[41] Jae Hee's Choice

40 8 4
                                    


Author by @kogou47

Mata Jae Hee melotot ke layar ponselnya. Ia hampir tidak percaya akan beberapa kata yang tertulis pada layar ponselnya. Saat ini ia tengah saling bertukar pesan dengan ayahnya yang sibuk ke beberapa negara untuk konser musik Orchestra. Ayahnya kini tengah berada di Jepang bersama sang Kakak—Go Junhoe yang juga kebetulan tengah mengadakan tour konser di sana. Hal tersebut dibuktikan dengan sebuah foto yang menampakkan sang ayah tengah merangkul kakaknya di sebuah restoran mewah tepatnya di daerah Tokyo lengkap dengan sebuah caption yang berhasil merusak suasana hatinya.

Kapan kau akan menyusul kakak-kakakmu, Sayang?

Jae Hee menggembungkan pipinya, cemberut dengan apa yang ditulis sang ayah. Tak biasanya sang ayah berbicara seperti ibunya yang tiap kali bercengkrama, menanyakan hal seperti itu.

Rupanya Ayah sudah terjangkit virus celomes milik Ibu.

Itu yang Jae Hee ketik sambil menambahkan emotikon memberengut masam di akhir kalimatnya. Jae Hee enggan dibandingkan. Ia lebih suka kebebasan dalam menjalani hidupnya. Sudah cukup baginya diberodong pertanyaan-pertanyaan tak mutu milik Hwang Shin Hee—ibunya.

Jangan cemberut seperti itu, nanti cantikmu hilang ^_~ ^_~ Oh, iya. Kau mau kubawakan apa untuk oleh-oleh?

Jae Hee mengetuk pelan dahinya tanda berpikir. Beberapa menit kemudian, ia menjentikkan jari tangannya.

Bawakan aku bola basket milik Yuta Tabuse lengkap dengan tanda tangannya, ok?

Ia terkekeh sendiri. Pasti sang ayah tidak mengetahui siapa itu Yuta Tabuse. Kekehan tersebut membuat Myungsoo yang ada di depannya menyindir.

"Orang gila di dunia ini makin bertambah saja, ya?" Myungsoo menutup kembali naskah adegan yang setengah jam lagi akan take. Saat ini Jae Hee tengah mengunjungi Myungsoo di lokasi syuting. Ia membawakan Myungsoo kopi dan juga beberapa makanan hangat untuk dibagikan ke beberapa kru. Di cuaca dingin seperti ini, Myungsoo harus menyelesaikan adegan untuk episode minggu depan. Pemuda di depan Jae Hee ini tidak boleh stres, apalagi memikirkan masalah berat yang bisa membuat Myungsoo mabuk lagi. Jae Hee tentu tidak ingin Myungsoo depresi dan melakukan hal bodoh yang mengancam nyawanya.

"Eoh? Kau bicara apa?" Jae Hee pura-pura tuli.

"Lupakan." Myungsoo kini mengambil kopi yang ada di atas meja—di depannya— dan seketika mencibir rasa kopinya setelah menyeruput, "Kopi macam apa ini?" Wajahnya masam merasakan kopi Americano yang dibawa Jae Hee itu aneh.

Jae Hee mengerutkan kening, meletakkan ponselnya sejenak dan menarik kopi yang dikeluhkan Myungsoo.

Seketika ia memuntahkan kopi milik Myungsoo.

"Asin."

"Hya! Jangan pura-pura. Kau sengaja mengerjaiku, ya?" tuding Myungsoo.

"Seenaknya saja kau menuduhku, Myung. Untuk apa aku melakukannya?"

"Ya mana kutahu. Mungkin saja kau dendam karena tidak jadi nonton karena aku harus menghadiri acara awards kemarin." Myungsoo menjawab asal.

Jae Hee berdecak, namun ia segera memelankan suaranya ketika beberapa pasang mata menghujani keduanya.

"Kau ini kekanak-kanakan sekali. Dan jika aku marah padamu, mana mungkin aku datang ke sini," terang Jae Hee.

"Lalu apa?"

"Yang jelas, bukan ulahku." Jae Hee memandang Myungsoo kecut. Namun, dalam benak, Jae Hee senang Myungsoo mulai cerewet lagi padanya.

Ponsel Jae Hee berbunyi lagi. Rupanya sang ayah—Go Jae Won membalas pesannya.

Insa UniversityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang