Akashi(Pervert) x Reader(Innocent)

2K 116 15
                                    

Request by Sabang6D






Kau merenggut kepala mu sudah benar-benar pusing sekarang, 2 hari lagi kau akan remidi pelajaran matematika karena nilai ulangan matematika mu kemarin sangatlah memprihatinkan. Akashi— kekasihmu memaksamu untuk belajar dengannya dirumahnya. Dan kini sudah hampir 2 jam lebih kau berada dirumah pemuda crimson itu— belajar mati-matian mengenai pelajaran yang amat tidak kau sukai— Matematika.

Kau menghela napas sudah cukup pusing akan semua materi yang diberikan oleh kekasihmu. "Sei." Panggilmu manja, yang hanya dibalas sebuah deheman oleh Akashi.

"Sei aku pusing." Ucap mu seraya menidurkan kepalamu pada meja belajar Akashi.

"Kau mau meminum obat?"

"Betsuni, aku sangat membenci obat, rasanya sangat pahit aku tidak suka."

"[Your name] kau mau tahu caranya menghilangkan pusing secara cepat dan tanpa merasakan pahitnya obat?" Sang kekasihmu hanya menatapmu dengan senyuman yang kini sudah berubah menjadi seringaian.

Kau mendonggak menatap pemuda itu. "Bagaimana caranya?"

"Kemarilah." Ujar Akashi lembut seraya menepuk-nepuk pahanya. Dirimu menurut dan berjalan menuju Akashi yang duduk dihadapanmu— yang hanya terpisah oleh sebuah meja. Akashi menarik dirimu agar terduduk di pangkuannya.

"Dengan cara kau harus menciumku."

"Heh benarkah cara seperti itu dapat menghilangkan pusing, tanpa aku harus meminum obat?" Tanyamu tak menyadari Akashi yang tengah tersenyum melihat tingkah innocent mu.

"Hmm itu benar [Your name] jadi cepatlah kau menciumku." Ujar Akashi dengan segala pemikiran kotor yang terlintas dipikirannya. Dia sangat bisa memanfaatkan kepolosanmu. Buktinya kini dirimu dengan segera mengecup pipi kanan Akashi.

"Sei kenapa pusingku belum hilang juga?" Tanyamu pada pemuda yang tengah tersenyum jahil padamu.

"Kau belum menciumnya." Ucap Akashi seraya menunjuk pipi kirinya, yang kemudian langsung di cium olehmu.

"Pusingku belum hilang juga, apa Sei berbohong padaku?" Kesalmu seraya menggembungkan pipi.

Akashi menyelipkan rambutmu pada belakang telingamu, lalu membelainya lembut. "Aku tidak berbohong padamu my dear, pusingmu belum hilang karena belum menciumnya." Ucap Akashi lagi yang kini malah menunjuk bibirnya dengan jari telunjuknya.

"Mou iie, pasti Sei akan berbohong lagi." Ucapmu lalu memalingkan muka.

"Aku serius [Your name]." Ujar Akashi sambil memasukkan suatu obat kedalam mulutnya tanpa kau sepengetahuanmu.

Kau membalikkan muka kembali menatap kekasihmu. "Apakah Sei tidak akan bohong lagi?"

"Hmm, pusingmu akan hilang setelah ini." Kau menatap pemuda itu lekat lalu kau mulai mendekatkan wajahmu pada wajah Akashi, memejamkan mata begitu merasakan jarak kalian yang semakin dekat lalu menempelkan bibirmu pada bibir Akashi. Dengan cekatan tangan Akashi yang semula berada pada pinggangmu kini telah beralih pada tengkukmu. Dirinya melumat bibirmu dengan lembut. Sedangkan dirimu memejamkan mata menikmati ciuman Akashi yang tanpa kau sadari kekasihmu itu tersenyum disela-sela ciuman kalian. Akashi menyukai mu teramat sangat menyukaimu apalagi ditambah sifat innocent mu yang membuatnya semakin menyukaimu. Akashi memasukkan sebuah obat yang tadi sebelumnya sudah ia masukkan kedalam mulutnya pada mulutmu. Dirimu yang merasakan sesuatu segera membuka mata. Lalu mendorong dada bidang kekasihmu agar segera menghentikan ciumannya.

Kau menelan sesuatu itu— tanpa tahu bahwa itu sebenarnya obat lalu menatap Akashi. "Sei kau—"

"Habis ini pasti pusingmu akan hilang. Ayo kita lanjutkan belajarnya."

"Demo Sei kepalaku masih pusing."

Akashi tersenyum lalu tangan kanannya mengusap pucuk kepalamu lembut sedangkan tangan kirinya kini sudah kembali berada pada pinggangmu. Dirimu hanya menyenderkan kepala pada dada bidang Akashi.

Selang beberapa menit kau menatap pemuda itu. "Sei pusingku sudah hilang." Ujarmu gembira. Lalu bangun dari pangkuan Akashi dan berjalan menuju tempat dudukmu.

"Baiklah kita lanjutkan belajarnya." Akashi hendak kembali membuka buku matematika namun ditahan olehmu. "Iie, aku tidak ingin belajar matematika, kata sensei nilaiku juga kurang bagus pada pelajaran biologi."

"Heh biologi?"

"Hai aku tidak mengerti pada bab reduksi."

"Reduksi?"

"Hmm, sangat tidak dimasuk akal bagaimana mungkin sel-sel itu jika disatukan dapat membuat sebuah anak. Anak itu kan anugerah dari Tuhan jadi tidak mungkin berasal dari sel-sel tak jelas itu."

Akashi terdiam mendengar penuturan polos kekasihnya. Bagaimana mungkin dirimu yang sudah berumur 18 lebih tidak mengerti tentang itu. Bahkan anak SD saja mungkin ada yang sudah mengerti.

"Reproduksi [Your name] bukan reduksi."

"Ahh iyaa pokonya aku sangat tidak mengerti tentang bab redoruksi itu."

Akashi menyeringai— tiba-tiba saja ide hentai untuk mengerjai mu kembali berada dipikirannya. Salahkan saja wajah imutmu ketika kau menjelaskan ketidaksukaanmu pada pelajaran biologi bab reproduksi yang membuat Akashi ingin menerkammu.

Akashi berjalan mendekat kearahmu lalu mendekatkan wajahnya padamu.

"Sei Nani?"

"Kau ingin cepat mengerti tentang bab itu bukan?"

"Hai."

"Aku akan mengajarkanmu cara cepat memahami bab itu."

"Hontouni? Kyaaaa Sei yang terbaik." Ujarmu lalu memeluk Akashi.

Akashi dengan segera mencium dirimu lalu menggendongmu dengan bridal style menuju ranjang king size miliknya.

"Sei apa yang kau—"

"Bukankah kau ingin cepat memahami bab reproduksi yang menurutmu sangat tidak masuk akal itu. Jadi diam dan nikmati saja. Nanti setelah ini pelajaran biologi bab reproduksi pasti akan menjadi pelajaran yang sangat kau sukai." Akashi kembali mencium dirimu kemudian turun ke lehermu. Dan...






Cut







Daku sudah tidak kuat untuk melanjutkannya. 😥😷

Seiiii~~ maapkeun daku yang sudah menistakan mu 😂😂🙊

Dan buat para reader maapkeun daku yang sudah membuat pikiran kalian yang mungkin masih voloshhh menjadi ternodai 😂😅

Daku khilaff 😁😣

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kuroko No Basuke Random StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang