Forget It

78 11 12
                                    

Backsound : Cheat Codes - No Promises ft. Demi Lovato

Angin terus berhembus, menghembuskan dedaunan kering yang berserakan di tanah. Mimpi-mimpi indah ikut pergi bersama dengan kenangan dan akan terganti oleh lembaran-lembaran hidup baru yang siap di isi dengan pegalaman yang akan terjadi di masa mendatang.

Sepasang remaja sedang berbaring di atas rerumputan yang mulai kering di tengah-tengah padang ilalang di temani oleh suara burung-burung yang terbang rendah di atas mereka. Mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya, mereka hanya menghabiskan sisa waktu mereka untuk bersama karena salah satu di antara mereka akan pergi untuk mengejar semua impiannya yang lain.

“Jadi beneran kakak mau pindah ke London?” tanya salah satu dari mereka, menatap lekat mata laki-laki yang berada di depannya. Walaupun laki-laki itu  hanya memberikan senyum tipisnya tapi dia tau apa arti senyum itu, senyum yang di kelihatan tegar namun membawa berita buruk baginya.

“Iya, makanya kamu jangan nakal kalau kakak pergi? Awas lho kalau kakak denger kabar kalau kamu nakal, entar kakak gak mau lagi temenan sama Livy.” Livia atau biasa di panggil Livy hanya mengerucutkan bibirnya mendengar ancaman yang lebih mirip dengan godaan kepadanya yang berasal dari orang yang berada di depannya.

“Iiih... apa-apaan sih?” Livia hanya bisa menutup wajahnya yang memerah dengan tangannya. “Tapi kakak gak boleh pacaran selama kakak di sana?” tanyanya dengan serius, walaupun wajahnya masih tersisa rona merah tapi matanya tetap memancarkan keseriusan.

“Kok, gitu sih?”

“Ya..., buat jaga-jaga biar kakak gak macem-macen di sana.” Dia mengacungkan jari kelingkingnya, dengan ragu orang itu mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Livia.

***
5 tahun kemudian...

Aku memasukkan beberapa lembar pakaiaanku ke dalam koper, hari ini aku akan pergi ke London untuk menemui orang yang selama ini ku tunggu. Suara ibuku yang memberitahukan kalau taksi yang akan membawaku ke bandara sudah datang, sekali lagi aku mencek keperluanku selama ada di sana.

Beres, tidak ada lagi yang ketinggalan. Aku lalu menarik koperku, namun sebelum itu aku melihat layar handphone-ku yang terpampang fotoku dan orang itu pada saat di padang ilalang 5 tahun yang lalu, foto terakhirku dengannya sebelum dia pergi untuk menimba ilmu di belahan bumi lainnya.

***
Selamat datang di London, kota yang banyak di kunjungi pelancong untuk menghabiskan waktunya untuk berlibur. Aku menuju Apartemen yang menjadi tempat tinggal orang yang aku tunggu selama di sini dengan menggunakan taksi agar lebih cepat dan tidak membuang banyak waktu, aku memberitahukan alamat yang telah di beritahukan oleh tante Iren kepadaku sebelum keberangkatanku ke London.

Hanya membutuhkan waktu 1 jam menuju tempat ini di karenakan pada jam ini merupakan jam sibuk di London, taksi membawaku ke sebuah bangunan tua tapi terawat yang aku tebak adalah apartemen orang yang aku tunggu. Kakiku melangkah ke dalam bangunan itu, mataku dengan teliti melihat nomor apartemen yang tertempel pada pintu di lantai 2 ini.

Beberapa orang penghuni melihatku dengan pandangan bertanya dan ada juga yang menatapku dengan pandangan mencemooh karena fisikku yang berbeda dengan mereka yang memiliki tubuh yang tinggi semampai, beda denganku yang memiliki tubuh yang lebih mungil.

Angkah kakiku terhenti di depan pintu yang bertuliskan ‘126’, aku memastikan bahwa ini tidak salah. Tanganku dengan ragu menekan bel pintu, aku menunggu agak lama sampai seorang wanita membukakan pintu. Dengan ragu aku menanyakan apakah aku tidak tersesat atau salah pintu.

“Apakah benar ini apartemen milik Varo?” tanyaku ragu, wanita ini menatapku dengan pandangan menilai.

“Siapa kau?” wanita ini malah menanyaiku balik sebelum wanita itu menjawab pertanyaanku terlebih dahulu. Sebelum aku membuka suara, sebuah suara yang sangatku kenal mengintrubsi kami. Jantungku terasa bekerja lebih cepat dari biasanya, otakku kembali memutarkan memori 5 tahun yang lalu.

"Who is it, babe?"

Janji yang kami –aku buat, janji yang selalu aku tepati tanpa niatan untuk aku ingkari tapi malah di sisi lain janji itu di langgar. Tidak ada yang bisa di perbuat lagi, nasi telah menjadi bubur. Mimpi indah kini telah berubah menjadi mimpi buruk, seperti seeorang yang terbangun dari masa kritis di tengah duka yang ada di sekelilingnya. Pondasi bangunan yang telah di bangun kini telah hancur, menyisakan puing-puing yang tak berarti.

Aku meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang campur aduk, marah dan kecewa. Tapi bagaimana caranya aku meluapkan perasaan ini, semakin lama perasaan ini malah menyesakkan dadaku. Perasaan ini lebih menyakitkan daripada seperti yang aku banyangkan, apakah ini penyebab kenapa banyak orang melakukan hal gila untuk menghilangkan perasaan ini?

Aku merasakan mataku memanas, hanya menunggu beberapa detik hingga air mata mengucur dengan deras. Dadaku semakin sesak, pandanganku mengabur namun hanya satu yang bisa aku lakukan saat ini. Melarikan diri dari semua rasa sakit yang kian menggerogoti hatiku.

Aku kini percaya bahwa janji yang coba untuk di jaga oleh satu pihak saja, tidak akan pernah terjalin hingga kapanpun. Bahkan bisa saja, janji itu tidak pernah ada sebelumnya. Atau terlupakan begitu saja.

Langkah kakiku membawaku terus berjalan ke depan tanpa memperdulikan pandangan orang lain kepadaku, tangan kiriku berusaha menutupi mulutku untuk menekan isakan yang terus keluar sedangkan tangan kananku terus menarik koperku yang sedari tadi tidak pernah lepas pegangannya. Seharusnya aku memberhentikan taksi agar aku bisa ke bandara mengejar penerbangan tercepat membawaku menjauh dari tempat ini, hanya saja untuk menjernihkan pikiranku saja sangat sulit.

Langkahku terhenti ketika berhadapan dengan pemilik sepatu mahal yang di gosok hingga mengkilap, kepalaku terangkat menatap pemilik sepatu itu. Mata berwarna biru seakan menghipnotisku, membuatku tenggelam kedalamnya. Tanpaku sadari, aku melupakan kenapa aku menangis seperti orang bodoh untuk sementara waktu...

***
I know that not like you thinking, i hope you'll can enjoy with my story🤕 doain biar lancar nulisnya😊 see you in next chap😘😘

Dewi.

Forget [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang