2 - Menunggu dan si 'terung belanda'

58.5K 2K 27
                                    

Kursi panjang yang ada dilorong ini menjadi tempat Redhiza terlelap untuk menunggu Atifa karena kunci mobilnya tersebut. Ingat hanya menunggu perempuan itu karena KUNCI MOBIL PEREMPUAN ITU. nggak lebih dan nggak kurang.

Atifa yang melihatnya hanya bisa menggeleng – gelengkan kepalanya melihat lelaki tersebut.

"bangun" Atifa menggoyangkan badan Redhiza dengan pelan. Dan alhasil Redhiza pun tak kunjung bangun dari tidurnya. Merasa kesal, Atifa dengan cara yang tak lazim yaitu langsung mendudukkan Redhiza dengan kekuatannya sendiri dan menepuk-kan pipinya

Redhiza yang merasa terusik, langsung sadar dan membuka-kan matanya. "ada apa?"

"mck, kau tertidur disini dan mengambil banyak tempat. Yang seharusnya keluarga pasien bisa duduk disini, tapi terhalang badan mu"

"aku minta maaf. Aku hanya kelelahan. Gimana keadaan korban?"

"sebelum kau mengetahui kondisi korban, lebih baik kau mengetahui kondisi mu. Lihat bahkan kantung matamu terlihat terlalu cekung" Redhiza menggeleng, "aku baik baik saja"

Tiba – tiba sebuah suara mengagetkan mereka berdua. "Redhiza? Kamu ngapain disini?" tanya seorang dokter yang dimana adalah senior Atifa

"loh, btw dokter Diva kenal sama ini orang?" tanya Atifa

"kamu gimana sih tif, ini adek gue, Redhiza. Kamu ngapain disini diz? Kamu sakit?"

Atifa langsung mengernyitkan kedua alisnya karena masih bingung dengan semua ini. dunia ini sempit geng!

"aku gak papa kak. Cuma bantuin dia aja untuk antar pasien kesini dan kami jumpanya juga di jalan kok" Redhiza tersenyum kikuk seperti anak laki – laki kecil yang takut dimarahi

"oh gituu.. yakin Cuma itu aja?"

"yakin" jawab mereka serempak dan kemudian mereka toleh menoleh bertiga

"okey-okey, jangan diserbu dong guenya. Kalau gitu, tinggal dulu ya"

Atifa memilih untuk untuk duduk dikursi disamping Redhiza sambil membuka jas dokternya. Mereka pun dilanda kediaman hingga akhirnya Atifa memutuskan untuk berbicara, "Dokter Diva itu humble orangnya nggak kayak situ"

Redhiza menatap Atifa dengan tatapan sebelnya, "jadi nggak meriksa gue nya?"

Atifa semakin menatap bingung lelaki disebelahnya dan membatin 'percuma ganteng dan good looking tapi kalau ditanya malah dijawab dengan pertanyaan juga, hft'

Redhiza bangkit dan menatap Atifa yang sedang duduk, "dimana?"

"the left way"

Redhiza meninggalkan Atifa yang masih terduduk dikursi tersebut.

'dan satu lagi, percuma dia pefect kalau gengsi-an dan sok ketahuan. Dasar' batin Atifa

Atifa pun langsung beranjak menuju ruangan kerjanya. Sesampainya di depan pintu ruangan kerjanya, ia melihat ke arah Redhiza yang berada didepan ruangan kerjanya Dokter Suhendra. Atifa yang melihatnya hanya bisa cekik-an

"ngapain?" Atifa hanya bisa menahan tawanya

"keruangan mu lah" jawabnya dengan santai. "coba lihat keatas. Itu namanya siapa?" dan kali ini tawaan Atifa membludak melihat ekspresi lelaki tersebut

"hanya salah ruangan. Tidak jadi masalah. Cepat masuk aku tidak punya waktu lama" Redhiza memasang wajah stay coolnya dan berjalan kearah Atifa

Atifa membuka pintu ruangan kerjanya dan menghidupkan lampu. Atifa langsung mengambil buku catatan untuk pasien dengan maksud agar mudah untuk didata dikemudian hari nantinya.

My Wife is My HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang