Di tengah gelapnya lemari, Mia bisa mendengar suara Jungkook yang kesakitan di luar sana. Susah payah, dia menahan suara tangis; meski dalam hati dia benar-benar ketakutan dengan apa yang kira-kira terjadi. Tapi, Mia harus meredam seluruh suara saat mendengar adanya langkah kaki serta benda yang diseret mendekat ke lemari tempatnya bersembunyi.
BRAK!
"Gotcha! Kutemukan kau, Honey."
***
#2
Jika ini novel, Mia pasti sudah berharap bahwa yang berkata adalah Jungkook yang tengah menjahilinya dengan tikus, ular, kecoa, cicak atau apalah. Tapi sayang, ini kenyataan, bukan dunia imajinasi yang selama ini dijadikannya hobby. Dan yang dihadapannya sekarang adalah pria bertubuh besar dengan seringaian psikopat. Mia gemetar, lemah memandang suaminya yang terpuruk di belakang sana dengan posisi telentang.
"Jadi, kau mau—"
BUK!
Pria bertubuh besar limbung ke samping. Sejenak menggeleng-gelengkan kepalanya yang pusing karena pukulan tongkat bisbol dari Mia. Cuma sebentar, tapi membantu cukup banyak bagi Mia berpindah posisi ke samping Jungkook yang meringis kesakitan.
"Jung, are you okay?" tanya Mia panik.
"Mi, lari."
"Jung ...."
SRET!
Mia memekik saat rambutnya ditarik secara paksa hingga ia berdiri. Belum siap dengan apa pun, pria bertubuh besar itu lebih dulu mendorong Mia hingga membentur dinding dengan keras. Jungkook menggertakkan gigi. Tak sedikit pun ada kerelaan di hati melihat istrinya diperlakukan demikian. Apalagi saat wanita yang baru dinikahinya itu meringis kesakitan sambil memegangi bahu. Dia bangun, tak peduli dengan tubuh yang mulai sakit karena perkelahian mereka di luar tadi. Kemarahannya lebih mendominasi.
Si pria bertubuh besar menyeringai dengan tampang menyeramkan saat melihat Mia meringis. Dia kembali melangkah, berniat mendekati Mia dan membuat wanita itu lebih menderita. Ternyata satu pukulan tadi berdampak sangat besar bagi keselamatan istri Jeon Jungkook tersebut.
"Hoi, brengsek! Lawanmu di sini!"
Mendengar kalimat pancingan itu, si pria yang dipanggil 'brengsek' berbalik; menatap penuh kemarahan pada Jungkook yang sekarang memegang pemukul bisbol yang terbuat dari besi. Napas mereka turun-naik, pengaruh dari gejolak di hati yang dipenuhi emosi.
"Hanya orang bodoh yang menyerang wanita secara membabi buta!" Jungkook memprovokasi sembari melangkah pelan ke samping kiri; tepatnya ke Mia yang sekarang berusaha untuk bangkit. Si pria besar ikut melangkah ke arah yang berlawanan, namun matanya terus waspada pada setiap pergerakan Jungkook.
"Kami tidak punya urusan denganmu," ucap pria Jeon itu lagi. Jaraknya semakin dekat dengan Mia. "Jadi, pergilah dan kami akan menganggap semua ini tidak pernah terjadi."
Pria besar itu berhenti bergerak, tapi kemudian justru tertawa terbahak-bahak. Jungkook diam, fokus memerhatikan keadaan. Dia tahu tawa itu adalah ejekan, tapi dia tak boleh terpancing dengan mudah.
"Kau orang terbodoh yang kutemui,"—si pria besar bicara—"sangat-sangat bodoh!" ungkapnya sambil tertawa penuh hinaan. "Kalian memang tidak punya urusan denganku. Tapi aku punya urusan dengan kalian!" Nada suaranya tiba-tiba berubah, penuh kebencian dan dendam.
"Apa urusanmu dengan kami?" Jungkook memandang penuh selidik, sekaligus menganalisis situasi yang kira-kira menguntungkan. Kerja otaknya sangat diperlukan untuk sekarang. Mereka harus lolos dari orang besar itu, apa pun caranya!
KAMU SEDANG MEMBACA
24 HOURS
FanfictionApa jadinya jika bulan madu yang seharusnya diisi dengan hal manis justru terisi dengan kengerian yang mencekam? Berhasilkan Mia dan Jungkook menghadapinya dalam waktu 24 jam?