Apa maksudmu?
Mungkin itu pertanyaan yang ada di benakmu saat ini. Aku jadi ragu untuk melanjutkan ceritanya. Ragu akan luka lama yang kembali terbuka. Apakah ini saat yang tepat untuk aku memberitahu soal ini?
Aku bimbang sekali. Temanku mengatakan untuk, ayo beritahu dia sekarang. Tetapi, hati kecilku bilang, tidak usah beritahu, kamu sudah terlambat, Key. Aku harus bagaimana? Aku sudah sangat terlambat untuk jujur saat ini. Aku hanya takut dia kembali, oh tidak, aku yang mengharapkan dia kembali padaku.
Tidak tahu malu sekali ya aku hahaha. Aku yang menyuruhnya untuk pergi dariku, tapi aku juga yang masih mengharapkannya kembali padaku. Menurut kalian, salahkah aku berharap untuk dia kembali padaku?
Oke, andai saja, sekali lagi, andai saja. Kalau dia tidak ada masa depannya saat ini, apakah besar kemungkinan kita akan kembali bersama?
Mungkin iya?
Aku tidak kepedean untuk mengatakan kata 'iya' saat ini, karena jelas, dulu kita berpisah dengan alasan yang tidak masuk akal, menurutku.
Kalian pernah mendengar kalimat, ditinggal waktu lagi sayang-sayangnya itu sangat menyakitkan? Mungkin itu definisi yang cocok untuk dikatakan padanya saat ini. Aku tahu betul dia sayang sekali padaku, dia bahkan tidak berpikiran sejauh itu untuk berpisah dariku. Sekali lagi, aku tidak kepedean, itu kejujuran dari dia sendiri.
"Sial. Aku nggak bisa berkata-kata lagi."
"Maaf."
"Kenapa baru sekarang? Kenapa nggak dari dulu kita omongin baik-baik?"
"Karena kalau dulu kita omongin baik-baik, kamu akan semakin sakit, Eldran."
"Nggak! Justru aku lebih sakit saat ini setelah tahu alasan yang sebenarnya. Aku benar-benar nggak pernah berpikiran seperti itu!"
"Tapi aku mikirin kamu!"
"Masa bodoh dengan aku atau kebahagiaanku. Saat itu, kebahagiaanku ada di kamu!"
"Tapi aku nggak bisa, Eldran, itu sulit bagiku."
"Aku dan kamu bisa menjadi kita, kita bisa selesaikan itu bareng-bareng tanpa harus melibatkan perpisahan."
"Nggak ada yang lebih sakit dari perpisahan baik-baik, aku—"
"Kalau kamu tahu, kenapa harus pisah?"
Eldran sangat marah mungkin saat itu. Jarak memang memisahkan kita, tapi aku paham betul bagaimana perasaan dia saat itu.
"Karena itu jalan satu-satunya yang terbaik."
"Terbaik kamu bilang?"
"Iya."
"Nggak, Key, nggak. Itu jalan yang salah. Pola pikirmu harus diubah."
"Untuk saat ini, iya."
"Untuk dulu!"
"Maaf."
Kita diam. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi setelah ini. Aku hanya tidak mau kita menjadi canggung. Namun, inilah jalan yang kupilih dan aku harus menanggung semua akibatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KeyDran
Fiksi RemajaKenyataannya aku sakit dengan atau tanpa kamu. Aku yang bodoh melepaskanmu begitu saja padahal sudah jelas ke depannya sangat menyakitkan. Namun, aku percaya satu kalimat, melepaskan seseorang yang dicintai demi kebahagiaannya itu bisa membuat orang...