"Biarkan aku menunjukkan sesuatu yang bahkan tak pernah kau bayangkan."
(oneshoot)
.
.
.
"Wah, sudah lama sekali, ya, Lyn."
Aku tersenyum tipis saat mendengar suara lelaki bergigi kelinci itu kembali menyapaku setelah sekian tahun kami tidak berjumpa. Tetapi, tanpa ada angin maupun hujan, ia tiba-tiba menghubungiku kembali melalui situs jejaring sosial dan memintaku bertemu dengannya di kafe tempat kami menghabiskan masa sekolah dahulu bersama teman-teman lainnya.
Alasannya hanya satu; aku rindu gadis tengik ku ini.
"Apakabarmu, wanita yang menolak cintaku mentah-mentah?"
Ia terkekeh pelan saat dengan sengaja memanggilku dengan panggilan menggelikan seperti itu, sedangkan, aku hanya menatapnya penuh rasa bersalah.
"Kabarku baik, bagaimana denganmu?"
" -dan, hey! Berhenti memanggilku seperti itu. Aku terlihat jahat sekali, menyebalkan."
Jungkook hanya tertawa sembari menyesap secangkir green tea latte yang ia pesan tiga puluh menit lalu dan menatapku lagi.
"Ck. Kau memang tidak banyak berubah sejak masa sekolah ya, Lyn."
Aku terkekeh pelan saat melihat Jungkook memasang wajah sebalnya kearahku. Sudah lama sekali aku tidak melihat wajahnya yang cerah seperti saat ini semenjak insiden aku menolak ajakan kencannya, karena saat itu aku berfikir, dia adalah sahabatku.
Tapi, sekarang, aku sungguh sangat menyesal telah menolaknya saat melihat pertumbuhan bocah tengil dihadapanku yang semakin menggoyahkan iman. Selama ini dia makan apa, sih!?
"Kau juga sama, tidak banyak berubah. Masih Jungkook yang menyebalkan!"
Ia terkekeh geli saat mendengar dengusan sebalku padanya.
"Kata siapa aku tidak banyak berubah, Lyn? Kau terlalu menutup matamu, huh."
Aku hanya mengernyitkan dahi tak mengerti saat mendengar protesnya yang sangat tidak masuk akal. Dasar, si menyebalkan ini!
"Ehm, Lyn, -apa kau sudah menikah?"
Aku kembali tersenyum lebih hangat dan mengikuti arah pandangan Jungkook pada jari manisku yang sudah tersemat sebuah cincin perak pemberian seseorang. Aku menggeleng pelan.
"Belum, Jung. Ini bukan cincin pernikahan, kok."
Ia menatapku penuh rasa ingin tahu, menggemaskan sekali, sih! Bagaimana jika aku khilaf?
"Ini cincin tunanganku, bersama Taehyung. Kakak kelas kita di masa sekolah dulu."
Ia termenung sesaat, bisa aku lihat, ia nampak shock dengan apa yang aku katakan. Namun ku maklumi, ia tak bisa kuhubungi sehingga aku baru memberitahu kabar bahagia ini sekarang.
"Oh, ehm, selamat ya, Hyelyn."
Ia tersenyum kaku saat memberikan selamat padaku, aku menatapnya kembali. Apa ada yang salah?
"Terimakasih, Jung,"
" -tapi, apa kau baik-baik saja?"
Ia terdiam sesaat lalu mengangguk dengan senyuman yang dipaksakan, jangan katakan, ia kembali merasa tersakiti seperti saat dahulu aku menolaknya. Kumohon jangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Days Of Flash Fiction
Contotell me a good story everyday. and, i'll tell u what a mean of nightmare is. (( Challenge accepted to augustddrugs & taeffeine )) Start; 28 December 2017.