Mobil Atifa membelah kedamaian jalan malam ini dan ditemani oleh lagu dari Bryan McKnight nya yang berjudul one last cry. Entah mengapa rasanya ketika mendengar lagu ini dapat membuatnya relax.
"wishing all my feeling was goneee" Atifa berkaraoke ria sambil membelokkan mobilnya ke gas station untuk mengisi bahan bakar mobilnya dan membeli snacks di supermarket gas station ini. Atifa menekan tombol untuk membuka tangki bensin mobilnya, lalu turun dan membayarnya di kasir supermarket tersebut sambil membeli snacks nya.
setelah selesai, Atifa membawa satu paper bag besar yang berwarna cokelat dan menaruhnya di bangku penumpang mobilnya. Atifa menaruh selang tangki bahan bakarnya di tangki minyak mobilnya dan kemudian menekan nominal untuk membeli bensinnya.
Sembari menunggu, Atifa mengamati kukunya dan sesekali mengamati angka yang ada dimesin minyak tersebut. Tak lama kemudian, ia mendengar suatu hantaman yang terdengar begitu mengejutkan dari arah belakangnya.
Sebuah bunyi 'cetek' menandakan bahwa minyak sudah terisi sebanyak yang ia minta. Atifa langsung mengembalikan selang minyak tersebut dan menutup tangki mobilnya.
Atifa langsung berlari kearah sebuah hantaman tersebut terdengar. Ia mengamati mobil yang berlalu kencang dan sedikit berkelok kelok.
"woy! Berhenti!" teriak Atifa. Tapi sayang suaranya hanya bisa ia dengarkan seorang diri
Atifa langsung mengamati seseorang yang sudah tergeletak di tengah jalan dengan muka yang sudah bersimbah darah.
"aduh mana nggak kuat lagi bawanya" Atifa mencoba menggendong lelaki tersebut. Atifa masih berusaha untuk menggendongnya tapi nihil. Atifa mengambil inisiatif, untuk langsung menelfon ambulance. Ketika ia sedang menelfon, sebuah mobil menghampirinya. Lalu turun seorang lelaki dengan kemeja yang lengan bajunya sudah disikut dan memakai flip flop dan masih menggunakan kaos kaki
Dan Atifa pun mengurungi niatannya untuk menelfon ambulance.
"cepat bawa dia kerumah sakit" titah lelaki tersebut
***
Ini sudah larut malam. Redhiza memutuskan untuk kembali kerumahnya dan langsung menghubungi supir pribadinya untuk segera menjemputnya. Tak lama kemudian, mobilnya sudah terparkir sempurna di depan lobby kantornya yang dimana kantor ini ia menjabat sebagai CEO nya sekaligus anak yang punya perusahaan ini.
Redhiza langsung masuk kedalam mobil dan langsung memerintahkan kepada supirnya agar langsung pulang kerumahnya.
Dalam perjalanan, Redhiza mengusap kasar wajahnya karena urusan kantor yang tak akan mungkin pernah selesai. Redhiza mengaktifkan mobile phonenya dan langsung diserbu oleh 10 missed call dari Clara-pacarnya
Redhiza mengabaikan missed call nya Clara dan kemudian masuk notifikasi dari mamanya. Redhiza langsung membalasnya dan mengatakan bahwa ia sudah dalam perjalanan pulang kerumah.
Ketika selesai me-reply hal yang penting saja, Redhiza kembali menon-aktifkan mobile phonenya. Redhiza menatap keadaan malam dari jendela mobilnya. Tak lama kemudian, ia melihat seorang perempuan yang sedang membantu seseorang untuk digendongnya dan menampakkan wajah lelaki yang akan digendongnya tersebut sudah berdarah darah.
"pak minggir sebentar. Sepertinya ada yang kecelakaan" Redhiza membuka auto-lock mobilnya
"tapi den, ini sudah malam. Jangan terlalu mempercayai adegan seperti itu" cegah supirnya-Pak Man
"tapi ini darurat pak. Kalau gitu, bapak ikut turun temani saya. Bagaimana?" tawar Redhiza yang kemudian mendapat anggukan dari pak man
Redhiza menggulung lengan bajunya ketika ia turun dari mobil dan hanya menggunakan flip flop. Redhiza mendekat kearah mereka, "cepat bawa dia kerumah sakit"
Perempuan tersebut mendongakkan kepalanya, "bantuin. Aku dari tadi nggak sanggup untuk gendongnya"
"siapa yang suruh gendong? Kenapa nggak panggil ambulance?"
