5. Fix you

744 16 2
                                    


Cinta, kata orang masa remaja adalah masa penuh dengan liku-liku cerita cinta yang akan menyenangkan juga bisa membuat para remaja enggan membuka hati lagi untuk cinta yang lain setelah perpisahan, ya perjalanan cinta tidak selamanya mulus bukan? Namaku Fierly Natasya, tujuh belas tahun usiaku dan aku siswi kelas dua, di SMU Bakti Luhur. Kisahku mungkin sama dengan kisah remaja pada umumnya, namun satu hal yang tidak akan pernah bisa sama, ya karena aku jatuh cinta pada pria yang semula hanya jadi pacar palsuku. Tidak profesional memang, namun inilah yang terjadi dan aku tidak bisa mengelak perasaan ini, perasaan nyaman yang hanya bisa kudapat dari-nya.

"Fierly, temanmu datang, tuh." seruan Ibu menginterupsi fokusku, dari novel comedy romance karya penulis lokal di kotaku.

"Siapa?" tanyaku saat aku beranjak menuruni tempat tidurku yang nyaman, menghampiri Ibu yang berdiri di ambang pintu lengkap dengan senyuman penuh artinya,

"Rudy, dia juga meminta izin pergi denganmu dan Ibu sudah mengizinkan kalian pergi." kicau Ibu,

"Kenapa, Ibu beri izin? Aku malas pergi sama dia." protesku, sedangkan Ibu hanya menelengkan kepalanya bingung,

"Ibu kira, dia pemuda yang kamu sukai. Pasalnya dia selalu datang ke sini," tuturnya lirih, ah, jika sudah seperti ini aku tidak tega melihat Ibu sedih.

"Tidak apa, Bu. Maaf tadi aku bicara dengan nada tinggi pada Ibu, aku gak bermaksud seperti itu, sungguh." Ibu hanya mengangguk seraya tersenyum lembut padaku,

"Tapi, lain kali kalau bukan Ary jangan langsung memberikan izin," pesanku yang langsung mendapat kekehan ringan Ibu.

"Jadi, Ary orang-nya? Tidak masalah, toh, anak itu juga tampan dan sopan meski kalah putih dari Rud-,"

"Ibu...!!!" lekas kusela ucapan Ibu yang semakin lama semakin memojokkan aku, errr...., memojokkan Ary maksudnya, dengan perbandingan-perbandingan yang Ibu ciptakan sendiri,

"Iya, iya..., Ibu paham." Sahutnya seraya berlalu ke belakang, sesekali Ibu menoleh guna menatapku dengan tatapan dan senyum jahilnya.

Sudah satu pekan, Rudy selalu datang ke rumah, ya meski ia setuju kalau kami hanya berteman tetap saja cara dia bersikap padaku sedikit membuat aku merasa risih.

"Ada apa, Rud?" tegurku saat kudapati ia duduk di kursi kayu teras depan rumah.

Ia menoleh, lengkap dengan senyum yang menurutku agak berlebihan. "Kau terlihat berbeda, sangat cantik." komentar Rudy,

"Nonton, yuk?" ajak-nya to the point,

"Gak bisa, deh, sore ini Ary mau mengajakku jalan." tolakku sehalus mungkin, pasalnya aku enggan bertengkar dengan teman sendiri, terlebih kami baru beberapa pekan ini berbaikan.

Lagipula aku memang sudah janji akan pergi dengan Ary sore ini, untuk itulah aku berhias. Namun, sayang Rudy yang lagi-lagi melihatku sebelum Ary.

"Hmm..., baiklah. Ary akan datang jam berapa? Apa aku bisa tetap di sini sampai Ary datang?" tuturnya,

"Rumahku kosong, bisakan kita mengobrol sebelum kamu pergi dengan pacarmu itu?" sambungnya kemudian, aku tersenyum sebelum menjawab ucapannya.

"Mungkin tiga puluh menit sampai satu jam lagi, tapi dia selalu datang sebelum jam janjian kami." balasku,

"Baguslah, aku suka pria yang tepat waktu, dia mirip sepertiku." sahutnya cepat,

"Ya, kau benar. Kalian memang mirip, sama-sama keras kepala!" Kekehan ringan tak luput dari bibir-nya, kala kukatakan demikian.

Sudah lebih dari satu jam, tapi Ary tidak kunjung datang. Tidak biasanya ia seperti ini, bukankah dia sangat antusias saat mengajakku ber-ehem-kencan. Untuk dia-lah aku rela mengenakan dress sebatas lutut dengan motif bunga tulip biru, yang nampak sangat feminim. Sungguh bertolak belakang dari style-ku, 'kan? Ya, entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu ingin tampil cantik di hadapannya.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang