5. Jangan sentuh Riani-ku

12 4 4
                                    

Setelah Riani keluar dari bangunan yang berbau obat-obatan yang akrab disebut rumah sakit, rumahnya orang sakit.

"Kamu di sini, aku ke ruang guru dulu." Kataku di sekolah, sambil menyerahkan tugas.
"Iya." Kata Riani.

Ketika aku keluar dari ruang guru, kulihati Riani sedang berbincang dengan pemuda. Kukira aku tidak akan mengganggu mereka, itu urusan mereka. Dan yang paling penting, Riani adalah milikku, hak mutlakku. Riani juga tahu itu, maka dia ga bakal macam-macam dengan pemuda itu.

Kudengar percakapan mereka.

"Kamu Riani ya?" Kata pemuda itu.
"Kamu siapa?" Tanya Riani.
"Aku Deon, pulang sekolah aku akan berada di rumahmu." Kata pemuda itu, seraya ia pergi.

"Siapa?" Kataku.
"Mahluk astral. Datang-datang langsung begitu." Kata Riani.
"Oh gitu." Kataku pelan.
"Jangan cemburu begitu." Kata Riani sambil mengandeng tanganku dan pergi beriringan.

"Kita duduk di sini aja." Kata Riani ketika kita duduk berdua di sebuah taman yang di depannya ada kolam ikan nila.
"Riani." Kataku.
"Kenapa?" Jawabnya.
"Kalo lelaki tadi suka ke kamu gimana?" Tanyaku.
"Haha, ya ngga gimana-gimana, kan aku udah mutlak milikmu." Jawabnya sambil memegang tanganku seraya tertawa sedangkan aku terdiam.

Bel berbunyi, Riani mengajakku masuk kelas, sedangkan aku kecewa.~

Lalu pelajaran usai sekitar jam tiga sore, aku mengajak Riani pergi ke masjid untuk sholat.
"Tadi aku liat kamu sesudah wudu, kamu lebih ganteng." Katanya sesudah sholat, aku tersenyum.

Ketika kita berjalan ke parkiran dengan cuaca yang panas terik.
"Makasih." Katanya setelah ku pakaikan jaket jeans sobek-sobek milikku.
Kujawab dengan senyuman.~

"Hati-hati, kalo pemuda itu datang ke rumahmu. Dan mengganggumu, sebut saja namaku, dia takut." Kataku.
"Iya Cinteee." Jawab Riani sambil tersenyum.

Sebelum ke rumah, aku sempatkan ke warung Bi Idah untuk bertatap muka dengan Si Epul dan Dodi.

"Dari mana?" Tanya Dodi.
"Rumah Riani." Jawabku.
"Sutt ah, ada yang lagi patah hati." Kata Dodi.
"Hahaha." Kataku tertawa meledek Epul yang sudah putus dengan Indah.
"Iwan Jorowok meninggal yah?" Kata Epul. (Iwan Jorowok adalah orang gila di daerah Gatot Subroto.)
"Kenapa?" Kataku.
"Ditabrak lari tadi subuh." Kata Epul.
"Inalilahi." Kataku, Dodi tertawa.
"Ah, gaada yang minta-minta kopi ke sini lagi dong." Kata Dodi masih terbahak-bahak.
"Hahaha." Tawa Epul seraya aku tersenyum.

Kulanjutkan malam ini dengan bermain gaple di meja Bi Idah dengan sebuah lagu dari Stingky.
"Udah malam, pulang duluan." Kataku.
"Okeyyy." Kata Epul dan Dodi mengangguk.

Ketika tiba di kamarku, sambil mendengarkan lagu dari Iwan Fals, sebelum lagu itu selesai, Riani menelfonku.

"Hey, ngga sopan telfon malam-malam, aku sedang rindu, jangan diganggu." Kataku.
"Sekarang jangan bercanda dulu, tadi pemuda itu datang kerumah, terus akunya pura-pura sakit, terus dia malah cari muka depan Ibuku." Jelasnya.
"Tapi kamu ga digangguin kan?" Tanyaku.
"Ngga." Katanya.
"Tapi Ibuku diganggu ketika sedang masak." Kata Riani.
"Oke, besok dia bakal mampus." Kataku.
"Hahaha." Dia ketawa.
"Udah ah, kamu tidur." Kataku, yang memang itu sudah larut malam.
"Iya." Katanya.
"Malam Cinteee." Kataku. Dia tertawa lalu menutup telfonnya.

Keesokan harinya, aku tetap melakukan kegiatan yang biasa ku lakukan. Menjemput Riani ke rumahnya mengantarkan ke sekolah, sekolah, mengantarkan Riani pulang ke rumah, hanya itu, gaada yang istimewa, kecuali canda tawa dari Riani yang menghiasi hariku.

AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang