannya, karena itu sudah peraturan permainan.

Lagi pula, Farhan sudah mengingatkan bahwa ronde pertama tidak akan berjalan lancar. Itu karena para peserta belum memahami situasi permainan. Tapi, setelah ronde pertama tadi, para peserta yang menonton dari pojok ruangan pasti telah mempelajari sesuatu.

Beberapa peseta mungkin akan langsung memakan temannya sendiri, demi kelangsungan hidup masing-masing.

Dan disaat itulah, bagian menyenangkannya baru akan di mulai.

Bersambung...

---------------------------------------------------

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Permainan : Pura-Pura Jadi Mister ZombieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang