"Aku belum mencintai siapapun setelah dia hari ini" Timur merebahkan tubuhnya di atas karpet
Malam itu, Timur dan sahabat kecilnya yaitu Bima duduk dihalaman belakang rumah Timur dengan beralaskan karpet kecil dan ditemani bulan purnama serta bintang-bintang bertebaran kesukaan Timur setelah senja dan gerimis
"takut mencintai kembali? Sampai kapan kamu terus menutup hati untuk orang lain? Gak enak dong, gak ada warna di hidup. Cintakan anugrah juga, Timur. Ya buat penyemangat dikit lah" Bima mengacak rambutnya frustasi karena sikap satu sahabat kecilnya ini. Memang cara pandang Bima seperti itu.
"Bukan karena aku takut mencintai kembali, tapi entah kenapa aku merasa tidak mencintai siapapun sekarang. Siapapun!" Timur beranjak mengambil buku yang sengaja ia taruh disebelah karpetnya.
"Aku udah bilang berkali-kali sama kamu, jangan buat hidupmu hitam putih, apa gara-gara kamu belum bisa ngelupain dia dihidupmu?" Ucap Bima sabar.
"Bukan belum ngelupain Bima, aku udah lupa! Bahkan rasanya deg-deg an gara-gara orang yang disuka aja aku udah lupa. Mungkih sih.. Tapi, entah kenapa hatiku tak membuka celah sedikitpun buat orang lain sekarang. Berasa gak ada yang tepat gitu" Timur sudah kembali ke tempat awal dia duduk tadi. Diatas karpet, disebelah Bima.
"Coba liat bulan sama bintang kecil diatas". Timur mengalihkan pandangannya menuju arah yang ditunjuk Bima. Timur mengangguk.
"Yaudah" ucap Bima santai lalu mengecek hpnya karena ia merasa ada pesan masuk banyak sekali. "yaudah?" Kata timur sedikit kebingungan"Iya yaudah"
"Kok yaudah?"
"Aku kan cuma tanya liat apa nggak"
"Ih nyebelin"
"Emang"
"Bima nyebelin!"
"Masa?"
"Iya!"
"Gitu?"
"Hm"
"Jangan geer aku mau ngasih kata-kata penyejuk hati tadi" Bima tersenyum yang bakal bikin semua cewek melting liatnya
Pengecualian Timur.
"Siapa juga yang geer, paling-paling yang lagi baca ini yang siap copas kata-kata" Timur berucap ketus yang membuatnya semakin menggemaskan dimata Bima
"Gitu?"
"Ihh Bima nyebelin"
"Emng"
"Nyebelin tau nggak"
"Nggak"
"Iyain aja napa, biar Timur seneng"
"Kalo aku gamau?" Bima memainkan kedua alisnya yang membuat Timur jijik lihatnya
"Bodo amat Bim.. bodo amat" Timur memalingkan wajahnya
"Masa sih" ucap Bima tanpa melihat Timur karena ia fokus mengetik sesuatu diponselnya
Timur bergeming. Ia menyerah kalau harus adu bacot sama sahabat cowoknya yang super nyebelin ini. Lebih baik ndengerin emak-emak rempong yang cerita soal menantu barunya dari pada dengerin kata 'iya' 'gitu' dan saudara-saudaranya dari mulut Bima
Keadaan tiba-tiba hening, mereka masih sibuk dengan pikiran dan pekerjaan mereka masing-masing. Entahlah, Timur merasa bingung sendiri dengan perasaannya ini, sejujurnya Timur masih memikirkan tentang ucapan Bima tadi. Tapi Timur yakin ia sudah melupakan sesosok Fatar sepenuhnya.
Eh.. kelepasan deh, gapapa lah.
Okay dia Fatar, kakak kelas sewaktu SMP dulu yang berhasil mencuri hatinya, mereka sempat saling merasakan merasakan debaran aneh saat bertemu dan pernah saling merindu. Namun setelah Fatar lulus dan kebetulan juga Timur mengganti nomornya, jadi mereka sudah tidak saling memberi kabar sampai saat ini, dan Timur sekarang sudah kelas XI Timur bahkan tidak tau sekarang Fatar sekolah dimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMUR
Teen FictionKisah tentang penantian hati yang berubah menjadi penataan hati. Dimulai dari cahaya mentari Timur sampai cahaya senja yang memanjakan. "Kau membuatku jatuh cinta kembali kepadamu" Dari sebuah kerinduan yang sudah lama terbendung dan akhirnya menem...