Tidak dapat di percaya. Setelah perdebatannya dengan sosok pria yang tidak pernah dikenalnya, pria itu malah main nyelonong pergi begitu saja. Abell benar-benar merasa kesal dibuatnya. Ia melihat pria itu keluar lebih dulu dari dalam lift, dan keluar di lantai yang sama dengan yang ia tuju.
Sebenarnya siapa pria itu? Abell sendiri selama enam bulan kuliah di La Trobe, baru kali ini Ia melihat pria itu. Tidak mungkin kalau mahasiswa pasca sarjana baru atau mungkin dosen? Bisa jadi sih. Dan mengapa juga Ia berhenti di lantai yang sama dengannya? Entahlah. Abell menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran keponya.
Ia pun keluar dari lift dan bergegas menuju aula.
Abell memasuki ruang auditorium yang sudah di penuhi mahasiswa dan mahasiswi. Kebanyakan sih mahasiswi. Abell tidak mau ambil pusing. Ia mengedarkan pandangannya mencari dua bangku yang kosong. Deretan bangku bagian depan telah dipenuhi puluhan mahasiswi. Untungnya ada beberapa bangku kosong di bagian tengah tetapi di deretan keempat dari atas. Abell pun memutuskan untuk duduk disitu sambil menjaga satu bangku kosong di samping kirinya, untuk si bawel Navissa.
Tidak lama kemudian, lampu aula dimatikan. Sepertinya acaranya akan dimulai. Abell langsung memasukkan paksa jas sialan ini ke dalam tasnya.
Apes bener deh lo hari ini Bell.
Dalam keadaan gelap seperti ini, seseorang menyentuh bahu sebelah kiri Abell.
"Astaga, bikin kaget saja!" Pekik Abell terkejut melihat Navissa yang menyengir padanya.
"Ssstt.., kecilin dikit napa tuh suara." Ujar Navissa berbisik sambil menempelkan telunjuknya pada bibir Abell.
"Lo datang tiba-tiba, main nyentuh gue sih!" Abell menepis jari Navissa yang menempel pada bibirnya.
"Salah lo sendiri, gue panggil dari tadi kagak nyahut-nyahut" Bela Navissa.
"Eh btw udah nongol belum si ganteng Ethan?" Tanyanya."Ethan siapa sih? kenal juga kagak gue." Jawab Abell acuh tak acuh.
"Masa lo nggak tau sih?" Tanya Navissa heran.
Abell menggelengkan kepala sebagai tanda bahwa Ia memang tidak tahu.
"Lo nggak baca majalah BFM* yang gue kasih?!"
Abell mengangguk mengiyakan.
"Dia tuh salah satu pengusaha muda yang sukses. Di umurnya yang masih tiga puluh satu tahun dia udah punya bisnis properti sendiri. Dan sekarang dia juga merangkap menjadi model. Oh iya satu lagi, dia juga lulusan La trobe!" Ujar Navissa panjang lebar. Seperti spg yang sedang mempromosikan barang dagangannya saja.
"Oh gitu." Jawab Abell cuek.
Navissa sebal kalau sudah berbicara dengan Abell yang hanya ditanggapin sekenanya saja. Lebih baik Ia mem- fokuskan matanya ke arah stage, menunggu si bintang tamu yang belum kunjung datang.
Navissa kemudian menyipitkan matanya saat melihat sosok yang ditunggu akhirnya muncul.
"Eh eh, itu orangnya!" Navissa berlonjak senang. Tangannya menepuk-nepuk paha Abell.
"Apaan sih?! Biasa aja napa!" Abell berdecak heran pada temannya itu.
"What! Itu kan si cowok menyebalkan yang di lift tadi." Ujar Abell dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartement & A Baby
ChickLitGoals dalam hidup manusia bisa saja terwujud. Tetapi tentu tidak gratis. Butuh usaha,dukungan, doa, dan masih banyak lagi. Terkadang manusia khilaf. Sama halnya dengan kedua insan yang terlalu egois untuk membuat keinginan itu harus menjadi nyata...