2

10.4K 1.1K 91
                                    

Satu Minggu.

Satu minggu Namjoon berusaha melupakannya. Berusaha untuk tidak memikirkan si pemilik nama 'Kim Seokjin'. Tapi sial, semakin ia berusaha untuk melupakan bayangan itu, semakin sering pula sosok Seokjin menghantui mimpinya. Dan selama satu minggu ini pula Namjoon kesulitan untuk tidur karena terus mengingat kalimat terakhir yang di ucapkan Seokjin.

"Aku harus bertemu tunanganku..."

Hell. Siapa orang beruntung ―sialan yang sudah menjadi tunangan Seokjin nya.

Ya, benar Seokjin nya.

Seokjin harus menjadi miliknya. Persetan dengan kenyataan pemuda manis itu sudah punya tunangan. Ini baru sekedar pertunangan bukan pernikahan. Namjoon selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan ia juga harus mendapatkan satu yang ini.

Namjoon menginginkan Seokjin, ia harus membatalkan pertunangan pemuda itu bahkan menghancurkannya kalau perlu lalu membawa Seokjin pergi jauh-jauh untuk ia miliki sepenuhnya.

Namjoon duduk dengan tenang di ruangannya yang gelap dengan segelas red wine di genggaman tangannya, tatapannya datar memandang matahari di luar sana yang mulai tenggelam lewat celah jendela kantor.

Namjoon meraih iPhone hitam miliknya yang tergeletak di atas meja, mengetik beberapa digit angka untuk menghubungi seseorang.

"Hoseok... cari tahu informasi tentang orang bernama Kim Seokjin"

.

.

Seokjin memindahkan kardus terakhir yang berisi barang-barangnya ke dalam salah satu kamar apartemen yang di tempatinya bersama Yoongi—sahabat sewaktu mereka menjadi mahasiswa di salah satu Universitas Kedokteran yang berada di Anyang—kemudian menghempaskan dirinya ke sofa ruang tamu.

Yoongi lebih dulu di pindah tugaskan ke Seoul untuk menjadi dokter spesialis anastesi di salah satu Rumah Sakit di sini. Dan setelah menunggu selama satu tahun, surat izin Seokjin untuk menjadi dokter spesialis anak di Rumah sakit yang sama dengan Yoongi akhirnya turun.

Wooridul Spine Hospital.

Salah satu Rumah sakit di Korea Selatan yang terkenal dan memiliki 1.200 tenaga medis profesional di dalamnya. Seokjin dan Yoongi tentunya sangat bersyukur bisa di berikan izin untuk bergabung di sana.

Seokjin meraih iPhone putih di saku celananya, mengutak-atik sebentar dan mengernyit kesal saat melihat tidak ada satu pun balasan email yang selama tiga hari ini di kirimnya pada Hyosang.

Jin Hyosang―tunangannya.

Seokjin merindukan pemuda itu, sudah satu minggu ini mereka tidak bertemu dan tiga hari belakangan ini Hyosang sulit sekali untuk dihubungi.

"Seokjin Hyung sedang apa ?"

Yoongi ternyata sudah berdiri di depan pintu apartement mereka masih dengan menggunakan jas dokter miliknya, berdiri di sana dengan wajah mengantuk. Seokjin bahkan tidak mendengar sama sekali suara pintu terbuka, pemuda pucat itu menghampiri Seokjin setelah meletakkan sepatunya di rak penyimpanan. Kemudian menghempaskan diri di samping Seokjin. Lingkaran hitam terlihat jelas di bawah mata Yoongi, efek jadwal shift malam hampir dua minggu berturut-turut.

"Kau sudah pulang ?" Seokjin bergeser sedikit untuk memberikan ruang duduk pada Yoongi. "Tumben, biasanya kau akan sampai di rumah sekitar jam 11 pagi" katanya lalu melirik jam dinding yang ada di ruangan itu "ini bahkan masih jam 7.30"

"Yeah... akhirnya penderitaanku berakhir" gumam Yoongi dengan mata setengah terpejam, lalu menguap kecil "maksudku, semua bagianku sudah ku selesaikan dan beruntung tidak ada pasien baru yang masuk, jadi aku bisa izin pulang lebih cepat"

Obsession [NMJ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang