Part 1 - PB

16K 566 27
                                    


Happy Reading 🤗

Cewek berambut sebahu berwarna cokelat tengah berjalan menyusuri lorong sekolah barunya, setelah beberapa menit yang lalu ia bertanya kepada satpam dimana ruang kepala sekolah yang memang belum ia ketahui tempatnya.

Pandangannya ia arahkan ke setiap penjuru ruangan. Setelah lama mencari ruang kepala sekolah, akhirnya ia menemukan ruangan tersebut. Ruangan yang didominasi cat cokelat dan beberapa rak buku tertata rapi di sana. Berbagai macam ornament di dalamnya membuat sejuk di mata. Apalagi desain serta ukiran kayu menambah daya tarik tersendiri. Elegan, satu kata mencerminkan semua isi di dalamnya.

Ia melangkahkan kaki, tak lupa menutup pintunya lagi. Dengan langkah pelan namun pasti, debaran itu terdengar cukup jelas.

"Assalamualaikum," salamnya. Namun lelaki yang umurnya sudah terpaut tua itu sama sekali tak memandangnya. Hanya menatap tumpukkan kertas dan menggoreskan tinta di sana.

"Waalaikumsalam," jawabnya seraya membenarkan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. Hanya jawaban itu yang ia lontarkan. Dan lagi, lelaki itu tak memandangnya sama sekali. Membuat cewek itu geram dan kesal.
Namun, pandangan cewek itu mengarah ke kursi yang tak jauh dari tempat duduk kepala sekolah. Terlihat di sana ada seorang cowok yang duduk dengan tidak sopannya. Kakinya ia letakkan di atas meja, tangannya sibuk memainkan ponsel, sedangkan bajunya sudah tidak terbentuk. Satu kata untuk dia, berandal.

"Silakan duduk." Bermaksud menyuruhnya duduk seraya membereskan pekerjaan yang nampak sudah terselesaikan. Menumpuknya hingga rapi, kertas yang tadinya berceceran sekarang tertata rapi. Lelaki itu membenarkan jasnya, pandangannya ia arahkan untuknya.

"Kamu anak baru yang namanya Amanda?" tanyanya, membuat ia mengangguk. Tangannya berkeringat, padahal ia murid baru kenapa harus takut. Dan lagi, dirinya bukan berandal sekolah yang setelahnya dihukum karena melakukan kesalahan.

"Iya, Pak," jawabnya seraya memainkan ujung bajunya.
Cowok di sampingnya batuk, entah itu batuk disengaja atau tidak. Namun yang ia rasakan batuk itu dibuat-buat. Ia melirik, namun pandangan cowok itu masih sama menatap layar ponsel.

"Selamat datang di sekolah baru kamu, semoga kamu betah dan bisa menjunjung tinggi nama sekolah ini," ucap lelaki tua itu sambil tersenyum. Padahal ia pikir kepala sekolah itu tidak bisa tersenyum dan super galak. Apalagi tadi ia sempat berpikiran itu. Dan pada akhirnya ia salah persepsi.

"Insha Allah, Pak. Saya akan memberikan yang terbaik untuk SMAN Nusa Bangsa ini," ucapnya antusias. Bahkan tingkat ketakutannya yang menjalar tadi hilang.

"Terima kasih. Sekarang kamu boleh ke kelas," perintahnya membuat cewek itu mengangguk dam mencium tangan kepala sekolah.
"Aksel, tolong kamu antar Amanda ke kelasnya, jangan membantah!" ucap kepala sekolah memasang wajah garang, yang jauh berbeda ketika berbicara dengan Amanda.

Aksel memutar bola matanya malas. Ia merasa seperti budak jika berurusan dengan lelaki tua bangka itu. Bahkan hampir setiap hari ia berurusan dengannya---sering membuat onar di sekolah. Mulai dari telat berangkat, baju yang amburadul, anting hitam yang selalu nempel di telinga kirinya.

SMAN Nusa Bangsa memang terkenal cukup ketat, peraturan dan segala sistem yang ada semuanya ketat karena terkreaditasi A. SMA yang selalu didamba oleh semua murid yang baru lulus sekolah menengah. Namun tidak untuk cowok ini, ia tidak ambil pusing akan hal itu. Sebenarnya ia juga malas untuk masuk SMA ini, bisa dibilang terpaksa atas kehendak papanya. Saat lulus sekolah menengah, dirinya ingin sekolah di luar negeri. Kehidupan serba mewah membuatnya ingin berfoya-foya.

PLAY BADBOY [REVISI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang