.
Sofa panjang ditengah ruangan sedikit bergeser ketika dua tubuh ambruk saling bertindihan di atas sofa.
Umpatan keluar dari kedua belah bibir Taehyung begitu merasakan kedua kakinya dibuka lebar, hampir saja kedua tangan pemuda lain membuka zipper celananya. Tatkala digagalkannya dengan sebuah tendangan telak mengenai dagu pemuda lain yang sebelumnya menindih tubuhnya.
"Hoseok hyung, aku tidak mau berada diposisi bawah, sudah berapa kali aku bilang padamu,"
"Aiisshh... Kenapa kau terus memaksaku."
Pemuda yang dipanggil Hoseok meringis, tangannya meraba dagu yang terkena tendangan maut dari Taehyung.
Dia berdiri, kemudian berjalan menuju dapur, meraih kotak obat dan membawanya kembali pada ruang tamu dimana Taehyung duduk.
"Kau membuat wajahku jadi jelek begini," Hoseok mengambil duduk disamping Taehyung, kedua tangannya memegang tangan Taehyung dan memberikan kotak obat padanya.
"O-b-a-t-i." Hoseok mengeja kalimatnya dengan memberikan penekanan pada perkataannya. Taehyung mendengus, tanpa mengatakan apapun tangannya membuka kotak obat. Tak lama pemuda itu kembali mendengus untuk kedua kali. "Lukamu tidak separah itu hyung,"
"Tidak tergores, hanya memerah dan bengkak. Tidak perlu obat merah untuk mengobatinya, cukup dikompres saja." Taehyung menjelaskan panjang lebar dengan sesekali memandang Hoseok yang memandangnya balik.
"Kau hanya berbicara tanpa tindakan,"
"Lakukan yang tadi kau bilang dan obati lukaku." Hoseok memerintah. Taehyung menurut dengan mengangkat pantatnya dari sofa kemudian berjalan menuju dapur, sama seperti yang dilakukan Hoseok beberapa saat lalu. Bedanya Taehyung saat ini tengah membuka kulkas dan mengambil box yang berisi es batu berbentuk dadu-dadu kecil. Taehyung meraih sekantung plastik dan memasukkan beberapa es batu kedalam plastik tersebut. Setelah cukup dia berjalan kembali ke ruang tamu.
Netranya melihat Hoseok yang sudah menidurkan seluruh bagian tubuhnya di atas sofa panjang yang tadi didudukinya. Taehyung menghela napas kemudian mengambil kursi kecil disudut ruangan, menyeretnya mendekati sofa panjang tempat Hoseok terbaring dengan mata terpejam.
"Hyung," Panggilnya. "Obati lukamu sendiri, aku ada kelas lima belas menit lagi." Lanjutnya sembari melirik jam tangan yang terpasang apik dipergelangan tangannya.
Tidak kunjung ada jawaban, Taehyung meletakkan es batu di meja kemudian berdiri. "Aku tahu hyung belum tidur, es batunya kutaruh di meja, pakailah dengan cepat sebelum mencair,"
"Aku pergi hyung, kuharap besok kau tidak lagi mencoba menyetubuhiku." Taehyung hendak berjalan menjauh, sayang kedua tangannya dicengkram erat oleh Hoseok.
"H-hyu-" Belum sempat perkataannya selesai, tangan lain Hoseok menarik pinggangnya hingga tubuh Taehyung menubruk tubuh Hoseok.
Hoseok menarik sudut bibirnya keatas. "Aku tidak peduli jika kau bersikeras menjadi dominan."
Taehyung tersenyum merendahkan. "Aku memang selalu menjadi dominan hyung, dan tidak akan pernah menjadi seorang submissive meskipun kau memaksaku sekalipun, maaf aku tidak tertarik untuk dimasuki."
"Aku harus pergi, dosenku kali ini sangat tidak bersahabat." Taehyung turun dari atas tubuh Hoseok, belum sempat melangkahkan kakinya menjauh. Perkataan Hoseok berikutnya sukses membuat langkahnya terhenti.
"Bagaimana jika kau yang memasukiku?" Taehyung berbalik memandang Hoseok penuh tanda tanya. Pemuda yang lebih tua yang saat ini sudah mengubah posisinya menjadi duduk diatas sofa menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa Taehyung artikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chocolate [KookVHope]
Fanfiction"Jika kau gagal," "Akulah yang akan menyetubuhimu, sepupu." . [WARNING] ::: This book contains explicit contents. ::: HopeV; KookV. ::: M/M ; 18+