Selalu berharap, selalu percaya adanya keajaiban. Berharap ia bisa mengalahkan segalanya, bahkan ia pun sudah percaya jika keadaannya sudah membaik.
Ia percaya semuanya baik saja, tak ada rintangan yang berarti, tak ada hambatan yang mempengaruhi langkahnya. Ia percaya jika setiap langkahnya, mentari selalu memberikan cahaya cerahnya.
Namun, ada kalanya matahari akan ditutupi awan kelabu hingga membuat langkahnya pun tertunda. Membuat ia ragu dalam melangkah di jalan yang gelap. Ia pun kembali terpuruk. Ia pun tak dapat meraih mahkotanya lagi.
.
.
.
.
.
Hari-hari yang begitu manis Luhan lalui. Sejak pertemuannya dengan Sehun, dan sejak ia menetap di rumah Sehun, kebahagiaannya seolah datang kembali. Datang dengan warna yang manis dan membuatnya selalu tersenyum. Tak pernah ia lewatkan sekalipun senyuman di bibirnya.
Luhan selalu bangun mendahului Sehun. Ia selalu membuat sarapan untuk Sehun. Kadang sekedar roti bakar atau jika bahan masakan cukup tersedia, ia akan memasakkan nasi goreng, atau bahkan sup di pagi hari.
Setelah menyelesaikan memasaknya, ia pun kembali ke kamar Sehun, pergi ke kamar mereka berdua. Entah apa yang membuat Luhan menyetujui mereka tidur bersama, namun sejauh ini, mereka masih sama seperti dulu, seperti sahabat pada umumnya. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Luhan. Tak masalah jika mereka tidur bersama, asal tak pernah ada pertengkaran di antara mereka. Setidaknya tidak ada untuk saat ini.
"Sehun, ayo bangun...sarapan sudah siap" membangunkan Sehun dengan teriakan sedangnya dari arah pintu kamar.
Sehun hanya membalasnya dengan gerakan tubuhnya yang ia gerakkan membelakangi pintu.
Helaan napas pun Luhan keluarkan hingga ia pun melangkahkan kakinya menuju tempat tidur dan membangunkan Sehun dengan cara kedua. Tak ada pilihan lain lagi.
"Bayi besar, segeralah kau bangun dari tidur panjangmu. Jika tidak, aku akan menciummu" canda Luhan pada Sehun dan kembali hanya dibalas lenguhan singkat. Kali ini cara kedua Luhan yang biasanya berhasil, sudah tak berpengaruh lagi pada Sehun. Pria yang masih tidur itu bahkan semakin tertidur pulas dengan kata-katanya.
"Ayolah Sehun, jika kau tidak bangun sekarang maka kau akan terlambat" menarik selimut Sehun dan kembali meminta Sehun agar cepat bangun dari tidurnya.
"Aku lelah, Luhan. Biarkan aku beristirahat sepuluh menit lagi" berucap sambil memejamkan matanya. Tak melihat bagaimana raut kecewa Luhan terbentuk sekarang.
Luhan pun terdiam. Kecewa dan sedih ia rasakan kini. Sehun yang tak ingin diganggu dan ingin beristirahat lebih, membuat Luhan harus melewati sarapannya sendiri. Luhan benci dengan sepi, Luhan benci sendiri. Maka dari itu, ia pun langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian sekolahnya. Mengganti tanpa ada suara yang tercipta, takut akan mengganggu Sehun jika ia menimbulkan suara sekecil apapun.
Selesai merapikan dirinya, ia pun menyambar ranselnya dan langsung pergi begitu saja tanpa memakan sarapan yang telah ia buat sendiri. Mengabaikan begitu saja sup yang sudah tertata rapi di atas meja. Namun kala ia melangkah sedikit jauh dari meja makan, ia pun menyempatkan diri menoleh ke arah meja makan sambil berucap lirih.
"Aku tak akan menyiapkan sarapan lagi untuk besok. Aku benci sarapan sendiri. Aku benci itu" dan kemudian berjalan menuju sekolahnya. Sekolah yang sudah satu minggu ini ia datangi.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me Alone (HunHan) | ✔
FanfictionI will protect you until whenever... If you leave me, maybe I can't live anymore Please, don't even thing like that, Lu Aku begitu takut kau pergi meninggalkanku, aku lebih memilih pergi ke tempat yang jauh dibandingkan harus merasakan bagaimana sak...