There's no remedy in memory
Your face is like a melody
It won't leave my head
Seoul. Februari, 2022.
Sosok jangkung itu menyerahkan selembar amplop berwarna merah muda kepada salah satu pegawainya.
"Kirimkan seperti biasanya ya Baek," perintahnya kepada lelaki bernama lengkap Byun Baekhyun itu.
"Yes. Sir,"
"Ah kau akan ke Jepang kan pagi ini?" tanya pria itu penasaran.
"Iya, aku harus mengurus kepulangan Irene. Ohya jangan lupa jemput Ji, kau paham?" Chanyeol sedikit memberi penekanan pada kalimat akhirnya. Lebih tepatnya memberi sebuah peringatan ringan
Baek hanya menyeringai, "Tenang saja, aku akan menjemput gadis menyebalkan itu tepat waktu kalau begitu aku pergi dulu Yeol," pamitnya lalu keluar ruangan menuju tempat pos terdekat.
Sebenarnya terdapat sejuta pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada sahabatnya itu mengenai surat yang selalu ia kirim setiap minggunya. Surat yang tak pernah terbalaskan satu pun sejak pertama kali dikirimkan lima tahun yang lalu. Tentu saja karena pemilik surat itu tidak pernah membukanya sama sekali. Dan Baek menyembunyikan fakta lain dari seorang Park Chanyeol. Fakta tentang keberadaan si pemilik surat yang tak lain adalah Son Wendy.
Baekhyun tidak langsung menuju loket pengiriman, ia lebih dahulu singgah di bagian meja informasi. Mengambil sebuah pena dan sebuah amplop yang sama persis dengan yang ada di genggamannya. Seperti biasanya, ia akan mengganti alamat yang telah Chanyeol tulis dengan alamat tempat Wendy saat ini tinggal. Tokyo. Ia tahu Wendy tinggal di Tokyo karena ia tidak sengaja bertemu dengannya saat ia tengah menangani proyek disana. Baek tidak pernah bertanya alasan gadis itu menghilang karena ia tahu Wendy pasti memiliki alasan yang kuat mengapa ia sampai harus kabur dan menghilang dari orang-orang.
"Kau tidak usah khawatir Wen. Aku berjanji tidak akan mengatakan kepada siapapun tentang pertemuan kita ataupun tentang keberadaanmu,"
"Tapi izinkan aku untuk memastikan bahwa kau baik-baik saja selama disini. Izinkan aku untuk mengirim surat kepadamu? Jika kau tidak membalasnya itu berarti kau baik-baik saja. Aku mohon Wen,"
Dengan berat hati Wendy menyetujuinya. Itulah salah satu alasan mengapa semua surat yang dikirim Park Chanyeol tak pernah dibalas olehnya. Sebuah isyarat bahwa gadis itu baik-baik saja selama disana.
"Pengiriman seperti biasanya Tuan?"
Ia mengangguk mantap, "Kilat. Dan tepat waktu."
***
Tokyo. Februari, 2022.
Suho bosan. Selama satu jam ia hanya duduk dan terus saja dihiarukan oleh Wendy. Gadis itu sangat sibuk dengan pekerjaannya. Apa ia tidak capek. Ia baru saja kembali dari bandara untuk mengantar Seulgi kembali ke Seoul dan kini ia sudah bergelut lagi dengan dunianya sendiri. Kadang Suho tidak habis pikir dengannya. Bila gadis lain akan menghabiskan waktunya dengan berbelanja atau sekedar mampir di salon. Tapi tidak dengan Wendy. Gadis itu lebih memilih menghabiskan waktunya di ruang kerjanya baik itu di rumah ataupun di kantor. Mungkin karena posisinya sebagai Head Designer yang membuatnya memiliki rasa tanggungjawab terhadap semua desain yang ada. Padahal Suho sudah berkali-kali mengatakan kepadanya untuk bekerja sesuai porsi saja toh Direktur Utama atau pemilik dari Sans tak lain adalah Suho, kakak tingkatnya semasa bangku kuliah yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SERENITY]
Short Story"I love you once," "I love you still," "I always have," "I always will," tentang kisah tiga manusia yang terikat takdir satu sama lain.