Cerita ini tak seharusnya disudahi, karena pengharapanku padamu belum usai, atau mungkin takkan pernah usai. Aku mencintaimu diibaratkan seperti hujan, aku rela kembali meskipun terjatuh berkali-kali. Mencintaimu itu menyenangkan, banyak rintangan yang harus aku hadapi saat mencintaimu, bagaikan perjalanan yang takkan pernah usai ~Tio
*****
"Hai cantik" terdengar sapaan dari meja nomor 35 tersebut. Timur tidak tau dia siapa, ia hanya tersenyum kaku menanggapinya
Mereka sampai di meja tempat biasa mereka duduk. "Mang Yasa, batagor dua biasa" teriak Nuha ke arah tempat pejual batagor yang ia kenal namanya Mang Yasa. "Tunggu ya"
Pandangan Timur menjelajah ke seluruh penjuru kantin, entah siapa yang ia cari.
"Timur, bentar lagi mau diadain camp di sekolah kita, lo udah tau kan? Yang diiming-imingin sama ketos dulu" Terdengar suara melengking di deket telinga Timur, sontak ia menutup telinganya rapat-rapat dan menatap pelaku tersebut dengan ekspresi tidak suka.
"Santai aja kali, aku tau kok. Gak sabar juga gara-gara ini katanya 5 hari ya?" Timur mulai bersabar dengan sikap salah satu temannya ini. Memang dulu pernah dikabarkan mau diadain camp disekolah. Dan itu udah lama banget sejak akhir kelas 10 dan sekarang dia kelas 11 awal.
"Sama, gue juga gak sabar, lima hari disekolah. Sibuk, bisa ngehabisin waktu bareng temen-temen. Ntar juga untung-untung bisa ketemu cogan sekolah" Ucap Hanin sembari duduk dibangku kosong sebelah Timur, juga menyangga kepalanya dengan tangan diatas meja sambil membayangkan apa yang terjadi dipelatihan nanti
"Ngayal aja Nin. Cogan sekolah mesti ada lah. Gasabar juga, itung-itung ngisi waktu luang liburan" Timur memang suka banget sama acara kayak gitu. Dia suka karena banyak pengalaman yang bisa diambil.
"Ini batagornya pesenan anda para gadis-gadis cantik" nada bicara Mang Yasa diubah seperti sedikit dramatis. Timur-Hanin-Nuha mengalihan perhatian mereka. Mereka terkekeh geli "Makasih Mang Yasa" ucap Timur dengan senyuman khasnya
Mang Yasa mengangguk lalu berlalu dari meja mereka. Timur dan Nuha mulai memakan makanan mereka karena perut mereka sudah protes dari tadi.
"Aku nggak ditawarin nih" Hanin menatap mereka berdua dengan tatapan sinis. "Oiya lupa. Lo mau?" Tawar Nuha. Mereka memang tidak begitu akrab sama Hanin, bukan hanya karena mereka beda kelas saja. Tapi memang mereka jarang ketemu. Juga, Nuha baru kenal Hanin waktu mereka ujian. Itupun dikenalin sama Timur.
"Hehe.. bercanda kali. Oiya, lo ikut event itu nggak nanti?" Hanin mencoba akrab dengan Nuha, itu gampang menutur Hanin, karena apa? Ia selalu punya topik buat dibicarain.
"Boleh juga, emang boleh gak ikut? Gue mah ogah ntar kalo gue gak ikut trus gue diwawancarai habis-habisan sama kak Raihan sang ketua OSIS yang super disiplin dan yang katanya lagi suka sama Timur?" Sedikit penekanan di kata suka. Nuha melirik Timur sedikit dengan senyum jahil. Hanin yang melihat kejadian itu malah menyorakki Timur.
"Apaan sih kalian, kita temenan aja dan gak lebih. Lagian Raihan juga temennya Bima" Timur membela dirinya sendiri. Memang Timur tau kalo kak Raihan suka sama dia. Tapi kak Raihan juga memperlakukan Timur biasa aja, kayak gak ada rasa. Begitulah Raihan, ia tak mau mencintai terlalu dalam, karena ia tau pengharapan paling menyakitkan adalah berharap kepada manusia. Dan karena itu Raihan menyikapinya dengan sikap biasa aja. hidupnya masih panjang, Raihan gak mau menyakiti hidupnya sekarang.
"Iya-iya.. coba deh kalo gue ditatap sama matanya itu, tajemnya minta ampun. Tenggelam gue lama-lama ditatap kayak gitu. Emang sih ganteng, tapi dingin sekali." Ucap Nuha bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIMUR
Teen FictionKisah tentang penantian hati yang berubah menjadi penataan hati. Dimulai dari cahaya mentari Timur sampai cahaya senja yang memanjakan. "Kau membuatku jatuh cinta kembali kepadamu" Dari sebuah kerinduan yang sudah lama terbendung dan akhirnya menem...