one

51 4 2
                                    

"Lar, kamu mau kemana?"

"Entrance. Mau ikut?"

"Oh, mau jemput anak baru? Dia cewek, ya?"

"Ya, aku mau menjemput anak baru seperti biasanya."

"Banyak yang berkata bahwa anak barunya cewek. Nanti tolong antarkan sekalian ke kamarnya yang berada di sebelah Saka, ya. Aku mau makan dulu."

"Oke."

Setelah mendapat penolakan dari temannya, lelaki bernama Alardo Dakota itu pun berlari menuju sebuah tempat yang berada di dekat asrama. Menjemput orang baru di entrance atau ruang kedatangan adalah hobinya, dan hal itu sudah menjadi rahasia umum. Alardo adalah pribadi yang suka bergaul, maka dari itu ia selalu berusaha untuk menjadi orang pertama yang menyambut kedatangan orang baru di ruang kedatangan.

Alardo berhenti di sebuah ruangan terbuka berbentuk tabung dengan atap berbentuk setengah lingkaran di atasnya. Warna putih pucat menghiasi seluruh ruangan tersebut, mulai dari dinding hingga lantainya, kecuali sebuah matras berwarna cokelat yang berada di tengah-tengah. Alasan mengapa ruangan ini disebut sebagai ruang kedatangan adalah karena orang-orang yang baru meninggal dan hidup kembali sebagai undead akan datang di tempat ini.

Sebuah sinar tiba-tiba datang dari atap ruang kedatangan yang bolong. Sinar itu berasal dari atas, dan mengarah ke bawah tepatnya ke arah matras. Alardo selalu terkagum-kagum dengan hal ini meskipun ia sudah melihatnya puluhan kali, ia tetap merasa hal itu adalah hal yang menarik untuk dilihat.

Benar kata temannya tadi, undead yang lahir kali ini adalah seorang gadis. Tepatnya seorang gadis berambut hitam legam yang memanjang hingga ke dada. Gadis itu jatuh terduduk di bawah sinar, membuat kulit putih bersihnya seperti menyala-nyala. Alardo kembali tertegun, bukan karena sinar yang menyinari, namun karena sosok yang disinari yang mempunyai paras cantik kelewat batas. Setelah sinar putih itu menghilang, Alardo berjalan pelan-pelan menghampiri gadis itu yang sedang mengusap pelipisnya.

"Hei," sapa Alardo hati-hati. Ia sudah sering menangani undead yang baru, dan beberapa dari mereka akan terlonjak kaget saat didekati oleh dirinya. Maka dari itu kali ini Alardo berusaha untuk bertingkah lebih hati-hati dan lembut.

Dan benar saja, gadis yang baru datang itu tidak kaget ataupun menjerit menyadari kedatangan Alardo. Ia justru meraih uluran tangan Alardo supaya bisa membantunya berdiri dengan tegak. Alardo menarik tangan gadis itu dan melepaskannya setelah dirasa tubuhnya sudah berdiri kokoh.

"Aku.. dimana?" tanya gadis yang ternyata tingginya hanya sepundak Alardo.

"Di dunia undead," jawab Alardo seperlunya. Ia tidak mungkin menjelaskan apa yang dialami gadis itu sekarang, karena gadis itu baru saja datang.

Gadis itu menatap Alardo dengan tatapan tidak percaya. Alardo memaklumi, karena semua undead pasti akan memberi tatapan yang sama saat mereka baru datang di dunia ini. Hal yang selanjutnya terjadi adalah tubuh gadis itu tiba-tiba oleng dan hampir jatuh jika saja ia tidak bersandar pada bahu Alardo.

"Kepalaku pusing sekali."

Alardo yang mendengar hal ini langsung meraih pundak gadis itu, membantunya berjalan serta mengantarkannya menuju kamarnya di asrama. Alardo masih mengingat apa yang Darga katakan tadi, bahwa kamarnya ada di sebelah kamar Saka. Alardo jelas mengenalnya karena ia juga menjemput Saka saat ia datang dua hari yang lalu. Sebenarnya tanpa perlu diberitahu oleh Darga, Alardo akan tetap bisa menemukan kamar untuk gadis ini karena urutan kamar di asrama undead diatur berdasar waktu kedatangan mereka.

Gadis itu diam saja saat Alardo membawanya cukup jauh. Mereka harus melewati ratusan kamar undead lainnya sebelum akhirnya sampai di kamar barunya. Alardo menatap papan nama kosong yang ada di depan pintu kamar itu. Kosong artinya belum berpenghuni, dan itu juga berarti bahwa kamar itu merupakan kamar gadis ini. Alardo membuka pintu kamar itu dengan cepat, dan merebahkan gadis itu di atas ranjang putihnya.

U N D E A DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang