Dua bulan yang lalu.
Minggu pagi, jam 05:30.Aku baru saja terbangun dari tidurku setelah jama’ah shubuh. Sudah seminggu aku tidak On facebook. Aku meraih ponsel yang dari tadi aku charge. Membuka aplikasi peramban,dan membuka facebook. Ada satu pesan yang masuk di inbox-ku. Dari Nina. Ah senangnya, baru buka facebook sudah di sambut oleh pesan Nina. Tapi kenapa pesannya lebih panjang dari biasanya?
From:Nunia M.P.
· Assalamu’alaikum. Bar, kamu apa kabar? Udah lama aku nggak ketemu sama kamu.
· Bar,kita udahan aja ya? Kamu sadar gak sih? Hubungan kita tuh terlalu absurd. Bahkan kita nggak pernah punya masalah.
· Bar, aku nggak mau ngomong bullshit kaya cewe2 lain. yang bilang mau focus belajarlah, inilah, itulah.
· Jujur ya bar, sebenernya aku gak tega ngomong gini ke kamu. Ini pertama kalinya aku pacaran.
· Tapi aku ngerasa kalo kamu bakalan sependapat so’al ini. Aku gak tau, gimana perasa’an kamu pas baca ini. sedih, kecewa, lega, seneng, marah. Aku gak tau.
· Khobar….Makasih buat waktu kamu. Makasih buat semuanya.
Kaget. Aku membacanya sampai 5 kali. Dan isinya tetap saja sama. Kali pertama aku di putusin. Rasanya hati jadi bergedel. Sama sekali tidak bisa berfikir jernih. Aku menjawab ngawur. Sangat tidak logis, yang sampai sekarang aku pikir hal itulah yang menyebabkan adanya jarak antara kami sampai sekarang. Aku sangat bingung. Hampir gila. Kalimat logis terakhir yang bisa aku dengar darinya sampai sekarang adalah.
”Ma’afin aku bar, aku tahu aku salah, aku tahu aku bikin kamu bingung. Ga papa kok, kalau seumpama kamu marah ke aku”
Setelah kalimat itu balasan chat darinya hanyalah hal singkat. yang detail isinya terlalu menyakitkan untuk di tulis. Jadi, aku tak kuasa untuk menulisnya. Hubungan kami sangat cepat berubah menjadi sangat canggung. Nina seperti benar-benar tidak ingin melihat wujudku lagi. Padahal baru dua hari yang lalu dia minta diceritain sesuatu, bercanda seperti biasanya. Apa saja. Ini benar-benar hal yang sangat mengejutkan. Gak ngajak berantem dulu kek, apa kek, main putus aja. Tapi entah kenapa hati sangat berat meninggalkan Nina. Masih ada tanda tanya besar yang tidak pernah terjawab. Yaitu kenapa?. Jelas aku tidak puas dengan alasan segitu saja. Entah kenapa aku sangat ingin Nina tau kalau dia tidak hanya meninggalkan tanda tanya, Nina juga meninggalkan luka perih yang membekas dan bisa tertoreh kapan saja tak pandang kondisi. Tapi seiring berjalannya waktu. Aku baru sadar kalau dia berhak mutusin aku kapanpun, dengan alasan apapun, bahkan dia tidak perlu alasan untuk melakukan itu. Dia berhak menjaga ketentraman hatinya. Meskipun ada dua hal yang masih mengganjal.
Pertama, kenapa mendadak sekali?
Kedua, apa buruknya “gak pernah punya masalah”?
Baiklah, aku akan mengutip satu kesimpulan dari quotesnya Tere Liye.
“Aku tidak akan bersedih atas apa yang telah berakhir, tapi aku akan tersenyum atas apa yang pernah terjadi”
Lagi pula, sudah untung dia pernah mau denganku, iya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
M.K.K. (On Going)
Action"M.K.K" inisial yang paling diingat sindikat-sindikat kriminal di masa mendatang