Sepuluh

23.7K 484 7
                                    

Setelah aksi kecoa kecoa sialan itu, Angga jadi meluapakan tujuannya Papa mertuanya mengirimkannya mereka ketempat ini yaaitu, honeymoon. Seperti yang sudah diketahui, kata honeymoon sangat jauh dari apa yang dilakukan Kanaya dan Angga. Jauh-jauh mereka terbang ke Lombok, tetapi malah asik bertempur dengan kecoa. Jika Mama dan Papa tahu, mereka pasti bisa sesak napas.

"Pulang.. "

Ucapan itu terus saja terucap dibibir Kanaya. Dia cepat bosan, menurutnya honeymoon hanya membuang waktunya saja. Toh, disini dan dirumah mereka sama saja, bertengkar.

"Pulang? " Angga menaikkan salah satu alisnya, heran. "Sesuai rencana, kita disini dua minggu. Lah ini, satu minggu aja belum, "

"Ya abis ngapain? Cuma duduk dihotel, liat pantai, balik lagi hotel. Bosen. "

"Masa iya pulang ngga bawa hasil? " kata Angga memainkan manik matanya yang nakal.

Tanpa ekspresi, Kanaya berjongkok kebawah, menatap bulu-bulu yang sedikit keriting dikaki Angga dan..

"Aouhh!!! "

Dua bulu itu berhasil Kanaya cabut sampai akar. Terlihat jelas wajah senang dan gembira seperti anak-anak pramuka di wajah Kanaya saat Angga meringis kesakitan.

"Heh, gue itu lebih tua dari lo. Awas aja, bakal gue bales perbuatan lo! "

"Idih, cowok kok ngebales, jangan-jangan lo itu cowok gadungan? "

Serangan cibiran terus bertubi-tubi hingga Angga benar-benar merasa bahwa dirinya tidak berharga dimata Kanaya. Dia anggap jika harga diri Angga selalu diremehkan. Apakah sebegitu bencinya Kanaya akan pernikahan ini?

Seketika, Angga beranjak pergi kembali masuk keapartemen. Dalam diam, Kanaya hanya menatap punggung lebar Angga yang semakin hilang dari pandangannya.

***

Angga POV

Entah itu kemarin, sekarang atau esok, keadaannya sama. Dia memang tidak pernah menghargai aku, seburuk itukah aku dimatanya?
Dalam diam aku meringkuk menghadap pemandang matahari yang mulai tenggelam diantara air laut. Ku gerakan pelan jemariku kearah pelipis. Aku memang bukanlah pria yang pintar dalam kata-kata, bukanlah pria romantis yang diharapkan banyak wanita. Aku hanya seorang pria yang mencoba membuat wanitanya nyaman dengan caraku sendiri. Nyatanya, memahami wanita itu sulit.

Kanaya yang kukira lembut dan penurut, ternyata dia lebih keras dari batu dan membuat hatiku selalu bergejolak seperti batu. Yang ada hanya menambah kerutan diujung mata dan dahi.

Kling~

Email, Incoming..

Satu email masuk begitu saja tanpa alamat yang jelas dan pesan yang jelas.

Setelah aku meng- klik file yang tertera pada kotak masuk, sebuah pesan bergambar masih loading. Sementara, sinyal disini memang sulit jadi harap bersabar saja.

Sebelum sempat aku membuka pesan itu, sebuah benda menggelinding tepat mengenai jari kakiku. Ah, aku tau siapa yang bertanggung jawab.

Aku melihat postur tubuh mungilnya yang tersender disisi tembok dengan melipat kedua tangannya. Entah cibiran apalagi yang dia buat untukku, hingga membuat perhatianku terpusat pada benda yang terbungkus kardus tabung. Dengan percaya diri dan was-was aku membuka kardus itu, tidak terlalu berat namun, cukup berisi.

Jantungku berdebar ketika siap melihat apa yang istri tercintaku berikan. Adalah sebuah semprotan anti serangga?!

Buang gue aja ke laut, plis?

Entahlah, aku tidak paham. Niatan apapun dia terpenting aku akan aman terlaksana tanpa si serangga sialan itu. Tapi, jika dipikir Kanaya pasti khawatir saat aku ketakutan. Hm, semoga saja apa yang aku pikirkan benar adanya😌

"Jangan pernah berpikiran kalau gue khawatir sama lo ya?! " pekik Kanaya.

Istriku ini, bisa baca pikiran orang?, pikirku.

"Gue beli itu biar lo ga rusuh waktu tidur, "

"Rusuh? Gue tidur udah kaya putri tidur, kok, anteng. "

"Lo pikir, tangan lo pindah ke kepala gue, kaki lo nendang pantat gue, itu baru namanya anteng? "

Seriously? Ternyata, tidurku sangat menawan. Aku tak menyadari itu. Jika aku sadar, aku pasti akan sekuat tenaga menendang pantatnya.

"Iya, sorry, namanya juga tidur " ucapku yang kembali menatap pemandangan luar.

Aku melihat dari sudut mataku gerak tubuhnya yang bergerak seolah ingin mendekatiku. Namun, setelah kutatap Kanaya seperti berpikir. Entahlah, hari ini sepertinya datar saja. Memang lebih baik jika kembali ke Jakarta.

Cause I'am Yours [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang