2

72 16 7
                                    

Rena mengutuk dirinya dalam hati, saat melihat dua orang yang nampak seperti guru melangkah mendekati mereka dengan ekspresi marah.

Pak Jaya menatap marah kepada kedua murid laki-laki dihadapannya itu.
"Ada apa  lagi ini hah,"

"Reno dan Gio, kalian berdua lagi. Kenapa kalian selalu membuat onar!"

Pak Jaya kemudian menatap Rena menyelidik.
"Dan kamu, sepertinya saya belum pernah melihat kamu sebelumnya?"

Bu Lela juga menatap Rena heran, karena belum pernah melihat Rena sebelumnya. Namun Rena hanya diam tidak menjelaskan.

"Apa kalian berkelahi karena dia?" Tanya Bu Lela tersebut sambil menunjuk Rena.

Rena membulatkan kedua matanya saat Bu Lela menunjuknya dan sepertinya salah paham akan suatu hal.

"Astaga yang benar saja, kalian bertiga ikut saya. Dan kalian juga yang berhubungan dengan kejadian ini ikut, jangan berani kabur karena saya tahu siapa-siapa saja. MENGERTI!" ucap Pak Jaya sambil menatap kearah keempat murid laki-laki yang berdiri tidak jauh dari sana. Mereka berdua adalah Rendra dan Satya, sahabat Reno. Dan dua murid laki-laki lainnya adalah teman Gio.

Mereka semua kini berada di ruang BK. Rena melirik kearah sampingnya dimana murid laki-laki yang wajahnya dipenuhi luka-luka. Rena heran saat murid laki-laki itu tidak merasa kesakitan atau menunjukkan kesakitan sedikit pun. Kemudian tatapannya beralih ke murid laki-laki yang masih mencoba menahan sakit didaerah dimana Rena tadi telah menendangnya.

Pak Jaya menatap satu persatu semua murid yang berada di ruangan itu.
"Jelaskan ada apa ini," tanyanya.

Tidak ada yang berani membuka suara, Pak Jaya kemudian menatap Reno yang kini wajahnya dipenuhi oleh luka-luka.
"Reno?"

Namun tidak ada jawaban dari Reno, kemudian tatapannya beralih ke arah Gio yang terlihat menahan kesakitan padahal wajahnya tidak terlihat sedikitpun luka-luka seperti Reno.
"Gio?"

Sama, tidak ada jawaban dari Gio, tatapannya kini beralih ke arah Rendra yang dengan semangatnya mengangkat tangannya.
"Rendra?"

"Gini pak, sebelumnya si batu giok. Em maksud saya Gio," ucapnya sengaja mengejek Gio.

"Dia ngajak Reno buat duel pak, tapi saudara Reno menolak karena ia malas berurusan dengan si batu giok, eh maksud saya Gio. Lalu terjadilah perkelahian saat Gio yang memulai memukul-mukul Reno, dan Reno hanya diam, ingat pak hanya diam. Sekian laporan dari Rendra nan ganteng tiada tertandingi." Ucapnya menjelaskan panjang lebar.

Kini tatapan pak Jaya beralih ke arah Gio.
"Apa betul itu, Gio?"

"Bu.. Bukan pak jangan percaya, itu semua bohong."

Reno tersenyum sinis kemudian menatap tajam kearah Gio.
"Oh ya, terus luka-luka diwajah gue dari mana asalnya?"

Pak Jaya dan Bu Lela sempat dibuat terkejut saat Reno hanya diam dan tidak melawan seperti biasanya, bukannya pak Jaya dan Bu Lela tidak senang akan hal itu. Tapi Reno yang mereka kenal adalah murid yang selalu membuat murid yang berkelahi dengannya babak belur, tapi sekarang berbanding terbalik dengan yang ada dihadapan mereka.
"Tapi tumben kamu tidak melawan Reno." Celetuk Bu Lela yang sedari tadi diam mendengarkan.

Reno mendengus kesal.

"Astaga serba salah gue, berantem dimarahin, nggak berantem dicurigain." ucap Reno kesal.

"Lalu apa benar kalian berkelahi gara-gara dia?" Tanya Bu Lela untuk kedua kalinya lalu menunjuk Rena. Rena hanya diam mendengarkan dan malas ikut membuka suara.

"Wah kalau ini lain cerita bu," celetuk Satya dan Rendra dan disetujui oleh anggukan kedua murid laki-laki lainnya, yaitu teman Gio.

"Maksudnya?"

Semua yang berada diruangan itu menatap Rena yang terlihat seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Dia tiba-tiba datang terus mau ngelerai sih ceritanya, tapi ujung-ujungnya...," ucap Rendra terpotong kemudian tertawa saat melihat Gio yang terlihat malu dan kesal.

Bu Lela dan Pak Jaya pun dibuat bingung.
"Apa ada yang lucu?" tanya Pak Jaya.

"Hahahaha oke-oke gini, pak em gimana yak. Bhuahahah" Rendra tertawa lagi dan tak kuasa menjelaskan kejadian yang terjadi.

"Dia nendang pu..pusaka Gio buat ngelerai mereka berkelahi." Ucap Satya melanjutkan perkataan Rendra yang terpotong.

Pak Jaya dan Bu Lela dibuat bingung oleh ucapan Rendra.
"Maks...,"

Namun sedetik kemudian pak Jaya dan Bu Lela akhirnya menyadari apa maksud dari ucapan Satya. Bu Lela dan Pak Jaya pun beralih menatap Gio bersamaan.
"Apa benar?"

Semuanya mengangguk kecuali Reno dan Rena yang hanya terdiam. Reno melirik ke arah Rena, dan menatapnya cukup lama kemudian tersenyum saat melihat Rena yang hanya diam dengan tampang polosnya.

"Ya sudah, kalian boleh pergi kecuali Gio." Ucap Pak Jaya.

Gio benar-benar tidak terima dengan keputusan Pak Jaya.
"Kok cuman saya pak, dia gimana pak?"tanyanya sambil menunjuk ke arah Rena.

Rena yang sedari tadi diam kini membuka suara.
"Oh ya? Yang mau mukul gue duluan siapa?"

Mendengar ucapan Rena Bu Lela dan Pak Jaya dibuat kaget, kemudian mereka menatap Gio dengan tajam.
"Astaga betul itu Gio?" tanya Bu Lela.

Gio kini hanya bisa diam dan tidak berani lagi berbicara.

"Well sebenarnya bapak cukup kaget akan hal itu, dan dia berniat baik untuk melerai perkelahian kalian. Dan juga kamu yang duluan ingin memukulnya, jadi buat apa dia dihukum, yang seharusnya dihukum itu kamu. Cepat telepon orang tua kamu sekarang, dan kalian silahkan ke kelas."

Rena dan lainnya keluar dari ruang BK, ternyata didepan ruangan itu kini banyak murid yang menunggu mereka salah satunya Keisha dan Wenda yang khawatir akan nasib sahabatnya itu. Semua mata tertuju pada Rena, namun ia tidak begitu menghiraukan.

Rena pun berjalan mendekati kedua sahabatnya itu dengan santai seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Anterin gue ke ruang guru." Ucapnya, lalu beranjak dari kerumunan murid-murid yang terlihat penasaran. Keisha dan Wenda pun berjalan melewati kerumunan murid dengan Rena. Mereka pun berjalan menuju ruang guru untuk menemani Rena menghadap wali kelasnya.

"Gila lo Ren, lo gak kesakitan?" Tanya Satya menatap Reno yang kini hanya tersenyum padahal wajahnya dipenuhi luka-luka.

Rendra bergidik ngeri saat menatap Reno yang hanya tersenyum padahal wajahnya kini dipenuhi luka-luka.
"Iya, gak sakit tuh. Senyum-senyum lagi, wah otaknya terlempar kayanya nih waktu berantem sama batu giok."

Reno tidak menghiraukan kedua temannya yang mengoceh sedari tadi. Ia hanya terpaku menatap kedepan, seutas senyum pun menarik bibir Reno dengan menatap kepergian murid perempuan itu.
"Cantik," gumamnya pelan sampai-sampai semut mungkin tidak dapat mendengarnya.

CRAZY COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang