Biar Semesta yang Bercerita

36 5 0
                                    

Sepulang dari toko buku, Yaya memberondong Ran dengan beribu pertanyaan yang mengarah pada hubungan antara Ran dan Nata. Yaya tahu bahwa ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu. Ran memang orang yang peduli terhadap sesama dan suka menolong. Tetapi ada hal yang membuat Yaya yakin ada sesuatu yang berbeda.

"Atau jangan-jangan kamu ada rasa sama Nata ya, Ran?"

Ran yang sedang menyeruput es teh manisnya langsung tersedak. Ia mengernyit heran mendengar pernyataan Yaya.

"Ya, kamu tau kan kalo aku sukanya sama Aldebaran? Kamu juga tau kalo aku cuma kagum sama Kak Deva. Terus apa hubungannya sama Nata? Ya nggak lah"

Yaya menaikkan satu alisnya. Ia memang tahu bahwa Ran hanya menyukai Aldebarannya dan kagum kepada kakak kelasnya. Tetapi jika semua orang melihat ekspresi Ran saat Nata sedang adu jotos, mereka pasti akan berpersepsi yang sama.

"Ah iya. Ngomong-ngomong soal Kak Deva, tadi waktu pulang sekolah dia nitip ini ke kamu" Yaya menyerahkan sebuah amplop berwarna biru muda. "Ciee. Apaan ya isinya? Surat cinta kali ya, Ran"

Ran memerhatikan amplop itu. Ia senang dan bingung bersamaan. Senang karena... Ya, ia kagum dengan Kak Deva. Namun juga bingung, mengapa Kak Deva bisa tahu tentang dirinya.

"Kok bisa ya? Perasaan dia nggak kenal sama aku, Ya"

Yaya mengedikkan bahunya. Tapi tetap bersemangat agar Ran cepat membuka amplopnya.

"Tiket nonton?"

Gadis di depan Ran semakin gencar mengejek dirinya.

"Itu ada suratnya juga, Ran. Sini aku bacain" Ucap Yaya sambil mengambil surat di dalam amplop itu.

Yaya tersenyum penuh arti saat pertama membuka surat itu.

"Maaf terlalu tiba-tiba. Besok saya jemput jam 4 sore ya, Ran. Saya tau kamu pasti mengerti maksud saya. Tertanda, Deva"

*

"Aku nggak mau dateng ah, Ya. Aku malu"

Yaya masih sibuk mencari baju di lemari Ran. "Ini tuh kesempatan kamu, Ran. Jangan disia-siain dong. Kamu sendiri kan tau kalo yang pengen nonton sama Kak Deva itu udah ngantri panjang. Kamu malah langsung dapet golden ticket dari Kak Deva. Kalo Kak Deva ngasih ke aku sih, langsung iya tanpa pikir panjang"

Ran memakai pakaian yang menurutnya biasa. Ran memang cantik memakai baju apapun. Ia merapikan bajunya sekali lagi kemudian beranjak. Yaya sudah pulang setengah jam yang lalu setelah memilihkannya baju. Yaya termasuk orang yang sibuk. Setiap selasa sore ia harus ikut les tari. Di lain hari ada pula les lainnya yang sudah menunggunya.

Gadis berwajah oval itu membuka pintu rumahnya saat mendengar ada bel berbunyi. Ia tak lagi mampu menyembunyikan rasa gugupnya.

Deva tersenyum melihat orang yang ia harapkan membukakan pintu untuknya.

"Ran udah siap?"

Ran mengangguk kemudian berjalan ke teras dan memakai sepatunya. Ran termasuk cewek yang sederhana. Dia lebih suka menggunakan sepatu kets dibandingkan wedges yang menurutnya sangat merepotkan.

Deva Ginanjar. Ran mengagumi sosok Deva sejak ia melihat Deva berkeliaran di acara pensi sekolah tahun lalu. Dia menjadi salah satu panitia di acara itu. Awalnya Ran tidak terlalu memperhatikannya. Namun entah mengapa mereka selalu dipertemukan kembali setelah itu, dan ada saja hal yang selalu membuat Ran tersenyum kagum. Deva memang salah satu laki-laki yang dikagumi dan dipuja oleh banyak siswi-siswi perempuan. Banyak yang berkata bahwa Deva itu karismatik.

Rahasia SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang