#3

2.3K 236 10
                                    

DOR!

Mobil berwarna hitam itu oleng. Mia tersentak ke hadapan saat mobil berhasil direm, keningnya memerah terkena stir, sedang Jungkook meringis pelan di kursi samping. Tak sempat berpikir lama, Mia menoleh ke belakang. Tapi kosong, tidak terlihat siapa pun sejauh mata memandang.

Jungkook perlahan keluar dari mobil. Mia mengikut, namun bergegas menghampiri Jungkook dan bertanya apakah dia baik-baik saja. Embusan napas lega terlihat jelas dari Mia saat suaminya mengangguk.

Mia berjalan ke belakang, memeriksa sumber ledakan yang menyebabkan mobilnya oleng.

"Sial!"

"Kenapa?"

Wanita Jeon itu menoleh, lalu menunjuk ke ban yang pecah. Jungkook mengerutkan kening. Dia menyalakan senter ponsel, berjongkok dan menerangi bagian ban dan sekitarnya.

"Sepertinya karena tekanan anginnya terlalu kencang." Jungkook bergumam, baru ingat bahwa baru semalam sore dia memperbaiki roda mobilnya.

"Shit! Kenapa harus di saat sekarang, hah?" Mia menendang mobil. Kepalanya berdenyut sakit karena takut yang menguat. Dia hampir menangis jika saja Jungkook tak memeluknya dengan erat. "Aku takut, Jung." Mia membenamkan dirinya ke tubuh Jungkook.

"Iya, aku mengerti. Tapi yang penting, kita harus pergi dari sini sekarang. Seperti katamu tadi, bahaya jika ternyata si pelaku memiliki teman."

"Kita harus pergi ke mana? Kita tidak tahu jalanan di sini, apalagi sekarang masih jam satu dini hari!" Mia seolah putus asa karena rasa bingung. Mereka tidak mungkin kembali ke pondok. Dan melanjutkan perjalanan tanpa kendaraan juga memiliki resiko besar.

"Coba kuperiksa, siapa tahu ada ban cadangan di bagasi." Jungkook angkat suara setelah mereka hanya terdiam selama beberapa menit. Pria Jeon itu cepat bergerak, membuka bagian belakang mobil dan memeriksa benda-benda di sana.

"Ada, Mi!" Jungkook mengangkat ban cadangan. Dia tertawa lega, begitu pula Mia—meski hambar. Bodoh, kenapa tak terpikir sejak tadi.

Jungkook baru saja ingin mengeluarkan alat-alat yang akan digunakan untuk mengganti ban saat sebuah mobil hitam menepi. Mia menatap curiga, begitu pula Jungkook; bahkan ia bersiap-siap dengan kunci roda yang dipegang. Takut jika yang di mobil adalah teman si pelaku.

"Kak Mia!"

Wanita Jeon itu menyipitkan mata saat kaca mobil diturunkan. Gadis di dalam mobil melambaikan tangan. Itu Re Hwa, adik kelasnya saat di SMA dulu.

"Hwa-ya, kenapa di sini?" tanya Mia heran. Jungkook di sampingnya diam.

"Aku baru pulang dari pesta ulang tahun temanku. Kebetulan, villa Paman dan Bibiku di dekat sini." Gadis manis itu menjawab dengan senyum.

"Villa? Di dekat mana?"

"Eng ... memangnya kenapa?" Re Hwa memiringkan kepala, menatap polos pada mantan kakak tingkatnya itu.

"Tidak ada villa di dekat sini, Hwa." Mia melemas. Jungkook menahan napas. "Hwa ... kau siapanya pembunuh yang mengincar kami, hah?" Mia melangkah mundur. Lelah sudah dirinya menghadapi seluruh kejadian hari ini.

Rae Hwa berdecak. Dia membuka sabuk pengaman, turun dari mobil dan mendekat ke dua orang yang berdiri waspada.

"Sudah ketahuan. Padahal tadinya aku mau berniat baik dengan kalian."

Mia hampir memekik saat adik kelasnya itu menodongkan pistol. Jungkook menegang, kunci di tangannya dipegang erat, siap melayang kapan saja jika Rae Hwa berlaku macam-macam dengan istrinya. Sungguh, ini adalah hal tidak terduga.

24 HOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang