Gue masih inget sama kata-kata lo dulu kalau ada orang yang ngelakuin keburukan ke kita, Jangan dibalas buruk juga. Nanti sesat jadinya. Dan hari ini gue coba ngebuktiin kata-kata lo waktu itu. Sayang.
Tio
*****
"Ya ya ya" ucap mereka berdua malas. "Mending kalo gini gue ngobatin dirumah sendiri" sambung Tio. "Oh" Timur membentuk mulutnya seperti huruf O.
Keadaan hening. Bima dan Tio selesai mengobati luka mereka. "Timur" ucap Bima membuka suara, semuanya menoleh ke arah Timur.
"gue kecewa sama lo" ucap Bima datar dan tajam. Bima adalah orang yang gak bisa nyembunyiin emosinya, kalau dia kecewa ya kecewa langsung ngomong tanpa disaring.
Deg
Sekarang giliran mereka melihat ke arah Timur. "Udahlah Bim, gak usah diperpanjang" Nuha menengahi mereka. "Gue gak memperpanjang, gue gak mau aja kalo gue nyimpen rasa kecewa, lama-lama jadi penyakit buat diri gue. Mending gue ungkapin meskipun sakit di hati" Bima masih berucap dingin.
Timur meneteskan air matanya, ntah kenapa perkataan Bima barusan terasa sangat menampar dirinya. "Gak usah nangis, lo harus kuat kalo dibentak kayak gini. Biasain diri dikitlah, dunia luar lebih keras" Ucapan Bima lebih terdengar menasehati.
Timur mengangguk patuh lalu menghapus air matanya. "Silahkan lo mau bilang apa buat gue?" Timur berusaha tersenyum Tulus.
"Soal tadi" ucapan Bima menggantung. "Jujur senyuman gue tadi palsu juga ucapan maaf gue, gak sepenuhnya tulus. Udah jelas dia yang salah, kenapa gue yang harus mundur terus minta maaf? Gue kira lo ngehargai pembelaan dari gue, ternyata salah. Lo masih bela dia, dan mungkin selamanya begitu. Temen lo bahkan sahabat lo dari kecil yang kata lo udah dianggap kakak sendiri malah lo salah-salahin. Sedangkan orang brengsek kayak dia lo bela?" Bima melirik Tio tajam. Tio merasa tak terganggu dengan ucapan Bima, ia masih fokus dengan benda kotak pipih yang ia bawa.
"Aku menyikapinya lebih dewasa Bima. Cara lo buat balas dendam itu salah. Ikhlas napa sih?" Ucap Timur dengan suara getar. "Bertahap. Gue ngelakuin semata-mata buat lo, tapi lo gak ngehargai gue. Bukan bemaksud minta ucapan terima kasih atau pembelaan dari lo, tapi gue cuma minta lo hargai gue walau sedikit aja, cuma sedikit" Bima bangkit dari tempat duduknya.
"Mau kemana?" Tanya Nuha. "Balik" Bima terus berjalan ke arah pintu tanpa melihat ke belakang.
Saat membuka pintu tiba-tiba ia dikejutkan oleh seorang anak yang juga mau masuk ke dalam rumah. "Eh, ada kak Bima lagi" seperti biasa Biru bersalaman dengan Bima. Waj
ah Bima tetep sama, tak berekspresi.
"Kok buru-buru? Ada siapa aja didalem?" Biru masuk ke dalam rumah. Bima tidak menjawabnya lagi. "Eh, lo ngapain disini?" Pertanyaan Biru terasa ditujukan kepada Tio. Tio memasukkan benda pipih itu ke sakunya dan bangkit dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMUR
Teen FictionKisah tentang penantian hati yang berubah menjadi penataan hati. Dimulai dari cahaya mentari Timur sampai cahaya senja yang memanjakan. "Kau membuatku jatuh cinta kembali kepadamu" Dari sebuah kerinduan yang sudah lama terbendung dan akhirnya menem...