Perempuan tersebut mendengus, "bukan waktu untuk berdebat. Sekarang bantu aku untuk membawa korban ini kemobil ku dan aku akan membawakannya kerumah sakit tempat aku bekerja"
Redhiza langsung mengangguk dan menggendong lelaki tersebut ke mobil perempuan itu, yang diikuti oleh perempuan tersebut.
Redhiza langsung mengambil alih untuk menyetirkan mobil perempuan tersebut menuju rumah sakit yang perempuan itu tuju.
"biar aku aja yang bawa. Terima kasih sudah membantu" Atifa berjalan ke bangku kemudinya tetapi, lelaki tersebut lebih duluan masuk ke bangku kemudi.
"cepat masuk. Aku tidak akan pernah membiarkan perempuan sendirian untuk mengurus hal semacam ini. ini sudah larut."
***
"kau siapa?" tanya Atifa ketika ia sedang memangku korban lelaki tersebut sambil menutup lukanya agar darahnya tidak terus menerus bercucuran
Redhiza masih berfokus untuk menyetir. Atifa yang merasa di kacangin, hanya bisa berdeham sebagai kode.
"berhenti untuk berisik. biarkan aku fokus menyetir."
Atifa hanya bisa duduk diam dibangku penumpang dibelakang dan sesekali melihat kearah korban tersebut. "emangnya kau tau dimana rumah sakit yang kumaksud?"
Redhiza menatapnya dari kaca spion tengah, "enggak"
Atifa mendengus, "kalau kau enggak tau, seenggaknya kau bertanya."
"katakan cepat"
"baiklah, rumah sakit yang paling dekat dari sini"
Tak lama kemudian, Redhiza langsung memberhentikan mobil Atifa di depan lobby rumah sakit, ditempat Atifa bekerja. Redhiza langsung berteriak memanggil suster dan menyuruh suster tersebut untuk membawakan sebuah brankar.
Tak lama kemudian, sebuah brankar dan ketiga suster datang dan langsung mengangkut korban tersebut menuju Unit Gawat Darurat.
Atifa langsung kembali kemobilnya dan mengambil jas dokternya lalu memakainya. Redhiza yang melihatnya hanya bisa bingung.
"kau yang akan memeriksanya?" Atifa langsung mengangguk
"jangan banyak tanya, kalau lapar tadi aku beli jajanan. Tapi kalau kau mau sih, kalau nggak ya nggak papa" ucap Atifa dan berlari pergi dan kemudian kembali menemui Redhiza, "btw, makasi udah bantuin" dan kemudian ia berlari lagi
Redhiza hanya bisa menatap kunci mobil yang ia pegang, "terus, kuncinya mau diapain?" Redhiza mengusap wajahnya kasar dan memilih untuk memarkirkan mobil perempuan tersebut ditempat VIP dan masuk kedalam rumah sakit untuk menunggu kabar dari korban tersebut.
Redhiza mengambil mobile phone nya dan mengaktifkannya kembali untuk menghubungi pak man bahwa dia sekarang ada dirumah sakit dan memerintahkan agar pak man dapat kembali kerumah.
***
Halo wee! Perkenalkan ini cerita pertama aku. Jadi mohon banget ni kalau ceritanya gaje or apalah itu yang nggak nyaman untuk kalian.
Kalau kalian ada saran atau kritik author terima kok hehehe. Biar sekalian belajar juga.Jangan lupa VOMMENT yaa wee! 1 Vomment berharga bet buat w.
Enjoy💕
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife is My Healer
RomanceDua insan bertemu di suatu keadaan yang bisa dikatakan, ya sangat tidak pas. akan tetapi, pertemuan itu menjadi saksi bisu dari perjalanan mereka. Redhiza Haryadi Utomo adalah seorang CEO dari perusahaan ayahnya sendiri sedangkan Atifa Shayla Dyvett...