Chapter 4

109 19 4
                                    

Woojin pov.

Hari semakin senja. Gua berjalan untuk pulang menuju apartemen. Ya gua tinggal di apartemen karena jarak rumah dan sekolah gua sangat jauh. Saat  gua sedang berjalan kedua mata gua mendapati seseorang perempuan yg sangat begitu gua kenal meskipun wajahnya gk terliat terlalu jelas karena tertutup oleh topi dan masker.

"Lho itu kan Ara, dia gk masuk tapi kok gk sakit? Apa dia bolos?" gumam gua sembari bertanya-tanya pada diri gua sendiri.

Gua terus memperhatikan Ara yg sedang berjalan. Dan semakin lama jalannya semakin cepat seperti terburu-buru.

"Nahh lho kenapa jalannya makin lama makin cepet? Gua ikutin aja dehh" ucap gua langsung berjalan mengikuti Ara dengan cara mengendap-ngendap dan bersembuyi.

🔤🔤🔤

Author pov.

Setelah sekian lamanya Woojin membuntuti Ara akhirnya sampai di suatu tempat yg dimana orang yg memiliki gangguan jiwa berada, Rumah Sakit Jiwa.

"RSJ? Siapa yg sakit jiwa? Kenapa dia ke tempat ini? Ucap Woojin yg bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Sedangkan Ara, ia terus berjalan memasuki tempat itu tanpa ada kecurigaan kalau sedang ada yg membuntutinya. Ia berjalan menelusuri koridor rumah sakit yg penuh dengan orang-orang yg bisa dibilang tidak waras.

Sesampai di tempat tujuannya, ia melihat seorang wanita paruh baya yg sedang duduk di kursi roda di sebuah taman sembari melamun. Dan ia segera menghampirinya.

Woojin yg melihat Ara menghampiri seorang wanita paruh baya pun terkejut dan heran. Ia terus bertanya-tanya dalam hatinya tentang Ara. Siapa wanita itu? Kenapa mereka sangat dekat? Dan kenapa sifat dan wajah Ara yg terlihat kejam layaknya psikopat hilang seketika menjadi lembut dan anggun seperti malaikat jika di hadapan wanita itu?. Kemungkinan itu lah pertanyaan-pertanyaan yg ada di pikiran Woojin. Dan ia memutuskan untuk mendengarkan pembicaraan mereka secara diam-diam.

"Halo, Ma" sapa Ara sembari memeluk wanita itu dari belakang, dan lagi-lagi Woojin terkejud melihat perlakuan Ara pada wanita itu dan mendengar Ara yg memanggilnya dengan sebutan 'Mama'.

Seketika orang yg di sapa oleh Ara diam dan masih melamun.

"Mama gimana kabarnya hari ini? Mama udah makan belum? Kalo belum kita makan yuk, aku bawain makanan nih untuk mama. Aku yg masak sendiri lho!" seru Ara.

Hening, tidak ada jawaban.

"Yaudah yuk kita makan, pasti mama udah lapar. Aku suapin yaa!"

Ara langsung membuka tempat makan yg ia bawa. Saat Ara ingin menyuapi makanan dengan sendok ke dalam mulut mamanya, mamanya menepis tangan Ara kasar sehingga sendok itu terlempar dan makanannya pun jatuh berserakan di bawah tanah.

"Kamu jahat! Kamu sama papah kamu itu jahat! Kalian meninggalkan mama sendirian! Papa kamu pergi dengan perempuan lain ninggalin mama! Dan kamu, kamu ninggalin mama disini sendirian! Kalian Jahat! Saya benci kalian semua! Hahaha" teriak mama Ara sembari menangis dan memukul-mukul Ara sehingga Ara menjadi berantakan, lalu tangisnya seketika menjadi tertawa keras. Ara pun akhirnya menangis dan bertekuk lutut di kaki sang mama sembari mengatakan maaf secara beulang-ulang.

"Maafin Ara ma, ini semua demi kebaikan mama. Ara janji akan bawa mama pulang dari sini setelah mama sembuh. Ara gk jahat ma, tapi laki-laki berengsek itu yg jahat. Dia ninggalin kita demi perempuan jalang itu! Tolong ma, jangan benci Ara. Ara sayang mama" ucap Ara sembari menangis dan menggenggam tangan mamanya. Dan mamanya seketika kembali menangis sembari tertawa.

Perawat rumah sakit pun segera datang dan menyuntik bius penenang di bagian lengan mama Ara. Semakin cepat obatnya beraksi, semakin cepat juga mama Ara tenang. Perawat itu pun segera membawa mama Ara ke ruangannya dan meninggalkan Ara yg masih menangis dengan keadaan yg berantakan sembari bertekuk lutut.

Woojin yg sedari tadi mempertontonkan itu ia juga merasakan kesedihan yg mendalam yg Ara rasakan saat ini. Ia sekarang menjadi tau tentang kehidupan Ara meskipun tak tau banyak tentangnya.

Hate To Be Love - Park WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang