#1

72 6 9
                                    

"Mas Raka mau kemana?" Ella gadis mungil yang sedang menyapu halamannya sore itu bertanya kepada Raka yang sedang melewati rumahnya. Pemuda yang sudah bertahun-tahun ada di hatinya.

"mau ke depan sebentar dek, ada yang mau mas beli di warung depan" Raka menjawab sekenanya dengan senyuman.

"oh.. Iya mas hati-hati katanya di depan lagi ada proyek" sekali lagi Ella menunjukkan perhatiannya kepada Raka. Sedang yang diberi perhatian hanya tersenyum mengiyakan nasihat itu sambil berjalan.

"kapan kamu liat aku suka sama kamu mas?" batin Ella menanyakan Raka. Apakah ia kurang memberi kode kepada mas Raka bahwa ia memiliki rasa kepadanya. Tapi rasanya tidak, semua kode yang ia berikan nampaknya sudah terasa dengan jelas. Ibunya saja tau tanpa di beritahu bahwa ia memiliki rasa untuk mas Raka.

"sudahlah lebih baik aku melanjutkan menyapu halaman ini. Nanti ibu bisa marah kalau lama di bersihkan" gumamnya sembari melanjutkan pekerjaannya tadi.

Awal November yang Sendu

"mbak kapan mbak bisa balik lagi ke rumah? Ibu nanyain mbak nih, katanya udah lupa sama ibu bapak" Ella menelepon mbaknya yang ada di Malang. Malam ini ia disuruh ibunya menanyakan kepulangan mbaknya yang tak kunjung pulang dari Malang padahal ibunya sudah kepalang rindu kepada mbaknya . Sudah 6 bulan mbaknya tidak balik ke rumah, alasannya pekerjaannya belum bisa di tinggalkannya padahal mbaknya bisa saja untuk cuti barang 3 hari. Malang dan bogor kan tidak cukup jauh.

"iya nanti mbak datang, sekarang belum bisa. Mbak kan masih anak baru, jadi bilangin sama ibu mbak masih segan disini. Mbak minta maaf sama ibu karena belum sempet pulang." mbaknya mengatakan apa yang menahannya sehingga sampai sekarang belum pulang-pulang juga.

" ya sudah pokoknya aku sudah bilang ya mbak . Hati-hati disana" Ella menambahkan pesannya. "iya kamu jaga bapak sama ibu ya disana, kirim salam sama bapak ibu dan adek-adek. Assalamualaikum" tutup mbaknya. "waalaikumussalam" jawab Ella, setelahnya telepon itu pun memutuskan obrolan tersebut.

"gimana?" ibu Ella menanyakan perihal mbaknya yang di telepon tadi. Ibu nya sudah dari tadi melihat percakapan Ella dengan mbaknya menunggu dengan sabar di ujung sofa ruang tamu.

"katanya masih sibuk bu. Mbak kan masih pegawai baru, jadi masih segan untuk cuti." Ella mengatakan apa yang di sampaikan mbaknya.

"mbak mu itu udah ndak mau liat emak bapak dan adek-adek mu alasannya sibuk mulu. " ibunya tampak kecewa dengan jawaban Ella.

" Hush! Jangan gitu bu. Mungkin mbak memang sedang sibuk dan masih segan dengan dengan lingkungan kerjanya. Jadi biarin aja dulu bu. " Ella menenangkan ibu nya yang tampak sedih.

" sudah ibu tidur saja dulu. Sudah malam, mau Ella pijat biar ibu enakan? Katanya tadi siang kaki ibu sempat keram waktu jalan sama ibu pengajian karena jauh." Ella menawarkan diri untuk menghilangkan lelah ibunya malam ini.

"sudah tidak apa, kaki ibu udah gak sakit lagi. Lebih baik kamu tidur juga sekarang" ibunya menolak karena tau bahwa Ella pasti sudah sangat lelah hari ini.

" ya sudah. Ella ke kamar ya bu" Ella pamit untuk tidur. "sekalian bilang sama bapak di luar suruh masuk juga. Udah malam jangan di luar nanti batuk lagi" ibunya menambahkan sebelum Ella masuk ke kamar. "iya bu" Ella mengiyakan.

®®®®

Setelah membersihkan rumahnya kala senja itu, Ella duduk di teras rumahnya. Sesekali menegur orang yang melewati depan rumahnya dengan ramah.

"mbak ini di suruh antar sama ibu ke rumah mas Raka sama rumahnya mbak ayu" Sinta adiknya meletakkan 2 piring bubur merah putih yang tadi ia buat bersama ibunya siang tadi dengan menyampaikan pesan ibunya dari dapur.

"ini saja? Ndak ada yang lain dek?" Ella menanyakan apakah ada pesan dari ibunya yang lain kepada adiknya. "ndak ada mbak. Itu aja tadi di bilang sama ibu" jawab Sinta.

"kamu mau ikut?"tanya Ella melihat gelagat Sinta yang tampak ingin pergi bersamanya. "boleh mbak?" Sinta memastikan.

"ya boleh, kenapa ndak? Ayo cepet keburu buburnya dingin" Ella mengiyakan dengan cepat.

Setelah mengantarkan ke rumah Ayu teman dari kecilnya, mereka mengantarkan bubur untuk Raka. Saat hampir sampai mereka melihat ada tamu di rumahnya Raka. Kelihatannya cukup ramai, lalu ada tawa yang terdengar hangat di telinga.

"kok melamun mbak?" Sinta bertanya ketika ia melihat mbaknya terdiam di depan pagar. "ndak apa apa, ayuk" jawabnya.

"Assalamualaikum" Sinta dan Ella mengucapkan bersamaan. "waalaikumussalam" jawab mereka yang sedang ada di ruang tamu. Saat itu ada bapak, ibu, Raka serta dua orang perempuan yang sedang duduk bersama keluarga Raka.

"wah ada nak Ella sama Sinta ternyata. Mari duduk kita ngobrol dulu" ibu Raka menawarkan agar ikut dalam obrolan mereka. "ndak usah bu kami cuman mau antar ini saja" tolak Sinta halus. "wah terima kasih yo nak tunggu sebentar" ibu mas Raka tampak menahan kepergian mereka.

Selagi menunggu Ella sempat mencuri pandang ke arah tamu keluarga Raka. Setelah di lihat ia mengambil kesimpulan kalau dua orang perempuan adalah ibu dan anaknya. Terlihat anaknya masih muda dan cantik. Seketika ia hatinya bimbang apakah mereka di jodohkan? Apa ia tak bisa menjadi pilihannya Raka? Perempuan itu terlihat cantik. Sedangkan ia biasa saja, kalah dari perempuan itu.

Oh ya ampun ini kah patah hati itu? Padahal belum tentu apa yang ku pikirkan benar, batinnya.

"ini nak Ella, terima kasih ya" ibu Raka mengucapkan terima kasih nya kembali. "sama-sama bu, ayo mari bu pak mas dan mbak. Kami pulang dulu, assalamualaikum" pamit Ella. "waalaikumussalam" jawab mereka.

®®®®®

Senja kini tampak lebih suram bagi Ella karena tadi siang ia mendengar cerita dari tetangganya yang mengatakan kalau Raka sudah memiliki kekasih. Ia kembali memutar ingatannya kala mengantar bubur beberapa waktu yang lalu.

Apa perempuan itu? Pikir nya.

Tak lama ia melihat Raka melewati rumahnya sambil memboceng seorang perempuan.

Ah iya benar, perempuan itu ternyata. Kembali pikiran itu mengusiknya.

Lalu ia melihat ibunya tampak keluar dari pintu rumah. "bu Ella pergi sebentar ya, mau jalan-jalan ke pantai" pamitnya

"tumben kamu mau jalan ke pantai? Biasanya malas karena panas." tanya ibunya bingung. "ndak apa-apa bu. Lagian cuaca nya sudah tidak panas" jawab Ella sekenanya. "ya sudah, jangan lama-lama." pesan ibunya. "iya bu" Ella mengiyakan.

Setelah 15 menit berjalan dari rumahnya ia sudah sampai di pantai. Dikarenakan rumahnya yang memang dekat dengan pantai maka dengan berjalan 15 menit saja ia sudah sampai di bibir pantai.

Dengan langkah yang ringan Ella menghampiri bibir pantai yang sunyi. Berulang kali ia menarik nafas dengan pelan dan suara ombak pun kian menghanyutkan keadaan. Dengan sebuah senyuman kecil di ujung bibirnya ia berkata "kalau kau jodohku tentu kau akan jadi milikku"

Tamat
.
.
.
.
.
.
.
.
Bercanda 😂😂

Begini cerita ini aku buat untuk nenek ku yaitu nek EllaSY12
Sengaja di buat gantung soalnya emang jodohnya belum dapat😂😂

Jadi maafkeun juga aku sekalian mau obral si nenek

Love love love melayang di udara buat nek Ella 😘😘😘

Kritik dan saran di terima
Jangan lupa vote nya di tekan
Terima kasih😊😊

Di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang