3

10K 1K 120
                                    

Seokjin duduk termenung sambil memeluk kedua lututnya di atas sofa berwarna pastel yang ada di apartement. Tatapan mata itu terlihat kosong, pikirannya masih menerawang memikirkan kejadian beberapa jam lalu yang terjadi di dalam toilet Hookah's Bar.

Perasaan tegang itu kembali melingkupi dirinya. Kenapa ia begitu merasa takut ? Dan begitu merasa bersalah. Seokjin takut pada Namjoon―oh tentu saja, tapi perasaan takut terhadap Namjoon adalah permasalahan yang berbeda. Hal yang ditakuti Seokjin adalah kenyataan bahwa ia telah melakukan kesalahan secara moral, ia melakukan suatu hal yang seharusnya tidak di lakukan oleh orang yang telah bertunangan.

Walaupun memang itu bukanlah kesalahan Seokjin sepenuhnya, dan tentu saja karena ia berstatus sebagai korban dalam permasalahan ini―korban intimidasi Namjoon. Tapi begitulah Seokjin, ia mudah merasa bersalah terhadap kesalahan yang bahkan tidak di sebabkan olehnya.

Di pertemuan kedua mereka, saat Seokjin kembali mendengar suara berat Namjoon entah kenapa aura sensual melingkupi dirinya. Seokjin akui pemuda itu sangat tampan dan sexy, mudah mendominasi dan tipe pemegang kontrol penuh pada apa yang di inginkannya.

Dan Seokjin seharusnya tidak merasakan hal seperti ini kepada Namjoon—pemuda pemaksa yang bahkan baru ia temui dua kali―karena biar bagaimanapun statusnya sekarang adalah tunangan dari Hyosang.

Tapi di sisi lain Seokjin mulai meragukan perasaannya terhadap Hyosang, karena jika memang ia benar-benar mencintai pemuda itu tentunya Seokjin tidak akan merasakan perasaan semacam ini pada Namjoon. Hal lainnya yang ditakuti Seokjin adalah bahwa ia mulai menyadari bahwa pertunangan ini adalah sebuah kesalahan dan seharusnya tidak pernah dilakukan.

Hyosang memang brengsek seperti yang selalu di katakan oleh Yoongi, pemuda itu selalu menyakiti hatinya dengan cara halus tapi betapa bodohnya Seokjin yang selalu dengan mudah memaafkan pemuda itu. Awalnya pertunangan ini terlihat seperti harapan yang selalu Seokjin mimpikan. Hyosang perduli padanya, ia merupakan tipe pemuda yang santai dan membebaskan Seokjin untuk melakukan apapun yang ia inginkan.

"Hyung ?"

"..."

Berbeda sekali dengan Namjoon yang mengontrol penuh dirinya—terbukti dari kejadian beberapa saat lalu. Tapi ternyata, tipe santai yang dimiliki Hyosang itulah yang membuktikan bahwa pemuda itu mudah menjalin hubungan dengan orang lain di belakang Seokjin.

"Hallo~ Seokjin hyung, ini Flat White kesukaanmu"

Seokjin tersentak, dia mengerjap beberapa kali sebelum memandang Yoongi yang ternyata sudah duduk bersila di hadapannya di atas sofa dengan satu tangan memegang sebuah mug berisi kopi Flat White pesanan Seokjin yang masih mengepulkan asap.

"Oh ya, terima kasih Yoongi-ya" Seokjin tersenyum kecil saat menerima Flat White itu dengan senang hati dan mulai menyeruputnya pelan-pelan.

Yoongi mengangguk kecil dan mulai menyesap green tea miliknya. "Sama-sama, kau kenapa hyung ? Sejak pulang dari bar, ku perhatikan kau terus saja melamun" tanyanya sambil menatap serius tepat ke arah bola mata Seokjin. "Sesuatu terjadi saat kau ke toilet ?"

Seokjin tahu betul Yoongi punya kelebihan untuk menganalisis suatu hal dengan cepat, hal yang menguntungkan karena Yoongi mudah peka dengan apapun yang terjadi di sekitarnya. Tapi kelebihan Yoongi itu terkadang merugikan Seokjin, karena semua rahasia yang Seokjin punya dapat dengan mudah terbongkar.

Seokjin mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha menghindari tatapan intimidasi Yoongi. Berpikir sejenak, mempertimbangkan apakah ia harus bercerita tentang Namjoon pada Yoongi atau tidak.

"Hyung, aku menunggu..." ujar Yoongi memaksa.

Seokjin menghela napas panjang, kembali memandang wajah Yoongi yang masih menatapnya serius. "Aku hampir di perkosa di toilet" jawab Seokjin dengan wajah mengkerut mendengar kalimatnya sendiri, pasalnya ia masih merinding saat mengingat salah satu perkataan Namjoon.

Obsession [NMJ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang