Surabaya, Hotel Premium, 19:54.
Alan memacu limusin inventaris travel agency-nya dengan cepat dan tenang. Kami bisa datang kesini kurang dari dua jam. Dia memberiku baju yang cukup elegan. Kemeja putih, dasi kupu-kupu hitam, celana hitam klasik, sepatu kets, dan jam tangan. Dia sendiri menggunakan seragam supir. Meskipun lebih mirip masinis dari pada supir. Tapi semua ini terlihat sangat expensive.
Setengah jam yang lalu, aku mendapatkan pesan singkat dari Lana. Isinya adalah instruksi untuk menempati kamar VIP nomor 56. Astaga, sejak kapan Lana punya uang cukup untuk menginap di kamar VIP? Beberapa hal yang aneh mulai terjadi. Lana tidak bercanda so’al keada’an yang cukup serius. Untung aku membawa beberapa mainan dari rumah.
Alan menunggu di luar,dia akan kuberi kode kalau aku butuh dia di lobi. Sekarang yang harus kulakukan adalah mencari Lana. Aku sudah mencoba menelponnya. Tidak ada jawaban sama sekali. Aku mulai membayangkan kalau Lana akan diikat bersama dengan ber kilo-kilo bom.
Tasku lumayan berat. Sangat berat sebenarnya. Yang paling berat adalah claymore. Jumlahnya tiga. Setelah bertanya ke bagian resepsionis. Aku menuju ke kamar 56. Meletakkan tas,melepas sepatu,mengambil stun gun. Ada stickynotes dan amplop yang menempel di lemari. Tulisannya “57,58,59,60”. Ini adalah nomor empat kamar yang di sebelah. Mungkin harus di periksa. Di dalam amplop ada kunci master yang biasanya di pakai pelayanan kamar.
***
Sidoarjo, Rumah Nina, 20:30.
Nina sebenarnya tidak terlalu terkejut. Super komputer yang dia miliki memang menjadi incaran banyak pihak. Bahkan sebelum diingatkan oleh Khobar,Nina sudah berkemas. Dia sudah mengira kalau akan terlibat situasi seperti ini. Dia sudah menyiapkan tempat persembunyian tersendiri. Keluarga Nina memiliki banyak jaringan. Juga uang.
Rumah Nina relatif besar. Halamannya mirip parkiran pasar malam. Luas sekali. Di rumah Nina,ada 4 keluarga. Semuanya elit. Ada 27 orang yang bekerja di rumahnya. Sudah termasuk sopir,satpam,asisten rumah tangga,asisten pribadi,dll. Bukanlah hal mengejutkan kalau Nina bisa melakukan banyak hal dengan mudah. Nina juga di beri latihan khusus di rumah. Latihannya mencakup banyak hal. Intinya segala persiapan yang kiranya di butuhkan oleh Nina adalah materinya.
Setelah menutup telpon dari Khobar Nina langsung menuju tempat persembunyian bersama sopir keluarganya. Nina dan sopirnya menaiki range rover warna hitam yang biasa di pakai ayahnya. Sekarang Nina punya kesempatan untuk mempraktekkan latihannya. Nina sedang bersemangat. Nina mencondongkan tubuhnya ke depan menatap sopirnya yang berjalan tidak terlalu cepat.
“Bisa tolong cepetan pak? Mantanku di ganggu dan butuh bantuan, ga ada yang boleh mengganggu mantanku”
Sang sopir melirik kearah Nina, mengankat kedua alis, dan memanyunkan bibirnya. Memasang ekspresi tidak yakin. Nina tersenyum.
“Tentu saja tidak ada yang boleh mengganggunya” Nina diam sebentar.
“kecuali aku”
Sang sopir terbahak sebentar demi melihat tingkah majikannya sebelum memacu kecepatan mobil. Membelah dinginnya jalanan Sidoarjo.
***
Hotel premium, 20:28.
Empat kamar itu sudah selesai kuperiksa. Butuh waktu yang cukup lama. Semuanya berisi anggota organisasi Aziz. Lana ada di kamar nomor 57. Diikat di kursi. Telah di kepruk gelas dan piring. Dengan pria kekar bersinglet dan bertraining. Sangat sulit meringkusnya mengingat badannya besar dan badanku kecil.
Beberapa menit kemudian pria tadi keluar. Menuju kamar kecil. Kesempatan yang bagus. Aku membuntutinya menempati bilik tepat di sebelahnya. Setelah terdengar pria tadi kencing. Aku teringat kalau klosetku dan klosetnya terhubung. Juga teringat pelajaran kimia kalau air kencing adalah konduktor yang baik. Untung aku bawa stun gun. Jujur aku tidak tega sebenarnya. Masalahnya yang kusetrum adalah “titit” pria tadi. Ma’af ya bang, “titit” kamu yang jadi korban.
KAMU SEDANG MEMBACA
M.K.K. (On Going)
Action"M.K.K" inisial yang paling diingat sindikat-sindikat kriminal di masa mendatang