1. Seorang Gadis & Calon Jodohnya

183K 11.8K 2.4K
                                    

"merasa teduh membayangkan
menjadi istri yang taat untuk laki-laki yang taat.
sayangnya, pada orangtuanya, dia bahkan tak pernah belajar
menjadi anak yang taat." 
- Alvi Syahrin

***

ATURAN MEMBACA:

1. Siapkan hati dan sekotak tisu.

2. Komen bagian-bagian yang bikin kamu jleb. Komentar dari kalian adalah dukungan nyata agar buku ini tetap bisa lanjut.

3. Screenshot dan share di Instagram Stories atau media sosial favoritmu! Tag aku di @alvisyhrn

***


Ada seorang gadis di Minggu pagi.

Sudah pukul sembilan pagi, dia belum beranjak dari tempat tidurnya. Berbaring, menatap layar ponsel, jari menggulir linimasa Instagram. Lalu, dia berhenti pada satu foto. Seorang laki-laki, berdiri tegap dengan latar langit biru tanpa awan, tersenyum tipis, tanpa memandang kamera.

Gadis itu, tanpa disadarinya, ikut tersenyum.

Sesungguhnya, gadis itu jatuh hati pada laki-laki ini.

Siapa yang tak jatuh hati dengan laki-laki ini? Dia tampan, tapi itu bukan faktor utama. Lewat Instagram, dia selalu membagikan pengingat-pengingat baik yang menenangkan hati. Dia selalu mengingatkan para followers untuk tak meninggalkan shalat lima waktu. Suaranya merdu saat melantunkan Alquran. Dari apa yang gadis itu lihat, pemuda itu seperti rajin beribadah, memiliki ilmu agama yang baik, such a husband material every woman needs.

Seringkali, gadis itu membayangkan kehidupan setelah pernikahan, bersama laki-laki itu...

Mendengarkan suara merdu laki-laki itu setiap malam, membacakan surat favoritnya. Sayangnya, gadis itu bahkan tak pernah membuka Alquran untuk membaca surat favoritnya.

Dibangunkan sebelum azan subuh oleh laki-laki idamannya. Sayangnya, gadis itu bahkan tak pernah berusaha untuk shalat subuh, kecuali ketika dia sedang ingin.

Senantiasa diingatkan untuk shalat lima waktu oleh laki-laki idamannya. Sayangnya, gadis itu hanya mendirikan shalat ketika dia tak malas.

Merasa teduh membayangkan menjadi istri yang taat pada laki-laki yang taat. Sayangnya, pada orangtuanya, dia bahkan tak pernah belajar menjadi anak yang taat.

Di Minggu pagi itu, dia menuliskan kriteria jodohnya di dalam kepala. Nggak merokok. Harus rajin shalat lima waktu. Paham agama. Pengertian. Nggak emosional. Dan, bla, bla, bla.

Ada seorang gadis lain di Minggu pagi.

Di Minggu pagi itu, gadis yang lain ini tidak menuliskan kriteria jodohnya.

Tetapi, di Minggu pagi itu, gadis yang lain ini membantu ibunya di dapur, memasak sambil berbincang hangat. Usai itu, dia membuka Instagram, berhenti di setiap video kajian. Dia, kemudian, berjanji dengan beberapa temannya untuk menghadiri kajian terdekat. Azan zuhur akan berkumandang, dia persiapkan apa yang harus disiapkan.

Gadis ini tak butuh menulis kriteria jodoh. Dia telah menjadi kriteria jodoh yang baik bagi orang lain. Dan, orang lain ini adalah seorang laki-laki, yang mudah-mudahan baik agamanya, lebih baik dari laki-laki yang gadis pertama idolakan di Instagram.

Lalu, ada seorang gadis, duduk di hadapan ponselnya, detik ini.

Dia sedang membaca tulisan ini. Dan, dia berkata kepada dirinya, "Aku harus berubah jadi baik. Biar bisa dapat jodoh yang baik."

Lalu, gadis ini hendak beranjak dari tempat tidurnya, ingin melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat. Namun, sebelum kau beranjak dari tempat tidurmu, aku ingin berkata kepadamu, "Jangan berubah hanya karena laki-laki."

Aku sangat mendukung keputusanmu untuk berubah menjadi lebih baik, bahkan berusaha lebih baik adalah keharusan.

Namun, janganlah kau jadikan laki-laki dan cinta sebagai alasan.

Manusia tak kekal. Manusia tak sempurna. Manusia seringkali mengecewakan. Cinta bisa pudar. Lagi pula, di akhir hidupmu, kau tak akan kembali kepada laki-laki yang kau cintai.

Di akhir hidupmu, kau akan kembali kepada Dia yang menciptakanmu.

Periksa hatimu, dan tanyakan lagi ke dalam hatimu: Untuk siapa kau mendadak ingin berubah menjadi lebih baik?

Sudah, tak usah umbar jawabannya. Setidaknya, kau sudah tahu. Dan, karena kau sudah tahu, lebih mudah untuk mengubah niat yang salah itu.[]

***

catatan penulis:

i've heard this a lot: pengin jadi baik, supaya jodohku baik. i don't even know you, but i feel the responsibility to write this. it's good to be good, tapi motivasinya juga harus benar, nggak seremeh karena cinta atau pasangan, there's more than just that. jadi, apa yang kamu rasakan setelah membaca ini?

btw, yes, buku ini bakal terbit. masih proses di penerbit. buku ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan hatimu perihal cinta. episode mendatang... kita bakal menjawab pembahasan sejuta umat:

Episode 2: Apakah Dia Sedang Memberiku Harapan? 

sekarang, giliranmu. pengin aku bahas apa di sini? komen di sini, aku bakal baca, dan mungkin bakal bahas. :)

thankyouthankyouthankyou,

- Alvi Syahrin

Baca juga tulisanku di...

Instagram | Twitter | Telegram | Medium | Quora

Search aja @alvisyhrn atau "Alvi Syahrin"

Jika Kita Tak Pernah Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang