SUNSHINE

29 2 0
                                    


'Huft!!

Ini tidak seperti yang kuinginkan! Tidak seharusnya aku disuruh-suruh seperti ini!! Ini seharusnya menjadi tugas Bian, bukan tugas seorang gadis biasa sepertiku!! Dasar Bian!' gerutuku dalam hati.

Ini adalah hari pertama aku menjadi suruhan seorang Bian yang sedang sibuk dengan urusannya bersama para guru. Jadilah aku yang menggantikan tugasnya disini.

Kubawa tumpukan buku teman-temanku yang tadi diminta untuk dikumpulkan di ruangan Pak Sin. Tumpukan buku ini bukanlah tumpukan buku biasa. Ini adalah tumpukan buku setebal kurang lebih sekitar 50 halaman untuk satu orang. Dan teman-temanku yang mengumpulkannya ada kurang lebih 31 orang.

Tidakkah itu cukup berat?!!!

Berulang kali tubuhku hampir limbung karena beban yang kubawa ini bergerak ke kanan dan kiri, membawaku ikut bergerak bersamanya. Aku berlari secepat mungkin ke ruangan para guru, mencoba untuk mengumpulkan semua tugas ini lebih awal. Langkahku semakin cepat dan semakin tidak terkendali, membuatku tidak peduli lagi dengan jalan penuh orang di depanku. Hingga aku menyesalinya.

BUGH!!!

BRRAKK!!

"Woah!! Astaga!!"

"Sialan! Astaga! Maaf! Apa kau tidak apa-apa?" seru seseorang di depanku. Aku mengangkat kepalaku, dan kulihat seorang lelaki di hadapanku. Dia mengenakan kaos berwarna kelabu dan celana training hitam bergaris merah di sampingnya. Sebuah peluit menggantung di lehernya, ditambah sepapan kertas absen yang diapitnya di tangannya. Kulihat mata hitamnya mengkilap ke arahku, menatapku sedikit menyesal.

Aku segera berjongkok dan mengumpulkan semua buku teman-temanku yang jatuh berceceran di lantai. Lelaki di depanku ikut membantu, sambil sesekali kembali mengucapkan kata 'maaf' itu padaku. Aku menumpuknya kembali dan berdiri, diikuti dirinya yang menepuk-nepuk kaosnya, menghilangkan debu kotoran di tangan dan bajunya. Lelaki itu mulai mengulurkan tangannya ke arahku, namun aku buru-buru berlari meninggalkannya, menyia-nyiakan perkenalannya, atau, permintaan maafnya?

Aku melirik sejenak ke belakang, melihatnya masih mengulurkan tangannya sambil memalingkan pandangannya padaku yang jauh darinya. Dan kulihat sesuatu yang menghangatkan, tergurat di wajahnya yang asing.

Lelaki itu tersenyum...

...padaku.

.

.

.

.

.
Aku mengetuk pintu ruangan Pak Sin, dan kudengar seruan ijin dari Pak Sin di dalam. Kubuka pintu ruangannya, dan segera saja aku masuk ke dalam.

"Permisi, pak! Ini tugas siswa kelas XII MIPA 3." ucapku sambil meletakkan tumpukan tugas ini di atas meja panjang di ruangannya. Pak Sin segera beranjak dari mejanya dan berjalan ke arahku. Kurasakan aura ganasnya menguar ke tubuhku, membuatku sedikit berkeringat karena kelelahan dan kepanasan tidak nyaman.

"Kupastikan semuanya sudah leng-"

Sentuhan hangat itu membuatku terkejut. Aku berusaha tenang dengan sentuhan kedua tangannya di kedua bahuku. Pak Sin terdiam, bernapas pelan sekaligus menahan dirinya untuk tidak bertindak sangat jauh padaku. Kedua tangannya meremas bahuku, membuatku menelan ludahku bulat-bulat, dan kututup kedua mataku untuk menenangkan diri, sambil bernapas pelan, sebelum memulai sesuatu.

"Dimana Bian? Saya pikir, dia yang akan mengantarkannya kesini?" tanya Pak Sin dengan melirihkan suaranya. Aku hampir menggeram kesal karena kelakuan guruku yang satu ini, membuatku hampir memukulnya dengan salah satu buku temanku.

I'M POSSIBLE : BLACK FIRE BUTTERFLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang