Ketahuilah bagaimana perasaan orang lain kala ia mengalami hal yang tak baik dalam hidupnya jika kau adalah orang terdekat dalam hidupnya.
Jangan pernah kau mengeluh kala kau dijadikan sebuah sandaran. Cobalah merangkul dan mendengarkan setiap keluhannya dan jangan sampai kau menyesali sikapmu di kemudian hari jika kau acuh padanya.
Tak perlu hingga memberikan saran yang terlalu berlebih untuknya, hanya cukup mendengarkan dan menemaninya hingga tangisnya kembali mereda.
Jika kau acuh dan bosan barang sekali waktu, cobalah untuk berpikir lagi.
Jangan biarkan sekali waktu itu membuatmu menyesal hingga selamanya.
Jangan biarkan kau membuat dirinya meninggalkanmu.
.
.
.
.
.
Awal musim dingin di tahun yang benar-benar berat untukku. Aku hanya seorang mahasiswa yang mengikuti program mahasiswa berprestasi hingga aku sampai di negera ini. Negara yang tak pernah ku kunjungi, bahkan aku tak pernah memimpikan untuk berkunjung ke negara ini karena aku tahu dan sadar bagaimana status ekonomiku.
Aku, Luhan. Aku hanyalah seorang dari anak pekerja serabutan, aku bukanlah orang yang bisa menikmati keindahan dunia ini, aku hanya orang yang harus sadar akan statusku di setiap langkah pijakku.
Sangat sulit kala aku harus meninggalkan orangtuaku untuk dapat mengikuti program. Pergi meninggalkan mereka yang masih di Beijing, sementara aku harus tetap mengikuti program yang merupakan kesempatan terakhirku untuk bisa membalas jasa mereka. Aku begitu ingin membanggakan orangtuaku yang selalu membanting tulangnya untuk mrnghidupiku seorang. Mereka tak pernah mengeluh bagaimana sakit dan sulitnya pekerjaan yang mereka kerjakan. Mereka tak pernah menceritakannya padaku, hingga aku pun bertekad untuk membuat mereka bangga dan bahagia dengan usahaku sendiri.
Aku pergi menuju Seoul, Korea Selatan. Aku menyanggupi pergi ke sana karena semua biaya transportasi serta kebutuhan kuliahku sudah ditanggung oleh pihak penyelenggara, yang tidak lain adalah universitas dan fakultasku.
Tiba di Seoul, aku begitu kagum dengan pemandangan yang ada. Gedung-gedung pencakar langit yang begitu tinggi menjulang. Malam yang penuh cahaya lampu dan hiruk pikuk orang-orang yang berlalu lalang. Kendaraan yang pulang-pergi tak ada henti. Begitu ramai dan aku begitu menikmati pemandangan yang belum pernah ku lihat hingga aku lupa menghubungi sahabatku yang memang berasal dari Korea Selatan.
Dulu, kala kami masih berusia 5 tahun, kami dipertemukan lewat sebuah insiden kecil. Dulu kala aku berjalan di sebuah jalan kecil yang mana biasanya sepi dan jarang ada kendaraan yang melintas di sana, aku bertemu dengannya. Aku tak mengerti di mana mendapatkan keberanian menolong seseorang yang nyaris tertabrak mobil.
.
.
.
.
.
"Awath!" Teriak Luhan kecil kala itu. Ia berlari dengan kaki kecilnya untuk menyelamatkan anak kecil yang berada di tempat penyeberangan jalan yang sedikit lagi akan tertabrak mobil. Begitu tiba di sana, ia tarik lengan anak kecil itu hingga membuat anak kecil itu ikut tertarik ke sisi tempat Luhan berada. Baik Luhan maupu anak kecil itu pun terjatuh, tubuh mereka menghantam aspal jalanan hingga sedikit lecet di bagian siku untuk Luhan, sementara anak kecil itu terluka di bagian telapak tangan akibat tergesek kala terjatuh.
"Apa kau baik-baik thaja?" Dengan suara khas anak kecilnya, ia bertanya pada anak kecil yang masih menatapnya tanpa berkedip sedikitpun.
"Kau baik?" Kembali menanyakan hal yang sama dan bersyukurlah anak kecil itu menjawab dengan anggukan kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me Alone (HunHan) | ✔
FanfictionI will protect you until whenever... If you leave me, maybe I can't live anymore Please, don't even thing like that, Lu Aku begitu takut kau pergi meninggalkanku, aku lebih memilih pergi ke tempat yang jauh dibandingkan harus merasakan bagaimana sak...