1. Penguntit

2.6K 59 13
                                    

I Love You
.
.

"Fierly...!!! Jam berapa ini? Apa kau tidak mau pergi ke sekolah? Lekas turun dan sarapan!" Suara melengking yang baru saja kalian dengar itu, berasal dari bibir Ibu.

Perkenalkan namaku Fierly Natasya dan aku siswi kelas 2 di SMU Bakti Luhur. Seperti halnya anak seusiaku, kenakalan, serta aktif melakukan berbagai kebodohan adalah hal wajar yang gak mungkin kami hindari sebab usia kami tidak akan pernah bisa terulang. Jadi semakin hari semakin besar pula rasa penasaran kami pada dunia luar. Penasaran memang naluri alami kami, sebelum kami kehilangan naluri ini dan menjadi dewasa, kami akan menjelajah hal baru di setiap langkah yang kami ambil.

Dengan berat hati kulirik jam di dinding, ini sudah jam enam pagi betapa cepatnya waktu berlalu? Dengusan serta merta mengalun indah dari bibirku, kuregangkan otot-ototku yang kaku akibat tidur dengan posisi yang tidak berubah, jujur saja aku enggan untuk turun dari kasur, aku baru tidur kurang dari satu jam. Dan kini aku sudah diminta untuk bangun sepagi ini, rasanya sangat berat beranjak dari tempat tidur. Sungguh, kenapa malam gak berlangsung lebih lama, sih?

Tentu saja setiap keluhan ini terlontar karena semalam aku bergadang bersama Ayah. Menonton pertandingan bola Piala Dunia dan semalam adalah pertandingan semifinal antara Argentina vs Jerman, sangat sayang kalau di lewatkan, bukan? Dan inilah hasil dari bergadang semalam, ya, aku tetap harus bangun pagi-pagi sebagai konsekuensi.

Mau bagaimana lagi? Aku hanya anak kelas 2 SMA, aku tidak mungkin bersemayam seharian di kamar karena efek bergadang semalam, bukan?
Meski kantuk tidak tertahankan, aku tetap harus berangkat ke sekolah, untuk tidur, aih..., menimba ilmu maksudnya. Ah, iya, selamat datang di hidupku yang rumit.

ILove You
.
.

"Ayah, angkat kepalamu dari meja, kau mencontohkan hal buruk pada putri kita." Ibu kembali berkicau di sela-sela acaranya menyiapkan sarapan.

"Fierly, jangan tiru kelakuan Ayahmu itu. Ah, aku benar-benar berbicara dengan patung, terserah kalian sajalah." keluhnya kemudian, lengkap dengan desahan.

Sepertinya Ibu kembali ke dapur, mendengar suara langkah yang kian menjauh, "Hooaammm..., Ayah..., ayo, bangun. Kalau Ibu kembali dan melihat kita tetap tidur, dia pasti berubah jadi Oma." tuturku membangunkan Ayah,

"Biarkan saja, aku suka melihat dan mendengarnya marah. Dia jadi jauh lebih cantik, kau mengerti maksudku, 'kan?" Sahut Ayah membuatku kembali menjatuhkan kepalaku di meja,

Mengabaikan kicauan klasiknya yang terus saja mengumandang, 'kan betapa cintanya Ayah pada Ibu, kelak aku pun akan mendapatkan pria yang mencintaiku, seperti Ayah yang mencintai Ibu. Tidak berselang lama, seperti dugaanku Ibu datang dengan perintah untuk bangun, kembali perintah yang berupa keluhan.

"Ayolah, mau sampai kapan, kalian tidur di meja makan?" tutur-nya kesal, kami dalam arti aku dan Ayah hanya mengangkat kepala beberapa cm saja dari meja, untuk melihat ekspresi marah Ibu, sebelum akhirnya kembali kami menjatuhkan kepala di tempat semula.

Ah, Ayah berhasil memancing amarah Ibu, jika di pikirkan dengan segi pandang orang dewasa, Ayah maupun Ibu masih saja romantis meski telah lama menikah, Ayah selalu saja menggoda, juga memberikan kejutan untuk Ibu dan sebaliknya Ibu tetap saja mudah terpancing godaan Ayah, Ibu juga tidak pernah berhenti merona saat Ayah memberikan Ibu kejutan.

"Ini tempat makan, bukan tempat tidur!" pekik Ibu seperti biasa,

"Kami, tahu Bu." sahutku dan Ayah kompak, ya, aku ini putrinya jadi wajar jika kami kompak, saat membuat Ibu kesal, tidak kupungkiri menggoda Ibu adalah hal yang aku sukai di pagi hari seperti ini.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang