Sweet Affection

2.4K 243 40
                                    

[Jaehyun-ah. Hari ini aku harus lembur di lab.

Kau cari makan di luar saja ya.]

Jaehyun menghembuskan napas kecewa menatap pesan yang masuk ke ponselnya. Bibir penuhnya yang menawan tertekuk ke bawah. Sedih, tentu saja. Ia kan, ingin makan malam bersama hyung-nya itu. Tapi, apa boleh buat, kan? Jaehyun tahu Taeyong sedang sibuk-sibuknya mengejar hasil penelitian demi menyelesaikan tesis di akhir tahun ini. Jaehyun mana bisa bersikap egois dan menuntut pada Taeyong yang tengah tertekan dengan deadline-nya itu, kan?


[Oke, hyung.

Kau selesai jam berapa?]

Maka, hanya jawaban itu lah yang bisa Jaehyun berikan pada hyung-nya.

Sebenarnya mereka bukan kakak adik atas hubungan darah. Mereka hanya tetangga dengan ibu yang saling bersahabat. Mereka sudah bersama sejak kecil, walau terpaut perbedaan usia dua tahun. Bertahun-tahun berada di sekolah yang sama, bahkan sampai kuliah pun di universitas yang sama meski berbeda fakultas. Sampai memutuskan tinggal terpisah dari kedua orang tua pun, bagai kesepakatan yang tak butuh verba, secara otomatis mereka menyewa apartemen bersama.

Jaehyun selalu merasa bahwa Taeyong-hyung-nya itu adalah takdirnya. Bahwa mereka memang ditakdirkan untuk terus bersama.

Walau....

[Aku belum tahu akan selesai jam berapa, Jae]

Jaehyun baru menerima balasan chat-nya dua jam kemudian, saat ia sudah selesai bersantap malam bersama teman-teman jurusannya dan mengobrol ngalor ngidul. Sepertinya Taeyong benar-benar sedang sangat sibuk hingga baru membalas pesannya dalam rentang waktu berjauhan begini.


[Jangan lupa makan, hyung.
Kau bawa cokelat?]

[Bawa ^o^/
Aku bawa satu kotak yang kau belikan kemarin]

Senyum lembut menyapa bibir penuh Jaehyun demi melihat jawaban yang diterimanya. Menjadikan cokelat sebagai menu makan malam memang bukan pilihan yang baik. Namun, Jaehyun tahu sekali betapa malasnya Taeyong meluangkan waktu untuk pergi ke kantin dan membeli makanan berat yang lebih layak. Padahal lelaki itu sudah setipis kertas! Padahal penelitiannya membutuhkan konsentrasi tinggi yang menguras energi! Sering Jaehyun tak habis pikir bagaimana seseorang bisa semalas itu untuk makan.

Maka dari itu, Taeyong yang tidak lupa membawa cokelat yang sudah dibelikannya saja sudah membuat pemuda ini senang. Setidaknya asupan gula lelaki itu akan terpenuhi.


[Apa kau akan menginap di lab, Hyung?]

[Tidak tahu T^T
Destilasi-ku yang barusan gagal. Aku harus mengulangnya.
Semoga saja tidak perlu sampai menginap]

[Semangat, Hyung!
Yang kali ini pasti berhasil!]

Jaehyun melirik jam yang melingkari pergelangan tangannya. Jika Taeyong harus mengulang destilasi-nya, setidaknya butuh 4  jam lagi. Paling cepat pukul 1 dini hari barangkali lelaki itu baru akan selesai.



Pukul 10, Jaehyun meninggalkan cafe dekat kampus tempatnya makan bersama rekan satu jurusannya. Postur jangkungnya, namun, tidak diarahkan menuju parkiran. Pemuda Jung justru membawa tubuhnya kembali menuju bangunan kampus SM University. Kampusnya ini memang sering disebut sebagai kampus yang tidak pernah mati. Walau sudah larut begini, tidak aneh mendapati masih banyak lampu gedung yang menyala terang, atau gerombolan orang sibuk berdiskusi di kursi-kursi yang menyebar di selasar dan taman yang tersedia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fluff for LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang