Ketika kamu menatap mata sendu yang terpejam ini, ada perasaan bergejolak didalam hati yang entah apa itu dinamakan nyaman. Entahlah, aku lebih suka melihatnya terlelap, tetap tenang. Namun, aku selalu merindukan suara, tingkah dan bibirnya ketika mengoceh.
Aku sematkan anak rambut yang menutupi wajahnya ke belakang telinganya. Aku sangat mencintainya. Meskipun aku tahu dia mungkin belum mencintaiku, ya, dia mungkin hanya belum, bukannya tidak. Aku yakin suatu saat dia bisa mencintaiku seutuhnya.
***
Kanaya memicingkan kedua mata besarnya. Cahaya mentari menampar tepat diwajahnya. Kanaya meraba kepalanya yang tiba-tiba mulai pusing ia rasakan. Ia menatap kesamping tempat tidur.
Rupanya, dia sudah berangkat.
Perlahan ia bangkit dan berjalan keluar dari kamar. Menuruni anak tangga lalu mendengar kebisingan dari dapur. Kedua tangannya mengepal, berjaga-jaga jika ternyata suara itu adalah perampok. Dia tidak tahu bagaimana nantinya, tidak ada Angga atau siapapun.
Kanaya berjalan mengendap-endap mendekati dapur dan bersiap memukul perampok itu sebelum mereka berhasil menculik Kanaya. Semacam sebuah film yang sering Kanaya tonton.
Eh?
Siapa dia? Kemeja putih dengan rambut yang berantakan? Angga?
Satu jam yang lalu Angga terbangun dan tidak lagi bisa tertidur. Dan itu membuatnya galau. Sementara kebingungan, dia mencari akal lalu mempersiapkan sebuah sarapan mungil. Nasi goreng dengan telur mata sapi diatasnya. Ditambah sedikit sayuran dan tomat ia potong kecil-kecil. So sweet..
Dia ngapain, sih?
Langkah kecilnya mendekati Angga dengan penuh hati-hati. Tatkala sudah tepat dibelakang suaminya, Angga pun membalik. Dua mata menatap saling beradu, letupan kecil yang bereaksi besar dibalik dadanya.
"Ngg.. " Kanaya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
"Mau sarapan? " tanya Angga.
Pagi itu mereka sarapan ditengah embun pagi mulai naik, cahaya mentari yang sedikit menerpa melewati celah jendela. Setangkai bunga tulip menghiasi sarapan mereka. Disana, hanya terdengar gesekan garpu sendok yang menyentuh permukaan piring.
Tanpa percakapan. Dingin. Tegang.
"Gimana keadaan Papa? " tanya Angga membuka perbincangan.
"Papa udah sadar, cuma harus bedrest, jantungnya masih lemah, "
"Gausah khawatir, Papa baik-baik aja, kok. Ada aku disini, "
Ada aku disini.
Entahlah, kata-katanya itu membuat hati Kanaya damai, tenang dan merasa terlindungi. Untuk pertama kalinya, Angga mengucapkan kata-kata yang hampir membuat Kanaya percaya. Meskipun hampir.
"Yaudah, aku berangkat kantor dulu, "
Satu kecupan pagi mendarat dikening Kanaya. Memang benar, jika jidat yang lebar tempatnya kecupan manis mendarat dengan sempurna.
"Tapi, lo masih pake baju tidur gitu, apa kata karyawan kalo bosnya kaya gitu penampilannya? "
Angga mengacak puncak kepala istrinya lalu tersenyum gemas. "Aku udah nyiapin di mobil sendiri, tenang. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'am Yours [TAMAT]
Любовные романыAku menyimpan hatiku untuk gadis kecil itu sejak kali pertama dia menatap ku. Biarkan dia tidak menyadarinya. Cukup untukku dan perasaanku. Aku tidak ingin melukai perasaannya karna aku terlalu menyukainya Tidak, lebih tepatnya terlalu mencintainya...