Lana, teman ter.....

17 3 0
                                    

Dua donat yang tadi aku pesan sudah datang.Setelah mengantongi ponsel di celana aku langsung melahap donat vanilla cream-ku. Lana juga memakan donatnya. Setelah seluruh bagian donat sudah berada di dalam perut, Lana melirik ke jam tangan yang ada di pergelangan tangan kananku.

Setelah menghela nafas panjang, Lana mulai bicara.

"Jam 12:47 kamu harus cepet-cepet check in"

Lana benar, aku pasti tidak ingin ketinggalan check in.

"Wokeh, mungkin ini terakhir kali kita bertatap muka secara langsung buat beberapa tahun ke depan"

"Yah, mungkin"

Aku menjabat tangannya kuat-kuat. Tersenyum. Lana memberiku kardus bentuk persegi. Ukurannya kira-kira 30cmx30cm.

"See you soon Lana, have a comfort flight"

"See you!!"

Aku menunjukkan E-ticket-ku kepada petugas bandara,dan memasuki area check in. Di dalam suasananya lebih ramai. Entah ada apa, banyak orang berkerumun. Banyak yang menyumpah-nyumpah. Bahkan ada yang sampai mengacungkan kedua jari tengahnya. Aku mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi. oh, sh*t....seluruh penerbangan hari ini di tunda kiranya sampai nanti malam. Karena sistem administrasi bandara mendadak mengalami kegagalan sistem. Percuma semua ritual perpisahanku hari ini.

***

Aloha,jam 13:17.

Perjalanan ke rumah sangat mulus. Maraknya taksi online belakangan ini ternyata memang sangat memudahkan mobilitas masyarakat. Aku mulai menyalakan ponsel. Mengirim pesan ke ayahku, memberi kabar kalau penerbanganku di tunda.

1 pesan belum terbaca. Dari Lana.

Assalamualaikum,Bar. Kayaknya kamu harus ke hotel premium malam ini. Jam 20:40.Ada yang harus kamu lihat. Terkait bombardir pagi ini. Situasinya agak rumit. Jangan lupa bawa mainan.

Aneh, Lana bicara seperti itu. Mengingat aku belum memberi tahunya perihal penerbanganku yang di tunda. Dari mana dia tahu? Apa relasinya dengan bombardir kemarin?

Satu hal. Aku belum memberitahu apa yang membuat relasi persahabatanku dengan Lana cukup kuat. Aku mengenalnya karena kami berada di satu perguruan pencak silat. Lana menjadi pasanganku dalam setiap lomba seni gerak.

Lana berasal dari keluarga yang displin beragama. Lumayan ekstrem menurutku. Ibunya bercadar, hanya itu yang aku tahu tentang ibunya. Ayahnya mempunyai dahi hitam bekas sujud, menyandang gelar Lc. Dari Kairo, Mesir. Lana anak terakhir dari 5 bersaudara. RA(TK), MI(SD), Mts(SMP), MA(SMA), sampai perguruan tinggi, semuanya berbasis agama. Lima bersaudara itu semuanya cerdas. Yang terbaik di bidangnya.

Sayangnya ayah Lana meninggal tahun lalu. Beliau adalah guru banyak orang. Termasuk aku. Sepeninggal beliau, belum ada ulama yang sekaliber beliau dikalangan masyarakat. Kakak pertama Lana, Aziz. Tergerak untuk menggantikan posisi ayahnya, Aziz muda mempelajari mentah-mentah kitab-kitab yang di bawa ayahnya dari Mesir.

Aziz muda berumur 22 tahun dengan cepat menggantikan ayahnya. Ilmu masih prematur. Tanpa sanad. Hanya berdasar pemahaman pribadinya dari kitab. Dia mulai membid'ah bid'ahkan amaliah sehari-hari masyarakat. Berkoar-koar tentang pembersatuan tanpa toleransi. Semuanya di kafirkan. Hingga suatu hari Aziz membawa seluruh adik-adiknya pergi. Entah kemana. Lana satu-satunya dari lima bersaudara tersebut yang lolos dari pelarian. Juga satu-satunya yang benar-benar memahami dan masih memegang teguh ajaran ayah mereka.

Singkatnya Aziz dan adik-adiknya, kecuali Lana. Terlibat gembong teroris bersama seorang imam sesat. Lana berkali kali diculik oleh sekelompok orang yang tak dikenal. Berkali-kali juga Lana lolos. Sejak itu kemampuan prediksi, taktik, dan kewaspada'annya meningkat. Dimanapun dia berada, bisa jadi sebuah arena pertempuran kapanpun.

Sedangkan ayahku adalah agen BIN, yang diberi tugas khusus menyelidiki bombardir yang terjadi belakangan ini. Lana sudah tinggal di rumahku selama 2 bulan. Dia tidak aman di rumahnya sendiri. Terkadang ada smoke grenade yang masuk lewat fentilasi rumahnya. Sekolahnya sempat tertunda karena ikut andil dalam dalam operasi ayah.

BIN menjamin untuk menjaga Lana. Ayah melarang aku untuk ikut-ikutan. Tapi kasus ayah kali ini berbeda, sangat menarik. Karena itulah aku nekat untuk tetap mengikuti permainan om-om teroris ini. Meskipun aku tidak akan diberi uang jajan sebulan.

***

M.K.K. (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang